Pertemuan 1 PENGANTAR ETIKA TERAPAN Matakuliah : CB142 Tahun : 2008 Pertemuan 1 PENGANTAR ETIKA TERAPAN
Learning outcome Mahasiswa mampu menjelaskan pentingnya pertimbangan etika terhadap berbagai persoalan yang dihadapi oleh manusia Bina Nusantara
Peranan Etika Dalam Dunia Modern Munculnnya Etika Terapan Materi: Penjernihan Istilah Peranan Etika Dalam Dunia Modern Munculnnya Etika Terapan Bidang Garapan Etika Terapan Pendekatan Etika Terapan Metode Etika Terapan Bina Nusantara
Pengertian etimologis Penjernihan Istilah 1.1. Etika dan Moral Pengertian etimologis Etika berasal dari bahasa Yunani Kuno ethos yang berarti adat kebiasaan, cara berpikir, akhlak, sikap, watak, dan cara bertindak. Sedangkan Moral berasal dari kata bahasa latin Mos atau mores (jamak) yang berarti adat kebiasaan, Jadi secara etimologis etika dan moral memiliki pengertian yang tidak terlalu berbeda. Pengertian Leksikal (KBBI, 1998) 1) Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral. 2) kumpulan azas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak 3) nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan masyarakat. Mengikuti pengertian leksikal di atas K. Bertens menggarisbawahi: 1) etika dapat dipakai dalam arti nilai-nilai, norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau sekelompok orang dalam mengatur tingkah lakunya. Etika dalam konteks ini dianggap sebagai sistem nilai. 2). Etika dapat disebut juga sebagai kode etik 3). Ilmu tentang yang baik dan yang buruk Bina Nusantara
1.2.Etika dan Etiket Persamaan: Perbedaan: Sama-sama berkaitan dengan perilaku manusia Sama-sama mengatur perilaku manusia secara normatif Perbedaan: Etiket menyangkut cara bagaimana seharusnya seseorang bersikap. Etiket dalam konteks ini berkaitan dengan kebiasaan, sedangkan etika menyangkut refleksi rasional apakah suatu tindakan boleh atau tidak boleh dilakukan. Boleh atau tidak boleh dalam konteks etika adalah menyangkut dua hal yakni cara dan juga tujuan suatu perbuatan. Etiket hanya berlaku dalam pergaulan, sedangkan etika tetap berlaku, dengan atau tanpa kehadiran orang lain. Dalam konteks etika misalnya kita tidak pernah boleh mengambil barang yang bukan hak kita, walaupun barang itu tidak kita ketahui pemiliknya. Etiket bersifat relatif sedangkan etika lebih bersifat umum, universal. Persoalan mengenai hak atas hidup misalnya tidak tergantung pada budaya apapun, melainkan pada manusia itu sendiri sebagai sumber dan subyek etis. Etiket lebih menekankan penampilan lahiriah, sedangkan etika lebih pada penampilan batiniah, terutama mengenai motivasi suatu perbutan dilakukan. Bina Nusantara
Dua kata yang mirip, namun memiliki arti yang sangat berbeda. 1.3. Amoral dan Immoral Dua kata yang mirip, namun memiliki arti yang sangat berbeda. Amoral = ”netral dari sudut moral”, atau ”tidak mempunyai relevansi etis”, sesuatu yang tidak ada hubungan dengan masalah moral. Immoral = ”bertentangan dengan moralitas yang baik”, ”secara moral buruk”, ”tidak etis”. Bina Nusantara
2. Peranan Etika dalam Dunia Modern Suatu pertanyaan penting bagi kita adalah mengapa pertimbangan-pertimbangan etika itu penting? Berikut ini adalah alasan mengapa etika menjadi begitu penting dalam setiap pertimbangan untuk setiap keputusan manusia. Adanya pluralisme moral. Pluralisme moral dilatar belakangi oleh pluralisme kultural. Setiap kultur memiliki standar yang berbeda-beda mengenai apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Dalam konteks pluralisme kultural ini, etika sebagai sebuah refleksi kritis mempertanyakan apakah standar-standar moral itu sesuai dengan prinsip-prinsip dasar kemanusiaan? Timbulnya masalah-masalah etis baru, seperti kloning, pemanasan global yang mengancam hidup manusia, euthanasia, aborsi, kehamilan di luar perkawinan dan lain sebagainya. Semua masalah ini muncul bersamaan dengan pemanfaatan teknologi dan ilmu pengetahuan. Bina Nusantara
Munculnya kepedulian etis yang semakin universal Datangnya hantaman gelombang modernisasi. Modernisasi yang didorong oleh industrialisasi dan teknologi tidak hanya membawa banyak manfaat bagi hidup manusia, tetapi juga telah merubah persepsi, perilaku manusia. Pemanfaataan teknologi komunikasi misalnya telah merenggangkan hubungan kita sebagai pribadi dengan orang lain. Hubungan kita dengan sesama telah diperantarai oleh teknologi. Sejauh manakah kita harus memanfaatkan teknologi itu? Adanya tawaran berbagai ideologi. Ideologi adalah, ide, gagasan, kepercayaan-kepercayaan, nilai-nilai. Dalam konteks seperti ini kita ditantang, manakah ideologi yang harus kita pilih? Sebuah tantangan bagi agamawan. Apakah kehidupan ini merupakan anugerah Tuhan ataukan hasil sebuah evolusi? Apakah kehidupan ini merupakan anugerah Tuhan, hak prerogatif Tuhan, ataukan dapat direkayasa juga oleh manusia? Bina Nusantara
3. Munculnnya etika terapan 3.1. Muncul dari kepedulian etis yang mendalam, yang dipicu oleh: Perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan dan tehnologi. Terciptanya semacam ”iklim moral” yang mengundang minat baru untuk etika : Munculnya perjuangan civil right. Adanya gerakan kuat yang menuntut persamaan hak antara pria dan wanita. Terjadi juga “revolusi” mahasiswa di beberapa negara Barat Dsb. Bina Nusantara
3.2. Gambaran keseriusan perhatian pada etika terapan : Di banyak tempat di seluruh dunia setiap tahun diadakan kongres dan seminar tentang masalah-masalah etis. Telah didirikan cukup banyak institut, di dalam maupun di luar kalangan perguruan tinggi, yang khusus mempelajari persoalan-persoalan moral Terutama di Amerika Serikat, etika dalam salah satu bentuk sering kali dimasukkan dalam kurikulum di perguruan tinggi Terdapat suatu banjir publikasi tentang etika terapan yang tidak pernah terpikirkan beberapa dekade yang lalu Pada dekade-dekade terakhir ini tidak jarang jasa ahli etika diminta untuk mempelajari masalah-masalah yang berimplikasi moral Bina Nusantara
3.3. Kaitan etika terapan dengan etika umum Etika terapan merupakan produk dari etika umum Perdebatan tentang masalah-masalah konkrit akhirnya akan memperjelas, menguji dan mempertajam juga prinsip-prinsip moral yang umum. Perjumpaan dengan praktek akan memberikan banyak masukan berharga yang dapat dimanfaatkan oleh refleksi etika teoretis. Sebaliknya, etika terapan sangat membutuhkan bantuan dari teori etika, sebagai pegangan dalam memasuki pergumulan dengan masalah-masalah praktis. Dengan demikian kualitas etika terapan turut ditentukan oleh kualitas teori etika yang dipergunakannya Bina Nusantara
4. Bidang garapan etika terapan 4.1. Dua wilayah besar yang disoroti oleh etika terapan : Wilayah profesi : Etika kedokteran, etika politik, etika bisnis, dan sebagainya, Wilayah masalah : Penggunaan tenaga nuklir; pembuatan, pemilikan, dan penggunaan senjata nuklir; pencemaran lingkungan hidup; diskriminasi dalam segala bentuk (ras, agama, jenis kelamin, dll) 4.2. Pembagian kedalam makroetika dan mikroetika. Makroetika membahas masalah-masalah moral pada skala besar misalnya genocide, pemanasan global (lingkungan), kemiskinan dan ketidakadilan dan lain sebagainya. Sedangkan mikroetika membicarakan pertannyaan-pertannyaan etis pada tingkat sektoral seperti kewajiban etis antara dokter dengan pasien, perusahaan dengan karyawan, pengacara dengan klien dan lain sebagainya. 4.3. Pembagian ke dalam etika individual dan etika sosial. Etika individual membahas kewajiban manusia terhadap dirinya sendiri. Sedangkan etika sosial membahas kewajiban sosial manusia sebagai anggota kelompok masyarakat. Bina Nusantara
5. Pendekatan Etika Terapan 5.1. Pendekatan multidisipliner dan interdisipliner Pendekatan multidisipliner adalah usaha pembahasan tentang tema yang sama oleh pelbagai ilmu, sehingga semua ilmu itu memberikan sumbangannya yang satu di samping yang lain. Masing-masing ilmu memperthankan persepertif ilmiahnya masing-masing. Sedangkan dalam pendekatan interdisipliner semua disiplin ilmu tidak mempertahankan perspektif ilmiahnya masing-masing melainkan melebur ke dalam suatu pandangan yang menyeluruh. Dalam konteks ini peran etika adalah memberikan penilaian etis terhadap alasan-alasan yang diberikan oleh para ilmuwan dalam bidang terkait. 5.2. Pentingnya pendekatan kasuistik Pendekatan kasuistik adalah usaha memecahkan kasus-kasus konkrit dibidang moral dengan menerapkan prinsip-prinsip etika umum. Dalam pendekatan kausistik faktor-faktor spesifik yang menandai suatu situasi tertentu bisa sangat mempengaruhi penilaian terhadap suatu kasus. Situasi yang spesifik harus diperhitungkan dalam menerapkan prinisp etika umum. Bina Nusantara
6. Metode Etika Terapan Sikap awal :Sikap awal merupakan sikap tertentu seseorang terhadap suatu hal atau masalah yang dihadapinya Informasi : Kita butuh informasi, yang tentu mempunyai kaitan dengan masalah yang sedang dihadapi. Norma-norma moral : Norma-norma moral yang relevan untuk topik atau bidang bersangkutan, yang sudah sedemikian mengakar di tengah-tengah masyarakat, dan bukan baru diciptakan untuk kesempatan ini saja Logika berpikir : Proses pembahasan suatu masalah yang sedang dihadapi harus mematuhi tuntutan berpikr logis-rasional. Ini diperlukan bagi setiap usaha pembahasan untuk menghasilkan kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan secara moral Bina Nusantara