PERSEPSI
PERSEPSI DAN ATRIBUSI MASYARAKAT TERHADAP PEMILIHAN AHOK MENJADI WAKIL GUBERNUR DKI JAKARTA
Ahok, Cina Loe!! Orang akan berpikir dua kali sebelum meneriaki seseorang dengan kata-kata, “Cina lu!”. Sebab ungkapan seperti itu lebih terdengar sebagai makian daripada pujian. Kata “Cina” masih memilki konotasi negatif daripada positif. Begitu buruknya kata “Cina” sampai-sampai orang-orang keturunan Cina sendiri lebih suka menyebut diri mereka “ Chinese” atau “Keturunan Tionghoa” daripada “Orang Cina”. Bahkan bisa-bisa mereka tersinggung jika disebut sebagai “Orang Cina”.
Ditengah pandangan masyarakat yang masih seperti tersebut diatas, memasang Ahok sebagai calon wakil gubernur adalah sebuah keputusan politik yang sangat berani. Menjual Ahok untuk menarik simpati publik adalah sebuah perhitungan politik yang melawan arus. Tetapi apa yang terjadi?, justru pasangan Jokowi-Ahok meraih suara terbanyak dalam acara pesta coblosan kemarin. Terlepas dari figur Jokowi yang memang kuat, figur Ahok yang “Cina” terbukti bukan menjadi “masalah”. Ini menandakan bahwa pandangan orang-orang Jakarta telah berubah, bukan saja terhadap kata “Cina”, tetapi juga terhadap kata-kata “Putra Daerah”.
Why Mengapa orang memandang Ahok berpikir 2 kali untuk memilihnya menjadi wakil gubernur Mengapa orang mengatakan "Ahok, China Lho" Apa yang membuat orang pribumi "Penduduk Asli Indonesia" berpikir negatif dari pada positif WNI keturun China
Pertanyaan pertanyaan pada intinya adalah pertanyaan tentang bagaimana orang mengenali dan mengerti orang lain Di sini kelompok kami tidak membahas alasan alasan politis dari penelaian orang kepada Ahok Kelompok kami tidak membahas pengenalan dan penilaian siapa yang benar Kami disini membahas bagaimana orang mengenali, mengetahui dan memahami orang lain
PERSEPSI DAN ATRIBUSI Persepsi dan atribusi dipresentasikan sebagai proses kognitif yang penting untuk memahami perilaku orang Proses kognitif mencakup berbagai cara dimana orang memproses informasi.
PENGERTIAN PERSEPSI Persepsi adalah proses pemahaman ataupun pemberian makna atas suatu informasi terhadap stimulus. Stimulus didapat dari proses penginderaan terhadap objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan antar gejala yang selanjutnya diproses oleh otak. Persepsi merupakan interpretasi unik dari suatu situasi, bukan rekaman situsi. Jadi persepsi bisa jadi berbeda dengan realita. ? Tidak ada seorangpun manusia yang mempunyai pengetahuan dan pengalaman yang sama, maka dari situasi/ rangsangan yang sama bisa menghasilkan reaksi dan perilaku yang berbeda.
Faktor yang mempengaruhi persepsi: Pelaku persepsi: karakteristik pelaku (individu) yang mempengaruhi persepsi; Sikap Kebutuhan atau mitif yang tidak dipuaskan Kepentingan atau minat kita Pengalaman masa lalu Pengharapan Target atau Objek, karakteristik dari objek akan mempengaruhi persepsi Situasi akan menarik perhatian kita untuk memperhatikan objek untuk memberikan persepsi
Faktor faktor yang mengaruhi atribusi : Faktor internal, perilaku yang diyakini berada dibawah kendali pribadi dari individu itu Faktor eksternal, perilaku sebagai hasil dari sebab-sebab luar dimana orang terpaksa berperilaku demikian oleh situasi Faktor-faktor yang mempengaruhi cara pandang terhadap penyebab perilaku apakah internal atau eksternal yaitu: Kekhususan, merujuk kepada apakah individu memperlihatkan perilaku yang berlainan dalam situasi yang berlainan Konsensus, jika semua orang menghadapi situasi yang serupa bereaksi dengan cara yang sama Konsistensi, apakah individu memberi reaksi dengan cara yang sama dari waktu ke waktu
KESALAHAN ATRIBUSI Kesalahan atribusi yang mendasar (fundamental error): kecenderungan untuk selalu memberi atribusi internal pada orang lain. Pada contoh mobil yang mengebel diatas, kita selalu memberi atribusi internal pada dia (pemarah, tidak sabar, dll). Efek Pelaku-Pengamat: kecenderungan si pengamat untuk selalu memberi atribut internal pada orang lain dan sebagai pelaku cenderung memberikan atribut eksternal. Pengutamaan Diri Sendiri: Setiap orang cenderung untuk membenarkan diri sendiri dan menyalahkan
KESIMPULAN Pasangan Jokowi-Ahok bukanlah pasangan yang hebat, mereka menjadi hebat karena masyarakat Jakarta mulai menyadari bahwa dikotomi kosmopolit-local atau pri-nonpri yang selama ini mereka andalkan terbukti tidak bisa menyelesaikan masalah-masalah mereka. Penduduk Jakarta telah memberikan contoh kepada rakyat Indonesia, bahwa ras, suku dan agama tidak dapat dijadikan acuan untuk menentukan apakah seseorang layak dijadikan pemimpin atau tidak. Cina, Batak, Bugis, Jawa, Islam, Kristen, Hindu tidak bisa dijadikan jaminan sebagai “pabrik” yang bisa mencetak seorang pemimpin baik.
TERIMAKASIH