STRUKTUR ARTIKEL ILMIAH WAHYU WIBOWO kangbowie@gmail.com DP2M Depdikbud Workshop Penulisan Karya Tulis Ilmiah Nasional, Penulisan Bahan Ajar, dan Penulisan Buku Teks ASM ARIYANTI Bandung, 26 Maret 2013
SUMBER BAHAN PENULISAN ARTIKEL ILMIAH Hasil penelitian lapangan atau penelitian non-lapangan (dokumen, arsip-arsip, dsb.). Hasil pemikiran mendalam tentang sesuatu hal yang diperoleh dari bahan-bahan kuliah atau seminar yang pernah diikuti. Hasil pengamatan mendalam tentang suatu fenomena yang ditemukan dan dialami secara langsung (biasanya berlangsung dalam kurun waktu yang agak lama). Note: semua sumber bahan tersebut kemudian dianalisis berdasarkan teori-teori yang relevan.
PENULISAN JUDUL Judul pada prinsipnya adalah title (nama) oleh karena itu harus “provokatif”, singkat dan mampu menggambarkan keseluruhan isi artikel (deskriptif) dan informatif. Ditulis dalam 12 kata (bahasa Indonesia), 8 kata (bahasa Jerman), 10 kata (bahasa Inggris). Judul perlu diterjemahkan kedalam bahasa Inggris. Judul harus harus menghindari kata-kata: telaah, analisis, studi, pengaruh, dan sejenisnya. Anak judul boleh digunakan sepanjang memang diperlukan namun sebaiknya dihindari agar judul tidak menjadi terlalu panjang. Gunakan sebanyak mungkin kata kunci. Hindari penggunaan singkatan pada judul dan tidak lagi ada penambahan nama latin yang bersifat umum. Jangan gunakan kata kerja pada judul.
CONTOH-CONTOH JUDUL Studi Penurunan Kandungan Fosfat Dalam Limbah Tahu. Pseudoanerisme. Tarekat: Sejarah Timbul Dan Pengaruhnya Di Dunia Islam. Spritualitas-Agama: Transformasi Tradisi Individual Ke Komunal. Satu-Dua Aspek Soal Membagi Urusan Pemerintahan. Pembinaan Pengetahuan dan Keterampilan Masyarakat tentang Pengolahan Buah Nenas Menjadi Dodol Nenas di Kecamatan Tambang, Kampar, Provinsi Riau. Keterkaitan Antropologi dengan Studi tentang Agama.
JUDUL PELARI (running head title) Judul artikel dalam bentuk singkat yang karakternya dibatasi 3-5 kata; Ditulis pada bagian kanan atas/bawah pada tiap-tiap halaman disertai dengan nama penulis artikelnya, sedangkan nama jurnalnya ditulis di sisi kirinya. Ekonomika, Vol.16/5, 2008 Liliek S.A.
BARIS KEPEMILIKAN BARIS KEPEMILIKAN (baris kredit) memuat nama dan alamat penulis. Nama penulis tidak dilengkapi gelar, pangkat, kedudukan, dan jabatan, sedangkan lembaga ditulis lengkap dengan alamatnya (beserta nomor telepon, faksimili, dan surel). Baris kepemilikan diletakkan di bawah judul artikel. Penulis yang lebih dari seorang harus ditulis semuanya secara lengkap (diurutkan berdasarkan skala tanggung jawab terhadap isi artikel). Lembaga penulis harus lembaga ketika si penulis melakukan penelitian; tetapi, jika si penulis ingin menuliskan lembaga tempatnya bekerja, ia dapat menuliskannya di catatan kaki.
A B S T R A K Abstrak: intisari dari keseluruhan materi artikel. Abstrak ditempatkan pada bagian awal artikel di bawah judul dan baris kepemilikan. Abstrak harus ditulis dalam bahasa Inggris sebagai syarat untuk akreditasi (fungsi lembaga pelayanan abstrak). Abstrak biasanya disajikan dalam satu paragraf berisikan 200 kata (lembaga pelayanan abstrak “senang” memenggal abstrak yang terlalu panjang). Namun ada kalanya terdiri atas beberapa paragraf dan terstruktur.
PENDAHULUAN Sebagai pengantar, kemukakan secara singkat dan jelas latar belakang penulisan artikel ilmiah yang mengacu baik pada temuan-temuan penelitian sendiri, penelitian terdahulu, teori-teori maupun pengalaman-pengalaman dan wawasan-wawasan pemikiran terbaru penulisnya sesuai dengan topik dan substansi artikel. Kemukakan pula secara eksplisit namun singkat dan jelas tentang maksud, tujuan serta kegunaan artikel baik bagi pengembangan ilmu maupun bagi khalayak akademik tertentu (spesifik) yang membutuhkannya. latiefwiyata@yahoo.com
Pergunakan dan kembangkan kata-kata kunci sesuai dengan topik dan permasalahannya kemudian rangkaikan menjadi kalimat-kalimat dengan menggunakan tata bahasa yang baku (Mien A. Rifiai: 2005). Penyajiannya, yang biasanya tertuang dalam alinea- alinea, haruslah runut secara kronologis dan sistematis. Artinya, kaitan logika antarpemikiran itu harus jelas dan menunjukkan adanya relevansi satu sama lain,
Kalimat-kalimat awal dalam “Bab Pendahuluan” seharusnya merupakan hasil pemikiran sendiri, bukan kutipan. Kembangkan (semua) pemikiran itu berdasarkan wawasan dan referensi terbaru penulisnya, barulah kemudian mengacu pada pemikiran-pemikiran atau temuan-temuan penelitian orang lain yang relevan sebagai bahan dialog dan komparasi yang kritis.
Sesuai dengan aturan format penulisan artikel ilmiah semua pemaparan tadi tidak lagi dipilah-pilah ke dalam sub-sub bab, melainkan semuanya telah “dilebur” menjadi satu kesatuan yang utuh dalam “Bab Pendahuluan”. Pemaparan tentang Metodologi sepanjang tidak diatur dalam persyaratan penulisan yang ditentukan oleh pengelola jurnal (gaya selingkung), sebaiknya juga tidak dibahas tersendiri dalam suatu sub-bab.
Kalaupun harus ada pemaparan khusus tentang Metodologi hendaknya tidak perlu panjang, cukup point- point pentingnya saja, apalagi bila hal itu menyangkut tentang rumus-rumus yang berbelit-belit. Kalimat-kalimat awal dalam “ Bab Pendahuluan” hendaknya dimulai dengan kalimat pemaparan langsung terhadap pokok atau topik yang akan dibahas. Artinya, hindari pernyataan-pernyataan yang bersifat terlalu umum sehingga terkesan “melambung-lambung” dan berlebihan.
CONTOH-CONTOH KALIMAT AWAL DALAM “BAB PENDAHULUAN” (Peserta Pelatihan) Judul: PERILAKU WANITA DALAM PENGGUNAAN KOSMETIK Manusia dilahirkan dalam keadaan menyukai yang indah-indah dan senang dengan yang bagus-bagus. Tanpa keindahan, manusia akan lahir sebagai orang yang biadab...
Judul; EVALUASI DAN EFEKTIVITAS PEMANFAATAN BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH DI SUMATERA UTARA Kenaikan harga minyak mentah dunia yang cukup tinggi dan telah menyebabkan semakin tingginya beban subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) yang harus ditanggung oleh Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN). Oleh karena itu kebijakan mengurangi subsidi BBM yang diberikan oleh pemerintah tidak banyak dinikmati oleh penduduk/keluarga miskin, padahal mereka inilah yang sangat merasakan akses dari kenaikan harga BBM tersebut. (…)
Judul: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA HUTAN MELALUI PENGELOLAAN HUTAN SOSIAL SECARA SINERGIS ADAPTIF BERKELANJUTAN Salah satu dari tiga agenda utama dalam program pembangunan nasional adalah “meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia”. Kelompok utama sasaran peningkatan kesejahteraan adalah masyarakat tergolong miskin. (…). Upaya pemberdayaan masyarakat miskin di wilayah kantong-kantong kemiskinan memerlukan penekanan, perumusan dan formulasi yang berbasis pada otonomi komunitas, kemandirian dan keswadayaan lokal. (…). Kajian dengan konsentrasi pada pemberdayaan masyarakat miskin di desa sekitar hutan tidak lepas dari program revitalisasi hutan di Indonesia yang saat ini sedang digalakkan yaitu melalui pengelolaanhutan sosial (…)
PEMETAAN DISTRIBUSI DAN DENSITAS MONYET Judul: PEMETAAN DISTRIBUSI DAN DENSITAS MONYET HITAM SULAWESI (macaca nigra) DI SULAWESI UTARA Monyet hitam Sulawesi (macaca nigra) merupakan satu dari tujuh species monyet Sulawesi yang tersebar secara alopatrik (Bynum, 1979), di samping macaca nigrescens, macaca tonkeana, macaca maurus, macaca ochreata, dan macaca brunnescens. Beberapa ahli sekarang memperkenalkan takson kedelapan, yaitu macaca togianus yang tersebar di ujung distal semenanjung timur Pulau Sulawesi dan Pulau Malenge yang merupakan bagian dari Kepulauan Togian (Supriatna & Wahyono, 2000).
Oleh karena artikel ilmiah yang akan dimuat di jurnal ditulis berdasarkan hasil penelitian tentu saja uraian- uraian “Bab Pendahuluan” tidak harus sama persis dengan uraian bab Pendahuluan pada laporan penelitian. Itu sebabnya, lakukan pengeditan secermat mungkin terhadap laporan penelitian itu, tidak saja tentang penggunaan bahasa yang pada umumnya sangat formal dan terkesan kaku, namun yang terpenting adalah tentang substansinya. Bisa jadi, oleh karena berbagai alasan akademik, substansi artikel ilmiah agak berbeda dengan substansi laporan lenelitian.
Pilih dan pilah bagian-bagian materi laporan penelitian mana yang dianggap penting untuk dipertahankan dan mana pula yang harus dibuang, disesuaikan dengan substansi artikel ilmiah. Buatlah catatan-catatan khusus pada bagian-bagian laporan penelitian yang dianggap perlu dimasukkan dalam “Bab Pendahuuan” terutama setelah muncul pemikiran-pemikiran terbaru sebagai pengembangan dari temuan-temuan yang ada agar artikel ilmiah yang akan ditulis benar-benar menyajikan informasi mutakhir.
Dialogkan secara kritis pemikiran-pemikiran terbaru tersebut dengan konsep-konsep teoretis serta temuan- temuan penelitian sebelumnya agar penulisan artikel ilmiah menjadi semakin tajam, dan terfokus. Pencantuman temuan-temuan empirik dari penelitian sebelumnya selain untuk pengayaan serta penajaman substansi artikel ilmiah, pada dasarnya penting juga untuk menghindari terjadinya redundansi penelitian,
Hindari munculnya “parade pernyataan orang” dalam “Bab Pendahuluan” yang justru mengesankan penulis artikel ilmiah tersebut sama sekali tidak memiliki kontribusi pemikiran keilmuan. Hal ini dapat dilihat darii terlalu seringnya ditemui kalimat: “Berdasarkan beberapa kutipan tersebut, dengan demikian maka…” Posisi keilmuan penulis dalam keseluruhan tulisan artikel ilmiah sedapat mungkin sudah harus muncul dalam “Bab Pendahuluan”, agar pembaca secara lebih awal sudah dapat menangkap dan memahami arah pemikiran, pendekatan serta paradigma yang digunakan.
Semua uraian dalam pendahuluan harus menjadi acuan utama untuk bab-bab selanjutnya, agar konsistensi dan keutuhan tulisan artikel ilmiah dapat terjaga dengan baik. Semua uraian dalam “Bab Pendahuluan” seyogyanya hanya sekitar 2-3 halaman (untuk bidang Ilmu-ilmu Sosial dan Humaniora), dan lebih singkat lagi untuk bidang Ilmu-ilmu Eksakta.
ANALISIS ATAU PEMBAHASAN ANALISIS ATAU PEMBAHASAN: merupakan bagian terpenting dari artikel ilmiah, karena mencerminkan kecendekiaan penulisnya dalam menemukan sesuatu. Di bagian ini, didiskusikan pertanyaan-pertanyaan penelitian dan ditunjukkan temuan-temuan penting. Hasil diskusi kemudian diinterpretasikan atau dipertalikan dengan struktur pengetahuan yang telah relevan, sehingga dapat memunculkan teori atau paradigma baru. Oleh karena itu, perhatikan kembali hipotesis (untuk kuantitatif) atau perumusan masalah (untuk kualitatif). Poses pengkajian statistik dan matematik diupayakan tidak perlu disajikan. Narasikanlah hasil pengkajian tersebut, gunakanlah alat bantu seperti tabel, grafik, atau bagan. Pada hakikatnya, setelah analisis harus mampu menjawab “apakah yang kita temukan” seraya menampilkan data yang mewakili. l
JIKA HASIL DAN PEMBAHASAN DIGABUNG (Suminar S. Achmadi) Kelemahan kurang jelas mana hasil peneliti sendiri dan mana hasil peneliti lain argumentasi penulis kurang dapat dikembangkan dengan baik Keuntungan sederhana hanya jika permasalahannya sederhana cocok untuk jenis ‘catatan penelitian’ (short communication)
JIKA HASIL DAN PEMBAHASAN DIPISAH (Suminar S. Achmadi) format lebih rapi pembaca bisa mengambil simpulan terlebih dulu Jika tidak ada bagian Simpulan (dan Saran) secara terpisah: Simpulan dapat digabung dengan Pembahasan Letakkan sebagai kalimat terakhir pada paragraf pembahasan
PENUTUP, SIMPULAN, SARAN Merupakan turunan logis dan sahih dari hasil penelitian, sehingga tidak perlu menyimpulkan apa pun dari hal-hal yang tidak diteliti. Ciri-ciri penutup/simpulan, inferensi, deduksi, abstraksi, implikasi, interpretasi, pernyataan umum atau perampatan berdasarkan temuan. Penutup/simpulan juga harus menjawab hipotesis atau perumusan masalah, harus disusun berdasarkan fakta (bukan yang tersirat), harus dirumuskan secara ringkas dan cermat, harus dinyatakan dengan tegas tanpa embel-embel kata “mungkin”, “kiranya”, atau “tampaknya”.
ILUSTRASI – (Wasmen Manalu) Ilustrasi adalah penggambaran akan sesuatu. Ilustrasi dapat berupa tabel dan gambar (grafik, foto, diagram, bagan, peta, denah, dan gambar lainnya). Ilustrasi bersifat suplemen atau alat bantu. Dalam menyiapkan ilustrasi, selalu mengacu ke petunjuk penulisan.
Ilustrasi jangan dibiarkan berbicara sendiri tanpa penjelasan atau narasi. Apa yang disajikan dalam ilustrasi harus dituliskan dan diterjemahkan oleh penulis ke dalam bentuk narasi yang dapat dipahami oleh pembaca. Aculah ilustrasi sesuai dengan nomornya.
TABEL Tabel selalu dibuat dan disiapkan dalam halaman terpisah dari teks. Tabel diberi nomor urut mengikuti angka arab. Setiap tabel diketik dalam halaman terpisah. Sebelum membuat tabel perhatikan terlebih dahulu format yang ada pada contoh artikel terbaru atau petunjuk penulisan.
Umumnya garis horisontal sepanjang halaman yang diperbolehkan hanya tiga, yaitu dua pada bagian atas (judul kolom) dan satu pada penutup tabel. Garis vertikal sama sekali tidak diperbolehkan. Dengan demikian, tabel kotak-kotak yang dihasilkan oleh komputer harus diedit supaya sesuai dengan format penulisan tabel ilmiah.
Judul tabel biasanya ditempatkan di atas tabel. Perhatikan format penulisan judul tabel, apakah ditulis di tengah, cetak miring atau left justification. Kadang-kadang kata tabel dan nomor tabel ditulis dengan cetak tebal. Sistem penulisan satuan peubah yang ditabulasikan perlu diperhatikan dengan cermat, apakah cetak miring setelah koma, atau dalam tanda kurung.
Angka-angka dalam tabel sebaiknya diformat menurut titik desimal supaya angka tersusun menurut besarannya. Jumlah angka di belakang koma juga harus diperhatikan sesuai dengan makna angka tersebut. Dengan demikian, angka di belakang koma tidak harus empat atau tiga, atau dua. Kalau memang tidak perlu, tanda koma tidak perlu dicantumkan.
DAFTAR PUSTAKA Yang disebutkan di dalam daftar pustaka harus yang benar-benar dirujuk dalam artikel ilmiah. Penyusunannya dilakukan berdasarkan abjad dan hendaknya disesuaikan dengan gaya yang telah dikenal secara umum: Gaya Chicago, Gaya Harvard, Gaya Vancouver, Gaya Leicester University, Gaya Monash University, atau gaya selingkung yang ditetapkan suatu jurnal.
Gaya Chicago Chicago Tribune. 1994. “Gun Injuries Take Financial Toll on Hospital”, February 24. Craton, M. and G. Saunders. 1992. Islanders in the Stream: A History of the Bohemian People. Athens: University of Georgia Press. Herring, G. 1998. The Beguiled: Misogynist Myth or Feminist Fable? Literature Film Quaterly 26 (3): 214-219. Yin, Sandra. 2003. Color bind. American Demographics 25, (7): 22-26. Academic Search Premier, via Galileo, http://www/galileo.usg.edu.
Sumber tulisan ini didasarkan pada materi-materi Pelatihan Penulisan Artikel Ilmiah Nasional yang dilaksanakan oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nasional, 2012. Tim Penatar: Mien A. Rifai Suminar S. Achmadi Wasmen Manalu Ali Saukah Nur Kholis Setiawan A. Latief Wiyata Wahyu Wibowo Lusitra Munisa
Selamat berkarya…merdeka! nil voluntibus arduum, tidak ada yang sukar bagi yang punya keinginan… Salam, Wahyu Wibowo lahir di Kampung Kemayoran, Jakarta Pusat, 8 Maret 1957; dekan pada Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Nasional, Jakarta; redaktur senior majalah Solusi Investasi, Jakarta; penulis 28 judul buku tentang kebahasaan, komunikasi, dan kepenulisan praksis; bukunya yang telah mengalami cetak ulang di antaranya, Tata Permainan Bahasa Karya Tulis Ilmiah (Bumi Aksara, 2010), Cara Cerdas Menulis Artikel Ilmiah (Penerbit Kompas, 2011), dan Langkah Kritis dan Kontemporer Menulis Buku Ajar Perguruan Tinggi (Bidik-Phronesis, 2012); reviewer program hibah penulisan naskah buku ajar, DP2M Ditjen Dikti (sejak 2005) & narasumber pada pelatihan penulisan artikel ilmiah untuk dosen se-Indonesia, DP2M Ditjen Dikti (sejak 2006); doktor filsafat UGM Yogyakarta;