BIMBINGAN DAN DOA BAGI IBU HAMIL Kehamilan dan melahirkan merupakan kodrat alami bagi kaum wanita. Hampir semua wanita akan mengalami dua masa yang cukup “melelahkan” ini, kecuali mereka yang mengalami penyakit tertentu atau karena faktor-faktor lain yang menyebabkan sperma dan ovum tidak mampu bertemu dan berkembang di dalam rahim seorang wanita.
Setiap wanita mengalami perkembangan fisik secara bertahap Setiap wanita mengalami perkembangan fisik secara bertahap. Walaupun pada bulan-bulan pertama beban yang dipikul tidak begitu terasa berat dan melemahkan kekuatan jasmaninya, namun pada beberapa wanita telah mengalami perubahan fisik yg cukup berat. Ia sering merasa mual, muntah, pusing dan mengidam. Bagi wanita hamil, perjalanan dari hari ke hari terasa panjang dan lama. Kondisi ini menjadikan sebagian wanita hamil mengalami kelelahan, dan kelemahan. Kondisi seperti ini merupakan perkembangan jasmani yang wajar, Tuhan tidak menjadikan kehamilan sebagai hukuman tetapi sebagai karunia dan rahmat. Oleh karena itu, wanita yang sedang hamil sangat dituntut adanya ketulusan hati, kesediaan menderita, penuh kesabaran dan ketabahan, kepasrahan penuh pada Hyang Widhi Wasa dan penuh harap akan waranugraha-Nya.
Pustaka Suci veda sendiri telah menegaskan bahwa : “Prnja nartha striyah srstah samtarnartham ca manavah. Tasmat sadahrano dharmah crutam patnya sahaditah” “untuk menjadi ibu, wanita diciptakan dan untuk menjadi ayah, laki-laki itu diciptakan. Upacara keagamaan karena itu ditetapkan di dalam Veda untuk dilakukan oleh suami dengan istrinya”
Ketika wanita sedang hamil, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan sebagai suatu langkah awal untuk menjamin anak yang ada di dalam kandungan agar senantiasa berada dalam keadaan sehat dan seterusnya menuju kearah mendapatkan anak yang Suputra. Dalam perspektif Hindu, disamping usaha-usaha lahiriah, do’a memegang peran yang penting dan sangat menentukan dalam menghadapi berbagai problem kehidupan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dan diamalkan oleh wanita selama menghadapi kehamilan, adalah sebagai berikut :
Niyacchayaccha samyaccha cendriyani mahasthatha Memperbanyak mengingat Tuhan dengan memohon ampun dengan selalu merapalkan mantra-mantra keagamaan, salah satunya mantram gayatri Mantram Memperbanyak melakukan ibadah, berbuat kebaikan dan meninggalkan segala larangan-Nya, melakukan pengendalian diri dengan menjaaga pikiran, perkataan dan perbuatan. Sarasamuccaya 90 menyatakan : Niyacchayaccha samyaccha cendriyani mahasthatha Pratisedhayesvavdyesu durlabhesvahitesu ca Artinya : Karena itu hendaknya dikekang, diikat kuat-kuat Panca Indra dan pikiran itu, jangan biarkan akan melakukan tindakan melanggar, melakukan sesuatu yang tercela, sesuatu yang sukar untuk dicapai atau melakukan sesuatu yang pada akhirnya tidak menyenangkan.
Selain dengan melaksanakan beberapa ketentuan di atas dalam persfektif Hindu dalam hal bimbingan dan doa bagi ibu hamil juga dilaksanakan dengan media pelaksanaan ritual/upacara dan ketaatan pada Pali atau pantangan yang dalam bahasa Dayak dimaksud agar anak tidak Pahingen (cacat/kelainan).
Ritual-ritual yang dilaksanakan pada masa kehamilan dalam agama Hindu Kaharingan yaitu : Tiga Bulanan : Peleteng Kalangkang Sawang Tujuh Bulanan : Nyaki Dilit Sembilan Bulanan : Mangkang Kahang Badak (Panaturan)
Selama kehamilan berjalan normal, boleh saja melakukan hubungan seks sampai akhir kehamilan meskipun beberapa ahli berpendapat sebaiknya tidak lagi berhubungan seks pada minggu terakhir kehamilan (saat kehamilan berusia 8 bulan) karena bila perempuan mengalami orgasme dan rahim mengalami kontraksi dikhawatirkan bayi dapat lahir premature. Hubungan seks dilarang bila : terdapat pendarahan melalui vagina, sering mengalami keguguran, ketuban pecah, mulut rahim terbuka.
PANDUAN BAGI IBU MELAHIRKAN Reg Veda X.37.7 : Prajavanto anamiva anagasah Artinya : Ya, sang Hyang surya, semoga kami memiliki anak cucu dan bebaskan dari penyakit dan dosa
Jenis-jenis ritual yang dilaksanakan pasca kelahiran, adalah sebagai berikut : Upacara Palas Bidan Upacaran Pemberian Nama (Nahunan)
Upacara untuk meningkatkan status kesucian seseorang seperti upacara kelahiran, perkawinan dan seterusnya dalam tradisi Hindu disebut upacara Manusa Yadnya. Dalam Kitab Manawa Dharmasastra hal itu dinyatakan sebagai Sarira Samskara. Artinya, upacara untuk meningkatkan kesucian seseorang. Untuk mencapai peningkatan tersebut hendaknya diupayakan keseimbangan pertumbuhan antara badan (sarira) jasmani dan rohani.
Ini artinya bukan hanya jasmani yang membutuhkan makanan bergizi lengkap dan seimbang dalam pertumbuhannya. Rohani pun harus juga diberikan santapan spiritual untuk membangun pertumbuhan rohani itu sendiri menuju rohani yang sehat. Manusa Yadnya tidaklah sekadar mengupacarai anak-anak dari lahir sampai dia kawin. Upacara Manusa Yadnya tersebut barulah merupakan nyasa-nyasa atau simbol untuk menanamkan konsep filosofi Manusa Yadnya melalui media ritual yang sakral. Yadnya tersebut selajutnya harus diimplementasikan lebih lanjut dalam perilaku nyata untuk memelihara dan mendidik manusia itu dari ia masih dalam kandungan sampai ia dapat mandiri
Upacara Manusa Yadnya itu bertujuan untuk membangun aspek niskala saja Upacara Manusa Yadnya itu bertujuan untuk membangun aspek niskala saja. Sedangkan melahirkan, memelihara dan mendidik mausia itu secara normatif sebagai upaya sekala Slokantara 2, baris ketiga sbb: Yadnya sataad vai parama'pi putra. Artinya, memiliki seorang putra utama jauh lebih tinggi nilainya daripada seratus kali berupacara yadnya. upacara yadnya tersebut baru tahap menanamkan nilai-nilai spiritualnya lewat media ritual yang sakral. Tanpa implementasi nilai tersebut dalam kehidupan nyata atau sekala maka nilai-nilai yang masih bersifat niskala itu akan tidak dapat memperbaiki kehidupan manusia secara nyata dalam kehidupan ini. Karena itu, secara sekala Manusa Yadnya itu harusnya diimplementasikan lebih nyata.
Manawa Dharmasastra I. 89 sbb: Prajanam raksanam daanam Manawa Dharmasastra I.89 sbb: Prajanam raksanam daanam. Artinya pada kenyataannya yang dibutuhkan oleh masyarakat adalah rasa aman (raksanam) dan kesejahteraan (daanam).
BIMBINGAN DAN DOA BAGI IBU HAMIL Upacara Pagedong-gedongan ( Garbha Wedana atau Upacara Bayi dalam Kandungan ) Upacara ini bertujuan memohon kehadapan Hyang Widhi agar bayi yang ada di dalam kandungan itu di berkahi kebersihan secara lahir bathin. Demikian pula ibu beserta bayinya ada dalam keadaan selamat dan dikemudian setelah lahir dan dewasa dapat berguna di masyarakat serta dapat memenuhi harapan orang tua. Di samping perlu adanya upacara semasih bayi ada di dalam kan-dungan, agar harapan tersebut dapat berhasil, maka si ibu yang sedang hammil perlu melakukan pantangan-pantangan terhadap perbuatan atau perkataan-perkataan yang kurang baik dan sebaliknya mendengarkan nasehat-nasehat serta membaca membaca buku-buku wiracarita atau buku lain yang mengandung pendidikan yang bersifat positif. Sebab tingkah laku dan kegemaran si ibu di waktu hamil akan mempengaruhi sifat si anak yangmasih di dalam kandungan.
BIMBINGAN DAN DOA BAGI BAYI BARU LAHIR Doa untuk kelahiran bayi: OM BRHATSUMNAH PRASAWITA NIWESANO JAGATAH STHATURUBHAYASYA YO WASI SA NO DEWAH SAWITA SARMA YACCHA TWASME KSAYAYA TRIWARUTHAM AMHASAH (Ya Tuhan Yang Maha Pengasih, yang memberi kehidupan pada alam dan menegakkannya. la yang mengatur baik yang bergerak dan yang tidak bergerak, semoga Ia memberi rahkmatNya kepada kami untuk ketentraman hidup dengan kemampuan untuk menghindari kekuatan yang jahat.) Setelah bayi dimandikan, ayah bayi atau orang yang dituakan yang hadir di sana diminta membisikkan Mantram Gayatri (bait pertama Puja Trisandya) masing-masing tiga kali pada lobang telinga kanan dan kiri bayi itu.
TUNTUNAN AGAMA HINDU TERHADAP IBU NIFAS : Masa nifas merupakan saat dimana seorang ibu dalam rangka 40 hari setelah melahirkan dan kadang-kadang sering mengalami masalah nifas. Pada saat masa nifas ibu dianjurkan untuk makan makanan yang bergizi sebagai pengganti cairan dan darah yang keluar. Pada masa nifas sebaiknya tidak melakukan hubungan suami istri karena dapat menimbukan masalah kesehatan bagi ibu yang sedang mengalami masa nifas.
Pada masa pasca melahirkan atau nifas seorang perempuan tidak diperkenankan memasuki tempat suci dikerana dalam keadaan cuntaka.
Kebersihan mandi bagi ibu nifas Dalam pandangan agama Hindu kebersihana mandi pada ibu nifas sangat diharapkan untuk dapat dilakukan dalam usaha menjaga kesehatan, tetapi hal itu tidak diharuskan terhadap ibu nifas yang sedang mengalami masalah/gangguan dalam masa nifas sebab dapat menyebabkan penyakit.
BIMBINGAN MENGHADAPI SAKRATUL MAUT Persiapan Menuju Kematian Hendaknya setiap saat, setiap manusia harus berusaha untuk mempersiapkan diri dalam menhadapi kematian. Karena kematian akan datang tiba-tiba tanpa mengira waktu dan sebab penyakit tertentu, kita tidak akan mengetahui kapan akan dipanggil untuk kembali kepada-Nya, maka setiap manusia yang masih hidup seharusnya mempersiapkan diri dengan berbagai bekal untuk melakukan perjalanan panjang ini; dengan menabung karma baik, tetap berjalan dijalan dharma dan menjauhkan diri dari berbagai hal yang akan membawa diri pada awidya.
Apabila seseorang telah merasakan akan datangnya maut, maka sebaiknya ia mengingat sang penciptanya dan melafalkan doa atau mantram-mantra, misalnya Gayatri Mantram : Om Bhur Bvah svah Tat Savitur Varenyam Bhargo Devasya Dhimahi Dhiyo yo nah Pracodayat. Atau bisa juga dengan menyebut nama Tuhan,, sedangkan orang yang berada disekelilingnya membantunya dengan menuntunnya dan saling memohon maaf agar jalannya pulang lancar.