EKONOMI PERTANIAN Prof. Dr. Ir. Masyhuri.

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
Ekonomi Pertanian di Indonesia
Advertisements

SISTEM PEREKONOMIAN FENARO Rai.E - Mak.
AGRIBISNIS Agribisnis dalam arti sempit (tradisional) hanya merujuk pada produsen dan pembuat bahan masukan untuk produksi pertanian Agribisnis dalam pengertian.
SISTEM AGRIBISNIS OLEH : Dr. Ir
OLEH : SHANTI EMAWATI, S.Pt., MP.
USAHATANI DI iNDONESIA
BAB 6 EKONOMI MIKRO DAN EKONOMI MAKRO.
SISTEM AGRIBISNIS.
Mokh. Rum & Slamet Widodo,
11. PERUSAHAAN PERTANIAN.
Kelembagaan Dalam Pembangunan Pertanian
KEBIJAKAN PUBLIK.
KONSERVASI, DEPLISI DAN PERSEDIAAN
PERTANIAN PERTEMUAN 8 Powerpoint Templates.
Materi 1. Ruang Lingkup & Sejarah Usaha tani
Ilmu Usaha tani.
EFISIENSI PEMASARAN AGRIBISNIS PRODUCTS
Aplikasi Teori Permintaan dan Penawaran
MANAJEMEN PRODUKSI AGRIBISNIS.
KEBIJAKAN EKONOMI MAKRO DAN MIKRO Eny Lia purwandari A
TANAH SEBAGAI FAKTOR PRODUKSI
EKONOMI PERTANIAN INDONESIA
BY Ricky Herdiyansyah SP, MSc
Peranan Pertanian di Dalam Pembangunan Ekonomi
Perekonomian Indonesia
MANAJEMEN PRODUKSI AGRIBISNIS.
Definisi dan Klasifikasi Usahatani
Ilmu Usaha tani Oleh : ASY SYAUKANI, SP..
Pertemuan Minggu Satu Manajemen Modal Kerja
EKONOMI MIKRO TEORI PRODUKSI
OLEH : SHANTI EMAWATI, S.Pt., MP.
Garapan Drs. Puji Suharjoko
OLEH : SHANTI EMAWATI, S.Pt., MP.
Aplikasi Teori Permintaan dan Penawaran
Pengantar Ekonomi Mikro
PERKEBUNAN DAN MASALAHNYA
Wisnu Haryo Pramudya, S.E, M.Si, Ak
KONDISI SOSIAL EKONOMI PERTANIAN DI INDONESIA
Definisi dan Klasifikasi Usahatani
Pemanfaatan Sumber Daya ALAM
EKONOMI PERTANIAN.
Analisis Penggunaan dan Sumber Dana
Teori Produksi dan Kegiatan Perusahaan
Manajemen Pemasaran Agribisnis
UNSUR-UNSUR PERTANIAN
BAHAN AJAR EKONOMI Kelas X Semester 2.
PERTANIAN DAN PERDESAAN
CIRI-CIRI PERTANIAN.
Analisis Penggunaan dan Sumber Dana
Kesesuaian Kebijakan Ekonomi Konvensional dalam Kebijakan Pembangunan
EKONOMI PERTANIAN Bahan Kuliah 3 Ekonomika Produksi dalam Pertanian
POKOK PERMASALAHAN EKONOMI, PELAKU EKONOMI DAN SISTEM EKONOMI
Perekonomian Indonesia
Unsur & Ciri Pertanian di Indonesia
Analisis Penggunaan dan Sumber Dana
Aniesa Samira Bafadhal, SAB, MAB
Definisi dan Klasifikasi Usahatani
MANAJEMEN PERBANKAN JENIS-JENIS KREDIT JAMINAN KREDIT
PENGANTAR EKONOMI MAKRO
EKONOMI PERTANIAN Prof. Dr. Ir. Masyhuri.
Pengembangan Agribisnis dalam Pembangunan Pertanian
Unsur & Ciri Pertanian di Indonesia
KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MENGHADAPI MASALAH EKONOMI
EKONOMI PERTANIAN. I. PENDAHULUAN Menurut Hadisapoetro (1975), pertanian diartikan sebagai setiap campur tangan tenaga manusia dalam perkembangan tanam-tanaman.
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN UNIVERSITAS TERBUKA
MK :Manajemen Agrobisnis SKS : 2/1 Dosen : Dr. Ir. Rini Widiati, MS
OLEH : SHANTI EMAWATI, S.Pt., MP.
Ketahanan Pangan dan Gizi Ade Saputra Nasution. Peraturan Pemerintah No.68 Tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan sebagai peraturan pelaksanaan UU No.7 tahun.
EKONOMI MIKRO dan EKONOMI MAKRO STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR MATERI PEMBELAJARAN.
PRINSIP EKONOMI DALAM AGRIBISNIS. Sistem Perekonomian Sistem Pasar Bebas Sistem Ekonomi Perencanaan Sistem Ekonomi Campuran Ekonomi Makro Ekonomi Mikro.
Transcript presentasi:

EKONOMI PERTANIAN Prof. Dr. Ir. Masyhuri

I. PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN Menurut Hadisapoetro (1975), pertanian diartikan sebagai setiap campur tangan tenaga manusia dalam perkembangan tanam-tanaman maupun hewan agar diperoleh manfaat yang lebih baik daripada tanpa campur tangan tenaga manusia. Secara alami, tanaman dan hewan telah berkembang biak dengan sendirinya di hutan. Manusia tinggal mengambil sesuatu yang dihasilkan tanaman, misalnya buah-buahan, daun-daunan (sayuran), batang, dan umbi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sebagai bahan makan utama (primer). Demikian juga perkembangan hewan di hutan, manusia tinggal mengambilnya dengan cara berburu untuk dimanfaatkan sebagai bahan makan sekundair. Dalam tahap ini belum dikenal “pertanian”.

Kemudian manusia mulai mencoba menanam tanaman dan menangkap hewan untuk dipelihara di rumahnya. Adanya campur tangan manusia ini akan meningkatkan manfaat kepada manusia. Perkembangan inilah yang kemudian disebut dengan pertanian. Mosher (1966) memberi definisi pertanian sebagai sejenis proses produksi yang khas yang didasarkan proses pertumbuhan tanaman dan hewan yang dilakukan oleh petani dalam suatu usahatani sebagai suatu perusahaan. Dengan demikian unsur pertanian terdiri dari proses produksi, petani, usahatani, dan usahatani sebagai perusahaan. Proses Produksi : tumbuhan mengambil zat hara yang ada di dalam tanah melalui akar-akarnya. Zat ini dibawa ke daun dan dengan bantuan sinar matahari, zat tersebut diubah menjadi buah-buahan, biji-bijia dan hasil lain dalam proses yang disebut photosinthesa. Hasil tumbuhan ini kemudian dimakan oleh hewan dan manusia.

Bahan makan dari tanaman ini disebut bahan makan primer, karena itu tanaman juga disebut pabrik makanan primer. Hewan dan ternak dengan makan tumbuh-tumbuhan dapat menghasilkan daging, telor, susu dan hasil ternak lain yang dikonsumsi oleh manusia. Karena itu hewan disebut bahan makan sekunder. Petani: Proses produksi tersebut bisa berlangsung tanpa campur tangan manusia seperti dapat kita lihat pada tumbuhan liar yang dengan demikian belum disebut pertanian. Dengan turut campur tangannya manusia dalam perkembangan tumbuhan dan hewan, maka pertumbuhan tersebut menjadi lebih sesuai dengan kemauan dan kebutuhan manusia, dan dengan demikian disebut pertanian. Manusia yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan hewan tersebut disebut petani. Usahatani: Proses produksi tanaman dan hewan yang dikelola oleh petani tersebut dapat berlangsung apabila terdapat lahan yang luas. Lahan tersebut dinamakan usahatani.

Usahatani sebagai perusahaan : Petani dalam mengelola atau mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan hewan tersebut menggunakan prinsip perusahaan. Artinya dia mempertimbangkan berbagai kombinasi input yang diberikan agar bisa menghasilkan output sesuai dengan tujuan secara efisien dan efektif. Dengan demikian Mosher memberi definisi pertanian sebagai sejenis proses produksi yang khas yang didasarkan proses pertumbuhan tanaman dan hewan yang dilakukan oleh petani dalam suatu usahatani sebagai suatu perusahaan. Inilah pengertian umum dan modern dari pertanian. Pengertian pertanian yang lebih modern lagi adalah agribisnis. Struktur pertanian, berdasarkan ruang lingkupnya dapat dibedakan menjadi : pertanian dalam arti luas dan dalam arti sempit. Berdasarkan cara pengusahaannya dapat dibedakan menjadi : pertanian rakyat dan pertanian perusahaan besar. Berdasarkan lokasi dapat dibedakan menjadi : pertanian Jawa dan luar Jawa.

Pertanian dalam arti sempit meliputi tanaman pangan dan hortikultura serta perkebunan. Sedang pertanian dalam arti luas meliputi selain pertanian dalam arti sempit juga termasuk perikanan, peternakan, dan kehutanan. Pertanian rakyat adalah usaha pertanian yang dilakukan oleh keluarga petani. Ciri pertanian rakyat adalah 1) tidak jelas pemisahan kegiatan keluarga dengan kegiatan perusahaan 2) tenaga keluarga tidak diperhitungkan sebagai biaya 3) skala usaha relatif kecil. Pertanian perusahaan besar biasanya dilakukan pengelolaaan secara lebih profesional, jelas struktur organisasinya,bentuk badan usahanya formal misalnya PT, CV, Firma, UD, dan Koperasi. Pertanian di Jawa bisanya lahannya subur, lebih intensif, skalanya lebih kecil, lebih dominan tanaman pangan dan tanaman semusim. Sedangkan pertanian di luar Jawa biasanya kurang subur, kurang intensif, skalanya lebih besar, lebih dominan tanaman perkebunan dan tanaman keras.

Agribisnis adalah bisnis (usaha komersial) di bidang pertanian dalam arti luas (mulai dari pengadaan dan distribusi sarana produksi pertanian dan alat-alat serta mesin pertanian, usaha tani, pengolahan hasil pertanian menjadi bahan setengah jadi maupun barang jadi, pemasaran hasil-hasil pertanian dan olahannya, serta kegiatan penunjang seperti perkreditan, asuransi, dan konsultansi) Bidang Agribisnis membentuk suatu sistem yang terdiri dari subsistem-subsistem. Agribisnis bisa terdiri dari : 2 subsistem : on-farm (usahatani) dan off-farm (luar usahatani), atau 3 subsistem : input, usahatani, dan output, atau 4 subsistem : input, usahatani, pengolahan hasil pertanian, dan pemasaran, atau 5 subsistem : input pertanian, usahatani, pengolahan hasil pertanian, pemasaran input, hasil pertanian atau hasil olahannya, serta subsistem penunjang

Jadi perbedaan antara agribisnis dan pertanian setidaknya ada dua, yaitu ditinjau dari segi wawasan usaha dan dari bidang yang tercakup : Jika agribisnis wawasan usahanya adalah komersial, maka pertanian wawasannya ada yang subsisten, hobi, di samping ada yang komersial, serta campuran antara dua wawasan tersebut dari segi bidang, agribisnis lebih luas daripada pertanian, karena mencakup subsistem pertanian di samping subsistem yang lain.

Gambar: Bagian-bagian Agribisnis

1. Input pertanian: a. alsintan/alat mesin pertanian (traktor, sprayer, bajak, garu, cangkul, sabit, dll), b. Saprotan/sarana produksi pertanian: bibit, pupuk (organik dan anorganik), pestisida(insectisida,pestisida, mitisida, herbisida), zat pengatur tumbuh, dll. 2. usaha pertanian: a. tanaman pangan (padi, palawija), hortikultura (sayur dan buah), bunga, b. Perkebunan (tebu, kelapa sawit, karet, kopi, coklat, teh, dll); c. peternakan (sapi, kerbau, kambing, unggas, dll.) d.kehutanan (jati, meranti, pinus, sengon, dll),e. perikanan (ikan tawar, ikan laut, dll.) pengolahan (pabrik tepung, pabrik krept/karet, dll.) dan manufacturing pertanian (pabrik ban, tekstil, roti, catering, dll.) pemasaran (pedagang pengumpul, pedagang besar, pengecer, broker, dll.) penunjang (lembaga keuangan, asuransi, konsultasi, pelatihan, transportasi, dll.)

Ilmu ekonomi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari alokasi sumberdaya yang terbatas untuk memenuhi keinginan manusia yang tak terbatas dengan cara yang seefisien mungkin. Ilmu ekonomi pertanian dapat didefinisikan sebagai bagian ilmu pertanian yang mempelajari masalah-masalah ekonomi dalam pertanian (Kaslan Tohir, tanpa tahun), atau bagian dari ilmu ekonomi umum yang mempelajari fenomena-fenomina dan persoalan-persoalan yang berhubungan dengan pertanian baik mikro maupun makro (Mubyarto, 1977). Secara lebih rinci, ekonomi pertanian mempelajari masalah ekonomi produksi pertanian, masalahan ekonomi konsumsi dan pemasaran hasil pertanian, manajemen usahatani dan agribisnis, masalah kebijakan pertanian, masalah pembangunan pertanian, dll.

1.2 Ciri-ciri pertanian Indonesia 1. Pertanian tropika Sebagian besar daerah di Indonesia berada di dekat katulistiwa yang berarti merupakan daerah tropika. Dengan demikian jenis tanaman, hewan, perikanan, dan hutan sangat dipengaruhi oleh iklim tropis (pertanian tropika). Di samping itu ada pengaruh lain yang menentukan corak pertanian kita yaitu bentuk negara berkepulauan dan topografinya yang bergunung-gunung. Letaknya yang di antara Benua Asia dan Australia serta antara Lautan Hindia dan Pasifik, memberikan pengaruh pada suhu udara, arah angin yang berakibat adanya perbedaan iklim di Indonesia, sehingga menimbulkan ciri pertanian Indonesia merupakan kelengkapan ciri-ciri pertanian yang lain. 2. Pertanian dataran tinggi dan rendah Indonesia merupakan daerah volkano (memiliki banyak gunung), sehingga memungkinkan mempunyai daerah yang mempunyai ketinggian dan dataran rendah. Dataran tinggi mempunyai iklim dingin, sehingga bisa ditanami tanaman beriklim subtropis.

4. Adanya hutan tropika dan padang rumput. 3. Pertanian iklim basah (Indonesia barat) dan pertanian iklim kering (Indonesia timur). Indonesia bagian barat yang (Sumatra, Kalimantan, Jawa, sebagian Sulawesi) mempunyai iklim basah : banyak hujan, sedangkan bagian Indonesia lain terutama Indonesia bagian timur (NTB, NTT, Maluku) iklimnya kering. 4. Adanya hutan tropika dan padang rumput. Karena iklimnya basah dan berada di daerah tropika maka banyak hujan terbentuk hutan tropika, sedangkan di daerah kering tumbuh padang rumput. 5. Perikanan darat dan laut. Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau, sehingga daerahnya terdiri dari darat dan perairan. Keadaan ini memungkinkan terdapatnya perikanan darat dan laut. 6. Pertanian di Jawa dan Luar Jawa. Daerah Jawa dan luar Jawa mempunyai spesifikasi yang berbeda Jawa umumnya : tanah subur, penduduk padat luar Jawa umumnya : tanah kurang subur, penduduk jarang mempengaruhi corak pertanian: pertanian di jawa umumnya merupakan tanaman bahan pangan, berskala kecil, sedangkan pertanian di luar jawa umumnya perupakan perkebunan, kehutanan, berskala lebih luas.

7. Pertanian rawa, pertanian darat/kering, pertanian beririgasi/basah Daratan Indonesia terbagi menjadi : tanah rawa yaitu lahan yang tergenang sepanjang masa, lahan kering yaitu lahan yang tidak mendapat air irigasi, dan pertanian basah yaitu lahan yang beririgasi. 8. Pertanian / tanah sawah beririgasi, tadah hujan, sawah lebak, sawah pasang surut Penggolongan ini adalah penggolongan lahan yang ditanami padi. Sawah yang beririgasi bersumberkan bendung sungai, dam/waduk, mata air, dll. Berdasarkan fasilitas teknisnya dibagi menjadi irigasi teknis, setengah teknis, dan sederhana. Lahan/sawah tadah hujan sebenarnya juga mempunyai saluran irigasi tetapi sumber airnya berasal dari air hujan. Sawah lebak mendapat air terus menerus sepanjang masa. Sawah pasang surut mendapat air dari air sungai yang pasang karena air laut yang sedang pasang, sering juga terdapat saluran irigasi.

II. PERANAN PERTANIAN DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA 2.1 Luas lahan pertanian Sebagian besar lahan di Indonesia digunakan untuk pertanian baik pertanian tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan. Oleh karena itu Indonesia dikenal sebagai negara agraris. 2.2 Jumlah penduduk di sektor pertanian Sebagian besar penduduk bekerja di sektor pertanian : 45 % (1996), menurun menjadi 42% (2009) Saat krisis (1999) meningkat menjadi 50 %. Tahun 2002 turun kembali menjadi 47%. Serapan tenaga kerja pertanian : 34 juta (1985) , 42 juta (1992), turun menjadi 40 juta (1993), dan turun lagi menjadi 37,5 juta (1994). Namun masa krisis tahun 1998 naik lagi menjadi 64,4 juta orang. 2.3. Pendapatan nasional Sumbangan sektor pertanian terhadap pendapatan nasional sekitar 16,9% tahun 1998 (sekitar Rp 167 trilyun). Secara absolut peranan tersebut mengalami kenaikan tetapi secara relatif mengalami penurunan. Pada awal Pelita I PDB dari sektor pertanian Rp 24,9 trilyun (37,9 %). Pada tahun 2009, pertanian memberikan 14% pendapatan nasional.

2.4 Produksi pangan domestik Pertanian menghasilkan bahan kebutuhan pokok (pangan, sandang, dan papan). Sebagai penghasil pangan, pertanian belum ada yang menggantikan sehingga dalam keadaan darurat atau perang, peranan pertanian sangat strategis. 2.5 Penghasil devisa Komoditi-komoditi perkebunan, kehutanan, perikanan dan sebagian tanaman pangan dan peternakan merupakan komoditas ekspor penghasil devisa. Nilai ekspor pertanian tahun 1984 sebesar US$ 2,5 miliar meningkat menjadi US$ 7,1 miliar. 2.6 Mempunyai efek multiplier yang besar 2.7 memberi pasokan kepada industri pertanian 2.8 sebagai pasar industri

III. KARAKTERISTIK USAHA DI BIDANG PERTANIAN 3.1. Adanya jarak waktu antara mulai investasi dengan penerimaan hasil yang lama, karena proses produksi pertanian memerlukan waktu lama Pada tanaman padi misalnya perlu waktu 3-4 bulan baru bisa menghasilkan. Pada tanaman perkebunan dan buah-buahan perlu waktu 4-8 tahun. Keadaan ini akan mempengaruhi tingkat resiko usaha, tingkat pengembalian modal. Resiko usaha bisa berupa resiko fisik dan pasar. Resiko fisik berarti kemungkinan kegagalan panen atau pengurangan panen yang disebabkan bermacam-macam faktor seperti banjir, kekeringan, hama dan penyakit, dan bencana lainnya. Resiko pasar bisa berupa terjual produknya dengan harga murah atau tidak ada pembeli.. Kalau hasilnya lama baru diperoleh akan menurunkan nilai kini hasil tersebut. Karena waktu mempunyai nilai, semakin lama nilainya makin kecil. Faktor penyetaraan nilai tahun tertentu dengan nilai kini disebut faktor diskonto.

3.2. Merupakan pertanian rakyat Sebagian besar pertanian Indonesia merupakan pertanian rakyat. Ciri-ciri pertanian rakyat : 1] skala usaha kecil, rata-rata penguasaan lahan pertanian hanya sekitar 0,5 hektar, 2] tidak ada pembedaan antara usaha dan rumahtangga, misalnya rumah yang sekaligus merupan gudang, kandang ternak, keuangan usaha dan rumah tangga tercampur, 3] manajemennya tidak profesional. 3.3. Bersifat ekstensif Pertanian membutuhkan lahan yang luas. Keadaan ini berimplikasi bahwa lahan di kota pasti kalah bersaing dengan kegunaan usaha lain. 3.4. Hasil pertanian sukar dikuasai Proses produksi pertanian banyak ditentukan oleh alam, sehingga jumlah dan kualitas hasilnya sering tidak bisa dikuasai. Keadaan ini mengakibatkan perlunya proses sortasi dalam penanganan pascapanen. 3.5. Spesialisasi dalam pertanian sukar diterima Spesialisasi dapat dibedakan menjadi spesialisasi produksi dan tenaga kerja.

3.6. Harga hasil pertanian selalu berfluktuasi Spesialisasi produksi berarti menghasilkan satu macam produk, karena pertanian beresiko tinggi maka tidak banyak petani yang melakukannya. Spesialisasi tenaga kerja banyak dilakukan di pabrik atau industri, tetapi tidak berlaku di pertanian. Umumnya tenaga kerja dapat bekerja pada beberapa pekerjaan. Tetapi ada kebiasaan di masyarakat tertentu yang pekerjaannya berdasarkan jenis kelamin, misalnya wanita bekerja di penyiangan, panen, sedang laki-laki bekerja mencangkul, sopir traktor dan pekerjaan yang relatif berat. 3.6. Harga hasil pertanian selalu berfluktuasi fluktuasi jangka panjang= trend fluktuasi siklus: siklus ekonomi dan produksi siklus stabil, konvergen dan divergen fluktuasi musiman fluktuasi jangka sangat pendek

IV. PRINSIP EKONOMI PRODUKSI PERTANIAN 4.1 Usahatani Usahatani adalah suatu tempat atau bagian dari permukaan bumi tempat pertanian diselenggarakan oleh seorang petani tertentu sebagai seorang pemilik / penyakap ataupun manager yang digaji. Usahatani dapat berupa usaha bercocok tanam atau memelihara ternak (Mosher 1966) Untuk menghitung perolehan usahatani digunakan konsep keuntungan dan pendapatan petani. Laba = penerimaan – semua biaya yang diperhitungkan (termasuk tenaga kerja keluarga, penyusutan, dll.) Pendapatan petani = penerimaan – biaya kas yang dikeluarkan (tidak termasuk nilai biaya keluarga, penyusutan, dll.) 4.2. Fungsi produksi pertanian Fungsi produksi adalah suatu fungsi yang menghubungkan antara produksi yang dihasilkan dengan faktor produksi. Y = f(X1, X2,...Xn). Bila faktor produksinya satu Y=f(X) bisa digambarkan dalam grafik sbb.:

Fungsi Produksi Neoklasik Suatu fungsi produksi yg menggambarkan hubungan antara input dan output, mulai dari tanpa input lalu ditambah sampai jumlahnya banyak, outputnya akan naik dg tingkat kenaikan yg semakin meningkat, sampai titik tertentu (ttk belok), kemudian naik dg tingkat kenaikan yg semakin berkurang, produksi mencapai maksimum dan lalu turun. Hukum kenaikan hasil yang semakin berkurang Produksi marginal, produksi rata-rata. Elastisitas produksi 4.3. Efisiensi Efisiensi produksi berarti maksimisasi perbandingan output dan input. Efisiensi teknis, output dan input diukur dengan unit fisik. Ini terjadi pada Average Product (AP) maksimum. Pada saat itu AP=MP (Marginal Product.) Efisiensi harga/ alokatif berarti dicapai pada keuntungan maksimum. Ini dicapai pada saat nilai produksi marginal (MVP) = harga input (v) atau MP = v/p, dimana p = harga output.

4.5. Pengaruh Teknologi Baru Teknologi akan meningkatkan produksi 4.4. Optimasi Jika diketahui fungsi produksi dan harga, maka dapat dicari tingkat input dan produksi optimal, artinya yang menghasilkan keuntungan maksimal.  = p y - v x  maximum, bila d/dx = 0, dan d(d/dx)/dx < 0  Contoh : fungsi produksi: y= 10X-X2 dan Y= 10X0,5, harga y (p)= Rp 10/unit dan harga X (v)= Rp 6/unit. Berapa produksi maksimal, input optimal, produksi optimal, dan laba maksimal ? 4.5. Pengaruh Teknologi Baru Teknologi akan meningkatkan produksi Contoh teknologi baru adalah teknomogi mekanis (pemakaian traktor); teknologi kimia (pupuk, pestisida); teknologi biologi (bibit hibrida, penggunaan legin, dll.)

Gambar : Pengaruh teknologi terhadap produksi

4.6 Fungsi Permintaan Input

AC = average cost =biaya rata-rata 4.7 Fungsi Biaya Biaya = biaya variabel dan biaya tetap = BV + BT = f(Q) + BT Jangka waktu LR= long run = jangka panjang SR= short run =jangka pendek VSR= very short run= jangka sangat pendek AC = average cost =biaya rata-rata AVC = average variable cost = biaya variabel rata-rata MC = marginal cost = biaya marginal Dalam gambar: AC slope garis dari titik o ke fungsi biaya AVC=slope garis dari titik o ke fungsi biaya variabel MC= slope garis singgung fungsi biaya

4.8 Fungsi Penawaran Produk Kurva MC diatas AVC minimum= kurva supply Laba maksimum dicapai pada saat MC = p, persamaan ini menghasilkan persamaan penawaran, dimana Qs=f(P). 4.9 Fungsi Produksi dengan 2 atau Lebih Input Variabel : isoquant, expantion path, isocline, ridgeline, pseudoscale line Isoquant : garis yang menghubungkan titik-titik kombinasi penggunaan input X1 dan X2 yang menghasilkan jumlah produksi yang sama. MRTSx1x2 = besarnya input X2 yang harus dikurangi, bila X1 ditambah i unit agar produksinya masih tetap. Isocost : garis yang menghubungkan kombinasi input X1 dan X2 yang bernilai biaya yang sama.

V. FAKTOR PRODUKSI PERTANIAN 5.1. Tanah Kontribusi tanah pada produksi dipengaruhi oleh luas dan kesuburan. Kesuburan dipengaruhi oleh sifat fisik dan kimia tanah. Sebagai modal, tanah mempunyai karakteristik: 1. jumlah tidak dapat ditambah 2. Tanah merupakan modal tidak bergerak 3. tidak memerlukan penyusutan 5.2. Tenaga kerja Pengaruh tenaga kerja dipengaruhi oleh jumlah dan kualitas serta pengalaman 5.3. Modal Modal adalah barang atau uang yang bersama dengan faktor produksi lain (tanah dan tenaga kerja) menghasilkan barang baru.

Macam modal 1. berdasar bisa dilihat tidaknya : tangible dan non tangible, misalnya human investment 2. dari sumbernya : equity capital dan debt capital 3. dari manfaat: private capital (hanya memberi manfaat kepada investor) ,dan social capital (memberi manfaat banyak orang) misalnya jalan dan irigasi. 5.4. Manajemen Manajemen adalah ilmu dan seni untuk mengelola (merencanakan, mengorganisasi, mengarahkan dan mengendalikan) suatu usaha guna memperoleh keuntungan. Menurut Dun & street, 88% kegagalan bisnis disebabkan oleh manajemen yang tidak efektif.

5.5. Masalah tanah garapan Hubungan petani dengan lahannya Bentuk hubungan antara petani dengan lahan garapan dapat digolongkan menjadi 3 macam: petani pemilik penggarap, petani penyewa, dan petani penyakap. Pengaruh status petani terhadap kinerja usahatani latar belakang petani: petani pemilik penggarap adalah petani tradisional. Penyakap juga merupakan petani tradisional yang kurang mampu, sudah terbiasa menggarap lahan untuk usahatani tetapi mungkin kurang profesional. Petani penyewa umumnya lebih profesional, karena sudah memperhitungkan untung rugi. jangka waktu / time horizon : petani pemilik penggarap jangka waktunya tak terbatas, sedang penyewa terbatas pada kontrak sewa menyewa. Penyakap waktunya tidak ditentukan tetapi mudah dihentikan penggarapannya.

kinerja usahatani : kendala /insentif ekonomi Penyewa mengeluarkan uang lebih banyak. Ini bisa membatasi bisa tidak, tergantung kemampuan dan tersedianya kredit. Untuk penyakapan tergantung perjanjian bagi hasil dan pembebanan biaya. Menurut UUPBH 1960 hasil dan biaya dibagi dua, tetapi prakteknya tidak demikian. Dalam praktek ada yang hasilnya dibagi dua, biayanya seluruhnya ditanggung penyakap. Perpecahan dan pemencaran tanah garapan Perpecahan tanah disebabkan karena : warisan dan penjualan tanah /penyewaan /penyakapan. Mengecilnya lahan bisa berpengaruh terhadap efisiensi usahatani dan daya tawar /daya saing petani serta kesejahteraan. Pemencaran lahan disebabkan karena perkawinan /warisan, pembelian lahan, penyewaan, penyakapan. Pemencaran berpengaruh pada efisiensi usahatani dan keterbatasan strategi agribisnis.

Harga tanah Harga tanah dipengaruhi oleh : lokasi, kesuburan, topografi, kemiringan,kelangkaan lahan, penggunaan lahan dan kontribusinya terhadap nilai produksi. Lokasi yang dimaksud adalah jaraknya terhadap pasar, terhadap jalan raya, terhadap fasilitas irigasi Kontribusinya terhadap nilai produksi dipengaruhi oleh kesuburan lahan, kemiringan lahan, tinggi tempat, iklim/cuaca, jenis komoditas, harga produk, harga input usahatani, teknologi, dll. Penggunaan lahan misalnya untuk industri, perumahan, pertanian dll. Kelangkaan lahan dipengaruhi oleh demand dan supply. 5.6. Masalah pengangguran dan ketenagaan kerja Pengangguran (terbuka): bila seseorang sedang mencari pekerjaan dan belum mendapatkan pekerjaaan.

1. kelebihan tenaga kerja atau zero marginal productivity. Pengangguran tersamar: kelihatan bekerja tetapi tidak penuh. Penyebabnya: 1. kelebihan tenaga kerja atau zero marginal productivity. 2. under employment, seseorang yang bekerja dibawah kapasitasnya, misalnya seorang sarjana yang menjadi buruh tani 3. musiman, kerja kalau musim sibuk, tidak bekerja bila tanaman tidak memerlukan. 5.7. Masalah kredit Kredit adalah penyedian uang atau tagihan-tagihan yang dapat disamakan dengan itu berdasar persetujuan pinjam meminjam antara bank dengan fihak lain dalam hal mana fihak peminjam berkewajiban melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga yang telah ditentukan. Unsur penting dalam perkreditan: unsur kepercayaan unsur waktu unsur resiko unsur prestasi

Jenis kredit: Berdasar tujuan penggunaan kredit : kredit produksi dan konsumsi. Berdasar sifat pembiayaan : kredit eksploitasi dan investasi Berdasar waktu pengembalian : kredit jangka pendek, menengah, dan jangka panjang Berdasar akibat penggunaan : kredit statis dan dinamis Masalah bunga Pertanian mempunyai karakteristik tertentu sehingga perkreditan pertanian memerlukan bunga yang murah, ada grace periode, waktu panjang, kelonggaran atau asuransi, bimbingan atau pendampingan, dll. Bunga kredit dipengaruhi: biaya administrasi, biaya modal, inflasi, resiko, dan jangka waktu pengembalian.

Mengapa petani perlu kredit…. ? untuk membiayai usahataninya untuk membiayai pemasaran pembiayaan konsumsi pembiayaan kegiatan social

VI. PERMINTAAN DAN PENAWARAN HASIL PERTANIAN 6.1. Permintaan hasil pertanian Permintaan hasil pertanian merupakan hubungan antara jumlah barang hasil pertanian yang akan dan mau dibeli oleh konsumen dan harga hasil pertanian tersebut Permintaan hasil pertanian dapat dinyatakan sebagai kurva, persamaan, atau tabel permintaan Fungsi permintaan adalah suatu fungsi yang menggambarkan hubungan antara jumlah barang yang mau dan mampu dibeli konsumen dengan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan hasil pertanian tersebut. dalam persamaan matematika : Q = f(P, Ps, Pk, I, T, S) P= harga, Ps = harga barang substitusi, Pk = harga barang komplementer, I = pendapatan konsumen, T = selera dan cita rasa konsumen, S = musiman

Harga barang mempengaruhi jumlah permintaan, untuk hampir semua barang (barang inferior, normal dan mewah, selain giffen goods, hubungan antara harga barang dan jumlah permintaan digambarkan mengikuti hukum permintaan, yaitu bila harga barang naik, maka jumlah permintaannya berkurang dan sebaliknya bila harga menurun, maka permintaan barang tersebut akan naik Pada giffen goods berlaku sebaliknya, yaitu: bila harga barang naik maka jumlah permintannya akan naik dan bila harga barang turun, maka jumlah permintaannya akan turun. Contoh : barang/jasa yang informasinya kurang jelas seperti film di bioskop dan barang yang rendah nilai sosialnya misalnya gaplek. Harga barang substitusi mempengaruhi jumlah permintaan barang, bila harga barang substitusi naik maka jumlah permintaan barang akan naik. Hal ini disebabkan karena konsumen akan mengganti konsumsinya pada barang lain yang lebih murah, atau paling tidak mengurangi konsumsi barang yang harganya naik dan menambah konsumsi barang yang harganya turun.

Harga barang komplementer Harga barang komplementer. Bila harga barang komplementer naik maka jumlah permintaan barang akan mengalami penurunan, karena konsumsi barang yang kita bicarakan dikonsumsi konsumen bersama-sama dengan barang komplementer, sehingga penurunan konsumsi barang komplementer juga berakibat sama dengan barang tersebut. Pendapatan konsumen. Untuk barang normal dan mewah, kenaikan pendapatan konsumen akan meningkatkan jumlah permintan barang, demikian sebaliknya bila pendapatan konsumen turun, maka jumlah permintaan konsumen akan turun. tetapi untuk barang inferior dan giffen goods, bila pendapatan konsumen naik akan menurunkan jumlah permintaan barang dan sebaliknya bila pendapatan konsumen turun, maka jumlah permintaan barang akan naik. Cita rasa dan selera konsumen . Bila cita rasa dan selera konsumen naik maka jumlah permintaannya juga akan naik. selera dan citasara konsumen Indonesia akan beras lebih tinggi daripada orang barat, maka permintaan beras orang Indonesia lebih tinggi dibandingkan permintaan orang barat.

demikian sebaliknya citarsa dan selera orang barat terhadap gandum dan kentang lebih tinggi daripada orang Indonesia, sehingga jumlah permintaan gandum dan kentang orang barat lebih tinggi daripada orang Indonesia. Musim. Di musim kemarau permintaan es krim lebih tinggi daripada di musim hujan. Untuk orang barat, di musim dingin, permintaan bir lebih tinggi dibandingkan di musim panas. Elastisitas. Untuk mengukur respon permintaan terhadap reaksi perubahan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan diukur dengan elastisitas permintaan. faktor-faktor yang diukur responnya biasanya adalah harga (Elastisitas permintaan terhadap harga), harga barang lain (Elastisitas permintaan harga silang), pendapatan (elastisitas permintaan terhadap pendapatan).

Edps = (Q/Q)/(Ps/Ps) Elastisitas permintaan terhadap harga adalah perbandingan antara prosentase perubahan jumlah barang yang diminta dengan prosentase perubahan harga barang. Edp = (Q/ Q)/(P/P) Elastisitas permintaan terhadap harga silang adalah perbandingan antara prosentase perubahan barang yang diminta dengan prosentase perubahan harga barang lain. Edps = (Q/Q)/(Ps/Ps) Elastisitas permintaan terhadap pendapatan adalah perbandingan antara prosentase perubahan jumlah barang yang diminta dengan prosentase perubahan pendapatan konsumen. Edi = (Q/Q)/(I/I) Elastisitas tersebut bisa diukur dengan elastisitas titik atau busur (dua titik). Elastisitas bisa dikelompokan kedalam 3 kriteria yaitu: E > 1 berarti elastis E = 1 elastisitas satu (unitary elasticity) E < 1 inelastis

6.2. Penawaran hasil pertanian Penawaran adalah suatu hubungan antara jumlah barang yang ditawarkan dengan harga barang. Penawaran ini dapat digambarkan dalam grafik, persamaan dan tabel. Fungsi penawaran adalah suatu fungsi yang menggambarkan hubungan antara jumlah barang yang ditawarkan (Qs) dengan faktor-faktor yang mempengaruhi. Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran barang adalah harga (P), harga input (Pi), teknologi (T), musim (S) dll. Persamaan fungsi penawaran adalah : Qs = f(P,Pi,T,S)

Harga barang. Kenaikan harga barang akan meningkatkan penawaran barang dan sebaliknya bila harga turun akan menurunkan jumlah penawaran. Pengaruh ini bisa dinyatakan dengan elastisitas penawaran terhadap harga: Esp = (Qs/Qs)/(P/P) Harga input. Bila harga input naik, maka jumlah barang yang ditawarkan akan turun dan sebaliknya bila harga input turun, maka jumlah barang yang ditawarkan akan naik. Pengaruh ini bisa dinyatakan dalam elastisitas penawaran terhadap harga input: Espi = (Qs/Qs)/(Pi/Pi) Teknologi Bila tersedia teknologi yang semakin maju, akan meningkatkan jumlah penawaran. Didalam pertanian teknologi bisa berupa teknologi fisik/mekanis, kimia, biologi, dll. Musim Pengaruh musim terhadap penawaran sudah jelas, bila sedang musim maka akan tersedia banyak barang yang ditawarkan.

6.3. Keseimbangan pasar dan perubahan harga Keseimbangan pasar terjadi bila jumlah permintaan sama dengan jumlah penawaran. Dalam keseimbangan terdapat harga dan jumlah barang keseimbangan. Keseimbangan harga dan jumlah barang akan berubah bila kurva penawaran dan permintaan berubah. 6.4. Margin pemasaran, permintaan turunan dan penawaran turunan Margin pemasaran adalah perbedaan antara harga eceran dengan harga di tingkat petani. namun demikian margin pemasaran dapat diukur pada masing-masing tingkat pada saluran pemasaran. harga di tingkat eceran merupakan pertemuan antara penawaran turunan dengan permintaan primer. Permintaan primer adalah permintaan yang dilakukan oleh konsumen akhir, sedangkan penawaran turunan adalah penawaran yang dilakukan oleh pedagang eceran yang merupakan wakil produsen untuk berhadapan dengan konsumen akhir. Harga produsen merupakan pertemuan antara permintaan turunan dengan penawaran primer. Permintaan turunan adalah permintaan yang dilakukan oleh pedagang pengumpul sebagai wakil dari konsumen akhir. Sedangkan penawaran primer adalah penawaran yang dilakukan oleh produsen langsung.

VII. PEMASARAN HASIL PERTANIAN 7.1. Peranan dan Fungsi Pemasaran Peranan pemasaran adalah membantu menjembatani antara kepentingan konsumen dg produsen yg berlawanan. Fungsi pemasaran adalah: Pertukaran : pembelian penjualan Fisik: pengolahan pengangkutan penyimpanan Penunjang: - pendanaan -penanggungan resiko -grading dan standarisasi -informasi pasar

7.2. Kegunaan Pemasaran Kegunaan pasar dapat dibedakan menjadi: kegunaan bentuk kegunaan tempat kegunaan waktu kegunaan kepemilikan kegunaan informasi 7.3. Pendekatan mempelajari pemasaran Pemasaran dapat dipelajari dengan beberapa pendekatan: pendekatan komoditi pendekatan kelembagaan pendekatan input -output pendekatan sistem

7.4. Efisiensi pemasaran Efisiensi pemasaran merupakan perbandingan antara output pemasaran dengan input pemasaran. Output bisa berupa kepuasan konsumen, sedangkan input merupakan masukan yang digunakan dalam proses pemasaran. Efisiensi ini bisa berupa fisik maupun finansial. Menurut Mubyarto: eff pemsrn terjadi bila: 1. mampu memberikan keuntungan yg adil bagi pelaku pemasaran 2. mampu membawa barang ke konsumen dg harga semurah^2 nya. Indikator efisiensi berupa: 1. Margin pemasaran Makin kecil margin pemasaran makin efisien 2. harga di tingkat konsumen Makin murah harga yang diterima konsumen akhir, makin efisien. 3. Tingkat kompetisi Makin kompetitif struktur pasarnya, makin efisien. Struktur pasar yang paling efisien adalah struktur pasar persaingan sempurna. 4. Banyaknya fasilitas pemasaran makin banyak fasilitas pemasaran makin efisien pemasarannya.

7.5. Manajemen Pemasaran Rencana pemasaran strategis terdiri dari keputusan-keputusan: 1. Keputusan pasar secara menyeluruh. Keputusan ini bisa terdiri dari : Identifikasi pasar target dan kebutuhan konsumen Keadaan lingkungan pasar yang bersaing 2. Keputusan produk, yaitu keputusan untuk menentukan lini produk. 3. Keputusan harga, yaitu berupa cara-cara penentuan harga barang, antara lain berupa: penentuan harga cost-plus penentuan harga mark-up penentuan harga psichologis penentuan harga penetrasi penentuan harga pasar berjenjang 4. Keputusan tempat, outlet dan distribusi saluran pemasaran 5. Keputusan promosi

VIII. KEBIJAKAN PERTANIAN 8.1. Pengertian Kebijakan pertanian sering disebut pula politik pertanian merupakan salah satu kegiatan pemerintah untuk masyarakat yang ditujukan untuk meningkatkan taraf hidup, kesempatan ekonomi petani dan kehidupan pedesaan. 8.2. Kebijakan harga Harga dasar Harga dasar merupakan harga minimum yang harus terjadi di tingkat petani, agar petani mendapatkan harga yang layak sehingga petani terangsang untuk selalu meningkatkan produksi. Kebijakan ini diberikan mengingat harga yang terjadi di pedesaan sangat rendah terutama pada saat panen. karena petani kebanyakan miskin, sehingga pada waktu panen ada kecenderungan petani menjual sebagian besar hasil panen untuk mencukupi kebutuhannya, sehingga jumlah penawaran hasil panen berlimpah, menyebabkan harga rendah.

2. harga atap Harga atap adalah harga maksimum yang harus terjadi agar konsumen dapat mengkonsumsi komoditas tersebut. Keadaan ini terjadi pada saat paceklik, karena persediaan komoditas tersebut kurang, sedangkan konsumsi jalan terus. Kebijakan harga atap ini bertujuan untuk melindungi konsumen.

3. Buffer stock Ada bermacam-macam tujuan buffer stock yang sesuai dengan namanya: a. Market operation stock, yaitu cadangan beras untuk keperluan operasi pasar, yaitu untuk menjalankan kebijakan harga dasar dan atap. b. Emergency stock, yaitu cadangan beras untuk keperluan bantuan kepada masyarakat bila terjadi musibah. c. Commitment stock, yaitu cadangan beras untuk penyaluran golongan anggaran termasuk pegawai negeri, pegawai BUMN, tentara. d. carry over stock, yaitu cadangan yang akan digunakan untuk kebutuhan masa mendatang (ganti tahun).

4. tarif bea masuk Tarif bea masuk impor selain mendatangkan pendapatan bagi pemerintah, sekaligus bisa dimanfaatkan untuk melindungi produsen dalam negeri. akibat adanya tarif bea masuk, harga produk tersebut menjadi naik. 5. Pajak ekspor Pajak ekspor selain juga mendatangkan pendapatan bagi pemerintah juga berfungsi untuk melindungi industri dalam negeri yang menggunakan bahan baku produk tersebut. dengan adanya pajak ekspor, maka harga produk dalam negeri menjadi lebih murah, sehinga menguntungkan pengguna bahan baku tersebut.

6. Pembatasan produksi 7. Pembayaran langsung

8.3. Kebijakan struktural Kebijakan struktural berupa kebijakan pertanahan, pola dan tata tanam serta kebijakan tentang infrastruktur. Kebijakan pertanahan bertujuan untuk menata luas pengusahaan dan pemilikan lahan. Kebijakan ini bisa berupa agrarian reform yang meliputi: 1. perubahan sistem pemilikan dan penguasaan tanah 2. perubahan dalam sistem penggunaan tanah 3. perubahan tentang hukum agraria nasional Menurut Mosher (1969), struktur pedesaan yang modern terdiri dari: 1. tersedianya pasar tempat menjual hasil produksi dan membeli sarana produksi dan peralatan pertanian. 2. jalan-jalan desa yang cukup memadai 3. tempat-tempat percobaan guna melakukan verifikasi lokal 4. Perangkat penyuluhan, tempat petani belajar dan bertanya tentang teknologi baru 5. fasilitas perkreditan guna menunjang penggunaan teknologi baru.

8.4. Kebijakan pemasaran kebijakan pemasaran menitik beratkan pada pengaturan sistem pemasaran beserta lembaga-lembaganya, sehingga tercipta sistem pemasaran yang efisien dan efektif agar petani mempunyai daya saing yang tinggi.

IX. PEMBANGUNAN PERTANIAN Perubahan dalam pendekatan kebijakan pembangunan pertanian yang dilakukan oleh Kabinet Persatuan Nasional: 1. Perubahan penekatan perencanaan dari dominasi perencanaan terpusat menjadi lebih terdesentralisasi, dalam upaya menjamin pembangunan partisipasif, optimasi pemanfaatan sumberdaya yang beragam dan mencapai pembangunan daerah yang lebih merata. 2. Perubahan orientasi pembangunan dari pendekatan peningkatan produksi menjadi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani. 3. Perubahan dari penekanan pada upaya menghasilkan produk tanaman primer mengarah pada produk-produk olahan yang dapat menciptakan nilai tambah bagi masyarakat pedesaan, melalui pengembangan agribisnis di pedesaan. 4. Perubahan dari pemanfaatan teknologi padat karya untuk menciptakan kesempatan kerja mengarah pada penerapan teknologi padat modal ddan mekanisasi pertanian dalam upaya untuk mencapai efisiensi usaha dan daya saing komoditas. 5. Perubahan dari dominasi peran pemerintah dalam pelaksanaan pembangunan menjadi pada semakin besarnya peran masyarakat dan swasta mulai dari perencanaan sampai pada implementasinya.

X. KOPERASI PERTANIAN Koperasi adalah organisasi ekonomi rakyat yang berwatak sosial, beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi yang merupakan tata susunan ekonomi sebagai usaha bersama berdasar atas azas kekeluargaan. Macam-macam koperasi: -koperasi produksi -koperasi pemasaran -koperasi simpan pinjam Sejarah koperasi dunia. Jejak-jejak organisasi yang menyerupai koperasi pernah ada di Mesir kuno kira-kira 3000 tahun SM.ada bekas ide koperasi kebudayaan di Yunani, Romawi dan China. Koperasi pengusaha tani pertama yang dilaporkan adalah koperasi para peternak sapi perahan di Swiss, yang membuat keju secara koperatif pada abad ke 13. orang-orang amerika berpengalaman dalam membentuk koperasi. Benyamin Franklin membentuk gabungan asuransi bersama (koperasi) pada tahun 1752. menjelang tahun 1800-an hampir sebanyak 1000 koperasi usahatani terutama koperasi peternak perahan di Amerika Serikat.

Banyak orang mengakui bahwa koperasi resmi pertama pada jaman modern adalah ’perkumpulan para pelopor keadilan Rochdale’ di Inggris tahun 1844. pada awalnya anggotanya berjumlah 28 yang berusaha dalam pembelian perbekalan untuk bisnis mereka. Walaupun perkumpulan tersebut bukan yang pertama, tetapi prinsip-prinsip dasarnya telah berlaku sebagai model bagi perkembangan sejumlah besar koperasi modern. Prinsip-prinsip Rochdale modal harus disediakan sendiri dan modal tersebut mendapat suku bunga yang tetap. koperasi hanya menyediakan bahan makanan yang paling pokok dan yang dapat diperoleh kepada para anggota. timbangan dan ukuran penuh harus diberikan. harga pasar harus dibayar langsung, tidak ada kredit yang diberikan atau diminta. laba harus dibagi menurut perbandingan jumlah pembelian yang dilakukan oleh setiap anggota. prinsipnya setiap anggota mempunyai 1 suara yang menentukan dan harus ada persamaan bagi semua jenis kelamin dalam keanggotaan.

manajemen harus dikelola oleh para pejabat dan komite/panitia yang dipilih secara berkala. persentase tertentu dari sisa hasil usaha harus disediakan bagi pendidikan perhitungan (laporan) keuangan dan neraca harus sering disajikan kepada para anggota. Pada tahun 1922 di Amerika Serikat terdapat Undang-undang Capper-Volstead yang memberi kepastian hak-hak pengusahatani untuk mengorganisasi pasar dan hasil secara kolektif selama memenuhi syarat sebagai berikut: asosiasi/koperasi menyelenggarakan sekurang-kurangnya setengan dari bisnisnya dalam hubungan pasra anggotanya; dan tidak ada anggota asosiasi yang mempunyai lebih dari satu hak suara, atau asosiasi membatasi deviden tidak lebih dari 8 %.