TIRANI MODAL DAN KETAHANAN EKONOMI Hermanto Siregar, Ph.D. (Guru Besar Ilmu Ekonomi, IPB) Konferensi Warisan Otoritarianisme: “Demokrasi dan Tirani Modal”, Fisipol-UI, 05 Agustus 2008 Terimakasih kpd Panitia yang telah mengundang saya. Adalah suatu kehormatan bagi saya untuk menyampaikan pemikiran bersama-sama dengan para Pembicara Terkemuka pada Konferensi Warisan Otoritarianisme di Kampus UI yg sangat terkemuka ini.
OUTLINE Beberapa Paradoks Ekonomi Tirani Modal dan Permasalahan Terkait Upaya Menuju Ketahanan Ekonomi Ekonomi kita mengandung beberapa Paradoks. Dengan potensi SDA dll yg kita miliki, tidak seharusnya kinerja ekonomi kita lebih buruk dibandingkan negara2 jiran. Mengapa ini terjadi? Saya akan menyajikan kaitan antara tirani modal dan permasalahan lainnya dengan berbagai persoalan mendasar sebagaimana tercermin dari paradoxal evidence tsb. Lalu menawarkan pemikiran mengenai upaya2 yg kiranya seyogianya ditempuh utk mengatasi masalah dan persoalan2 itu Itulah yang merupakan outline presentasi saya.
BEBERAPA PARADOKS EKONOMI 1. Pertumbuhan - Pengangguran Pertumbuhan Pengangguran 2001 3.64% 8.10% 2002 4.38% 9.06% 2003 4.72% 9.50% 2004 5.03% 9.86% 2005 5.68% 10.26% 2006 5.48% 10.45% Mar-07 5.96% 9.80% Faktor utama penyebab paradoks tsb adalah sumber pertumbuhan ekonomi kita adalah sektor jasa (non-tradeable) yg bersifat capital intensive. Artinya, pertumbuhan ekonomi yg terjadi terutama dinikmati oleh pemilik modal (kapitalis); dan penggunaan kapital cenderung menggeser tenagakerja. Paradoks Pertumbuhan-Pengangguran Mengapa terjadi paradoks?
2. Sumberdaya Alam Banyak, tapi Banyak di Antaranya yang Menganggur Misal: Luas “Lahan Sementara Tidak Diusahakan” (LSTD) menurut Sensus Pertanian 2003 sekitar 10.2 juta ha (sejak 1993 bertumbuh dg laju 7.97% p.a.) Rataan pertumb. LSTD di Luar Jawa 8.08% pa Rataan pertumbuhan LSTD di Jawa 3.05% pa. Kemubaziran besar & ironi mengingat banyaknya rumah tangga petani gurem dan rumah tangga buruh pertanian Pengangguran SDM dan SDA berkaitan erat dengan kemiskinan Jumlah orang miskin sekitar 37 juta orang atau 16.6% dari populasi (per Maret 2007). Di pedesaan kemiskinan mencapai 21.9%.
3. SDA Banyak tapi Kita Sangat Tergantung pada Impor Nilai Berbagai Jenis Barang Impor Indonesia (USD Bn.) Tahun Konsumsi Bahan Baku & Penolong Modal Jumlah 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 1,2 1,4 2,4 2,8 2,2 1,9 2,5 2,7 2,3 2,9 3,8 4,6 4,7 6,7 20,0 23,1 29,6 30,5 30,2 19,6 18,5 26,0 23,9 24,2 25,5 36,2 44,8 47,1 56,3 7,2 7,4 8,7 9,7 9,3 5,8 3,1 4,8 4,4 4,2 6,5 8,3 9,2 11,5 28,3 31,98 40,6 42,9 41,7 27,3 24,0 33,5 30,96 31,3 32,6 46,5 57,7 61,0 74,5 Perhatikan impor kita thd berbagai jenis barang dalam 1,5 dekade terakhir. Impor barang2 konsumsi meningkat sekitar 5 kali lipat. Yg lebih parah, impor bahan baku & penolong, walaupun peningkatannya “hanya sekitar 3 kali lipat” tapi besarannya mencapai lebih dari USD 56 miliar (lebih dari Rp 500 T).
TIRANI MODAL & PERMASALAHAN TERKAIT Salah satu akibat dari persoalan2 tsb adalah melebarnya kesenjangan dlm berbagai hal… Indeks Gini mengalami peningkatan: 0.308 (1999) 0.329 (2002) 0.363 (2005). Lebarnya kesenjangan pendapatan juga terjadi antara petani dan non-petani: Pangsa TK pertanian thd total angkatan kerja 44%, pangsa PDB pertanian thd PDB total hanya 13%. Besarnya kemiskinan di sektor pertanian berkaitan dengan penguasaan tanah yang timpang: petani gurem (penguasaan tanah < 0.5 hektar) mencapai 56.5% dari total jumlah petani.
Dengan potensi SDA yang besar, tidak seharusnya Indonesia: mengalami kemiskinan dan pengangguran yang tinggi memiliki ketergantungan tinggi terhadap impor Dengan budaya gotong royong dan Pancasila yg kita miliki: tidak selayaknya berbagai kesenjangan itu eksis tidak sepatutnya kita membiarkan SDM kita berkualitas rendah, sehingga: tidak mampu mengelola SDA kita yang berlimpah justru menjadi “koeli” di negara jiran yg SDAnya tak sebanyak yang kita miliki …
Ranking Malaysia 63, Thailand 78, Filipina 90, dan Vietnam 105. Source: HDR 2007/2008.
Korelasi DAU Perkapita (Kebijakan Otda) dengan IPM Sangat Rendah DAU perkapita hampir tak memiliki korelasi dengan HDI, karena DAU tidak difokuskan oleh Pemda untuk meningkatkan komponen2 IPM Seharusnya dpt digunakan utk meningkatkan kesejahteraan sosial-ekonomi rakyat.
…tidak sepantasnya pula kita memiliki sistem birokrasi dan kebijakan yang membiarkan: Asing menikmati manfaat SDA Indonesia berlipat-lipat melebihi yang dapat dinikmati pelaku usaha domestik konglomerasi domestik memarjinalkan ekonomi rakyat kecil (ilustrasi: marjinalisasi lahan pertanian) Cara pandang thd modal asing harus diobah salah satu instrumen pendukung pemba-ngunan semata. Arus masuk FDI masih sangat terbatas, meskipun berbagai kemudahan telah diberikan oleh pemerintah. Maka, kita harus memperbesar peran pelaku ekonomi domestik yg tidak parasitik Kerjasama pelaku ekonomi asing dan domestik berasaskan prinsip saling menguntungkan.
1983 1993 2003 Kelompok Luas (ha) Usaha Tani (%) Rata-rata Luas (ha) < 0.5 40.8 0.26 48.5 0.17 55.1 0.5 – 1.99 44.9 0.94 39.6 0.90 33.3 2.0 – 4.99 11.9 2.72 10.6 3.23 6.4 2.0 – 2.99 ≥ 5 2.4 8.11 1.3 11.90 5.2 ≥ 3 Sumber: BPS, “Sensus Pertanian Indonesia 1983, 1993, dan 2003”. 11.6 14.3 Terjadi marjinalisasi lahan pertanian: persentase lahan pertanian luasan 0.5-1.99 ha berkurang, seperti yg terjadi pada luasan 2.0 ha, persentase luasan <0.5 ha meningkat tajam. Jumlah RT Buruh Pertanian terus meningkat: 5.0 juta KK (1983) 8.9 juta KK (1993) 13.4 juta KK (2003). Back
UPAYA MENUJU KETAHANAN EKONOMI Sementara pertumbuhan investasi lamban, dan pertumbuhan ekonomi lebih bergantung pada sektor jasa (non-tradable & capital intensive), upaya menuju ketahanan ekonomi seyogianya dilakukan melalui pengembangan kewirausahaan. Di negara maju, wirausahawan berjumlah sekitar 2% dari angkatan kerja Di Indonesia, tiap tahun ada sekitar 2.6 juta orang tambahan angkatan kerja. Bila tidak terserap, menjadi beban (pengangguran) Jika 5% dari jumlah tsb menjadi wirausahawan (130 ribu orang per tahun), maka akan tercipta sekitar 650 ribu kesempatan kerja per tahun Dlm 5 tahun, dari sini saja sudah mampu menciptakan kesempatan kerja langsung sekitar 3.25 juta. Kalau employment multiplier pengembangan tsb 2, mk dlm 5 thn kesempatan kerja langsung & tdk langsung yg akan tercipta adalah 6,5 juta dpt memecahkan masalah pengangguran Indonesia!!
Apakah wirausaha (entrepreneur) dan kewira-usahaan (entrepreneurship)? Entrepreneur is “a person who creates and grows a venture.” (Jay Kayne, Miami Univ.) Entrepreneurship is: “the process through which ventures are created” (Deb Markley, RUPRI) “the pursuit of opportunity beyond the resources one currently controls” (Howard Stevenson, the Harvard Business School) “to create and grow business” (The Webster’s dictionary; the Kaufman and Kellogg Foundations) Pengembangan kewirausahaan: upaya-upaya sistem-atis yang mempercepat dan mendukung entre-preneurs and entrepreneurship melalui public and private partnerships and practices.
Entrepreneurial Education & Career Development Lebih mudah menciptakan dan mengembangkan wira-usaha sejak muda. Entrepreneurial Education & Career Development Equip Engage Youth Involvement & Leadership in Community Community Support of Youth and Their Ideas Engage = kaitkan pemuda dlm upaya pengembangan kewirausahaan & kepemimpinan. Equip = lengkapi dg pendidikan kewirausahaan. Support = diperlukan dukungan komunitas utk pemuda dan ide-ide mereka. Mengapa pemuda? Kewirausahaan lebih mudah dimulai dan dikembangkan sejak muda. Hadits: 7/8 dari rezeki berada pada perniagaan/wirausaha. Support Sumber: Schroeder, RUPRI.
Antara lain dengan cara: Beri dukungan agar pemuda dan para senior bekerjasama menciptakan kesempatan2 yg lebih luas guna lebih berkembangnya wirausaha muda Dukung pemuda menciptakan dan mengembangkan bisnisnya sendiri, sesuai/fokus pada potensi ekonomi lokasi Bantu para pemuda agar mendapat akses terhadap pelatihan-pelatihan kewirausahaan dan sumberdaya yang dibutuhkan.
Pendekatan pengembangannya: “Mikro-ke-Makro” (microeconomic-based-economic development) Pendekatan “local/regional-to-national” Wirausaha bertambah, maka: komunitas lokal kuat, sehingga… ekonomi lokal kuat, dan menyebabkan… ekonomi nasional tumbuh dg akar yg kokoh. Bagaimana pengembangan kewirausahaan dapat meningkatkan kemandirian bangsa? Ini adalah alternatif pendekatan pembangunan ekonomi yg ditempuh selama ini.
+ Pilar ketahanan sosial, budaya & politik Ekonomi nasional hanya akan kokoh bila pilar-pilar berikut kuat. Pilar-pilar: Katahanan pangan Ketahanan energi Ketahanan finansial Ketahanan ekonomi meningkat bila pilar-pilar tersebut semakin kuat. + Pilar ketahanan sosial, budaya & politik Kemandirian bangsa meningkat!! Objek yang prospektif bagi wirausaha Upaya-upaya peningkatan pilar2 ketahanan tsb sekaligus merupakan PROSPEK BISNIS yg hrs disambut oleh enterpreneur atau calon entrepreneur. Ketahanan sosial : cohesiveness yg kuat, toleransi yang baik di tengah2 bangsa yg plural. Ketahanan BUDAYA: jangan mudah larut dengan budaya asing. Ketahanan POLITIK: euforia otonomi daerah dan demokrasi parpol jangan sampai membahayakan keutuhan NKRI.
Terima kasih… hermanto@mma.ipb.ac.id