Hesti D. Nawangsidi Oktober 2014

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
KELOMPOK 1 Nurul Indah S Ratih Dwi A. Retno Gumelar Tuan Hanni
Advertisements

Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Kab. Gresik Tahun 2012
SATKER SANITASI KOTA TASIKMALAYA
KESEHATAN LINGKUNGAN FKM-Unair
KEBIJAKAN IZIN TATA RUANG PADA KAWASAN PERUMAHAN
PENGELOLAAN LIMBAH AGROINDUSTRI
ANALISIS DATA DAN INFORMASI
Definisi SAMPAH : Semua jenis buangan yang bersifat padat atau semi padat yang dibuang karena tidak dipergunakan untuk tidak diinginkan (Tchobano Glous)
Reuse, Recycle , Recovery
ASPEK TEKNIS DAUR ULANG LIMBAH (TL4108, 2 SKS)
Dasar Pengelolaan Sampah Kota
Dr. Ir. Heru Purboyo Hidayat P, DEA
Iwan Kustiwan KK-PPK SAPPK ITB
Dr. Ir. Heru Purboyo Hidayat P, DEA
S1 T. LINGKUNGAN.  Kimia merupakan salah satu ilmu pengetahuan alam, yang berkaitan dengan komposisi materi, termasuk juga perubahan yang terjadi di.
KONSEPSI PRODUKSI BERSIH DAN MINIMISASI LIMBAH
FGD #7 24 Oktober 2014 Bappeda Jabar
FGD #5 22 Oktober 2014 Bappeda Jabar
KOTA SEHAT BERAWAL DARI LINGKUNGAN YANG SEHAT
Dasar Pengelolaan Sampah Kota
22 September 2014 Bappeda Jabar
Pelayanan Publik pada PDAM Tirta Mayang Jambi
PENGELOLAAN SAMPAH (KEBERSIHAN) DAN RTH
DISTRIBUSI AIR LIMBAH KOTA BANDUNG
FGD #3 8 Oktober 2014 Bappeda Jabar
Konsep Pengembangan Wilayah
Direktur Pengembangan PLP
Disampaikan Oleh : Marsaulina FMP, ST, ME
DIREKTORAT PENGEMBANGAN PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN
DIREKTORAT PENGEMBANGAN PLP TAHUN 2019
KRITERIA PENGOLAHAN SAMPAH DAN RUANG TERBUKA HIJAU
Penanganan limbah Limbah :
DASAR-DASAR PENGELOLAAN SAMPAH
Sanitasi Pada Pengolahan Limbah Industri
Sarana dan Prasarana Perumahan Pertemuan 3
TKW 435 PENGANTAR GEOLOGI PERTEMUAN 14
KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN DRAINASE LINGKUNGAN
Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH
SEKRETARIAT BKSP JABODETABEKJUR
PEMERINTAH KOTA SEMARANG
KONDISI PENGELOLAAN AIR LIMBAH KABUPATEN PIDIE
PENGELOLAAN LIMBAH PADA INDUSTRI PERTAMBANGAN
LIMBAH PADAT ( SAMPAH ANORGANIK)
“Kelembagaan dalam Peningkatan Kapasitas Pengelolaan Restorasi Sungai”
Standarisasi Kesehatan Lingkungan Di Perusahaan oleh : nor wijayanti
MANAJEMEN SAMPAH DAN SANKSI
STBM ( Sanitasi Total Berbasis Masyarakat )
AMUKTI SADAT JATI Teknik Industri Mercu Buana
Paradigma Pengelolaan Lingkungan Hidup : 1
STIEPAR YAPARI AKTRIPA BANDUNG
Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH
KRITERIA PENILAIAN FISIK
HIDUP SEHAT DENGAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT ( STBM ) 1.
SAMPAH UNTUK KEMASLAHATAN UMMAT
Kesesuaian Program PLTSa Dengan Jakstanas
REGULASI PENGELOLAAN SAMPAH DI PROVINSI JAWA TENGAH
Pengertian (1) Struktur Ruang Tata Ruang Pola Ruang
PENGELOLAAN LIMBAH CAIR DOMESTIK
PENATAAN RUANG 14/01/ :10.
STRATEGI, PROGRAM & KEGIATAN DALAM RANGKA MENCAPAI UNIVERSAL ACCESS BIDANG SANITASI Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman Direktorat.
KONSEP PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS TERPADU DI DIY
PENYUSUNAN Rencana Detail Tata Ruang PUSAT IBUKOTA KARANG BARU DAN KOTA KUALA SIMPANG Tahun 2018 – 2038.
KONSEP PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS TERPADU DI DIY
STBM (SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT). MDGs 2015 RPJMN SDGs – 0 – % Akses Air Minum 0% Kawasan Kumuh 100% Akses Sanitasi.
PELATIHAN DASAR TEKNIS BIDANG SUMBER DAYA AIR
INFRASURUKTUR AIR BERSIH KELOMPOK 3. 1.YUSUFE1B MUQRINE1B YANA WAHYUNIE1B M. AKBAR MUKHLISE1B YUDHYAQSAE1B M.
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU WPS di Kepulauan Nusa Tenggara 1 TANJUNG – MATARAM - MANDALIKA WPS 16 JAKARTA, 02 Desember 2016.
DAMPAK LIMBAH RUMAH TANGGA TERHADAP DRAINASE KOTA Aulia Rahman Zulmi SMK – SMTI Padang.
KERANGKA ACUAN KERJA BENDUNGAN CIAWI. KERANGKA ACUAN KERJA dokumen perencanaan kegiatan yang berisi penjelasan/keterangan mengenai apa, mengapa, siapa,
RDTR Tata ruang untuk investasi. Analisis pengembangan kawasan  Analisis ekternal yang mempengaruhi pengembangan kawasan 1.Arahan pengembangan kawasan.
Transcript presentasi:

Hesti D. Nawangsidi Oktober 2014 Konsep dan Rancangan Penyediaan Infrastruktur Persampahan dan Limbah dalam Pembangunan Metropolitan Bandung Raya Hesti D. Nawangsidi Oktober 2014

Konteks Pengembangan Metropolitan Bandung Raya Kawasan andalan : industri, pertanian, pariwisata, dan perkebunan Sistem perkotaan Nasional : industri dan jasa dan simpul transportasi Metropolitan modern : wisata perkotaan, industri kreatif, dan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni Kota inti dan perkotaan sekitar : perdagangan dan jasa, indusri kreatif dan teknologi tinggi, industri non pencemar, pertanian, perkebunan, agrobisnis, pariwisata, transportasi, dan pendidikan Industri, perdagangan dan jasa, pariwisata, pendidikan dan pusat IPTEKS, pertanian, dan perkebunan

Perspektif Perkembangan MBR Jumlah penduduk 5,8 juta jiwa di 56 kecamatan di Kota Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, dan Kabupaten Sumedang Tahun 2050 diperluas menjadi 73 kecamatan dengan tambahan kecamatan di Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, dan Kabupaten Sumedang Tahun 2000 – 2010 laju pertumbuhan daerah kabupaten lebih tinggi Menggunakan acuan laju pertumbuhan penduduk Provinsi Jawa Barat 1,9%/tahun jumlah penduduk tahun 2050 diprakirakan ≈ 10 juta jiwa Wilayah MBR 102.598,80 Ha dan akan menjadi lebih luas pada tahun 2050 (≈ 125.000 – 130.000 Ha) Konstelasi geografis MBR dan perluasanya ke arah Utara, Timur, dan Selatan dengan kontur berbukit, aglomerasi kawasan terbangun dengan intensitas beragam Aksesibilitas bertumpu pada jaringan transportasi arteri Kecenderungan pertambahan penduduk dari luar MBR pada akhir minggu atau hari libur

Rencana Persampahan (Perda Prov. Jabar No. 12 Tahun 2014) Permasalahan Persampahan (Rancangan TR Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung) Timbulan sampah di Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung akan meningkat hingga dua kali lipat dari tahun 2003 : terjadi timbulan sampah ± 24.966.074 m3 pada tahun 2015 dan ± 58.878.433 m3 pada tahun 2025. sehingga dibutuhkan lahan untuk TPA seluas 75 ha (untuk ketinggian 10 m) ataus 39 ha (ketinggian 20 m). Kapasitas TPA eksisting (39 ha) telah maksimum, sehingga diperlukan TPA baru seluas ± 75 Ha (ketinggian 10 m) atau ± 39 Ha (ketinggian 20 m) Terbatasnya sarana dan prasarana yang ada sehingga operasional pelayanan tidak optimal Belum seluruh bagian kota mendapatkan layanan pengangkutan sampah Kurangnya pemahaman masyarakat mengenai pengelolaan sampah Rencana Persampahan (Perda Prov. Jabar No. 12 Tahun 2014) Pembangunan TPPAS Legok Nangka di Kabupaten Bandung

Permasalahan Persampahan MBR Paradigma klasik : Sampah adalah bahan sisa yang tidak bernilai guna Sampah merupakan urusan pemerintah Penanganan sampah masih konvensional (end of pipe) : pengumpulan – pengangkutan – pembuangan di TPA Keterbatasan lahan untuk tempat penampungan, pengolahan dan pemrosesan sampah Keterbatasan prasarana pengangkutan sampah Keterbatasan sistem dan tata laksana pengelolaan sampah (koordinasi kelembagaan, pembiayaan, dan peran serta masyarakat) Prakiraan timbulan sampah ≈ 25.000 – 27.000 m3/hari Proporsi sampah rumah tangga > 55%, sisanya adalah sampah sejenis sampah rumah tangga Sampah spesifik belum ditangani, terutama limbah B3 atau yang mengandung B3

Strategi Pengelolaan Sampah MBR Perubahan paradigma dalam penanganan sampah sejak hulu (sumber) hingga dikembalikan ke media lingkungan secara aman Mengadopsi berbagai sistem pengelolaan dan teknologi pengolahan sampah di wilayah MBR dengan mempertimbangkan : Karakteristik timbulan sampah (volume, berat, komposisi, frekuensi) Karakteristik fisik kawasan yang dilayani Kapasitas lembaga/organisasi pengelola Kondisi sosial Menghindarkan pembuangan sampah secara terbuka Memanfaatkan teknologi ramah lingkungan Mengacu pada standar pelayanan minimal Pemanfaatan inovasi teknologi yang dikembangkan Bandung Raya Innovation Valley (BRIV) Penerapan peraturan pelaksanaan penyimpanan, pengumpulan, pemanfaatan, dan pengangkutan limbah B3 Penyediaan fasilitas pengolahan dan penimbunan limbah B3 di MBR

Paradigma Pola Pengelolaan Sampah Reuse Pembatasan timbulan sampah Pendaur ulangan sampah Pemanfaatan kembali sampah Reduce Recycle Sampah Pewadahan sampah Pemilahan sampah Pengumpulan sampah Pengangkutan sampah Pengolahan sampah Pemrosesan akhir sampah dan dikembalikan ke media lingkungan secara aman Remediasi Residu Angkut Buang / Proses

Bagan Alir Pengelolaan Sampah Produk 3 R Timbulan sampah Pemilahan Pewadahan Pengumpulan Produk 3 R Produk 3 R 3 R 3 R Pembuangan akhir Pemindahan ke angkutan Pemilahan Pengangkutan Pemilahan TEMPAT PENGOLAHAN DAN PEMROSESAN AKHIR SAMPAH TEMPAT PEMINDAHAN SAMPAH

Fasilitas Pengolahan Sampah Intermediate Treatment Facility (ITF) atau Material Recovery Facility (MRF) Metode Pengolahan Sampah Pemadatan Pengomposan Daur ulang materi Daur ulang energi *Sampah yang tidak dapat diolah ditimbun di TPA atau TPPAS Teknologi Pengolahan Sampah Pengolahan secara fisik : pemadatan, pengurangan ukuran, Pengolahan secara kimiawi Pengolahan secara biologi : secaraerobik atau anaerobik Pengolahan secara termal : insinerasi, pirolisi, atau gasifikasi Pengolahan untuk menghasilkan refused derifed fuel Prasarana pengolahan dan pemrosesan sampah menggunakan teknologi dengan proses biologi, termal, dan lainnya dengan kapasitas > 100 ton/hari membutuhkan studi kelayakan

Pertimbangan Lokasi TPA atau TPPAS Geologi : tidak berada di daerah patahan yang masih aktif, tidak berada di zona bahaya geologi, tidak berada di daerah karst, dan dianjurkan berada di tanah kedap air atau lempung Hidrogeologi : antara lain muka airtanah > 3 m, kelulusan tanah < 10 - 6 cm/detik, dan jarak terhadap sumber air minum > 100 m di hilir aliran Bukan merupakan daerah banjir periode ulang 25 tahun Kemiringan zona < 20% Tidak berada di kawasan lindung atau suaka alam Jarak dari permukiman > 1 km dengan mempertimbangkan pencemaran lindi, kebauan, penyebaran vektor penyakit, dan aspek sosial Jarak dari kawasan yang dilayani

Permasalahan Pengelolaan Air Limbah Sebagian besar air limbah ditangani secara setempat (on site) yang berpotensi menimbulkan pencemaran airtanah, terutama penanganan secara individual Keterbatasan pelayanan sewerage system dan IPAL secara terpusat (off site) di MBR. Kapasitas operasi IPAL Bojongsoang 50% dari debit desain Air limbah non tinja (grey water) masih bercampur dengan jaringan drainase Air limbah berupa tinja (black water) dikelola secara individual atau komunal melalui penggunaan tangki septik atau cubluk dan sebagian lainnya dibuang secara langsung pada badan sungai Limbah cair industri di MBR memberikan dampak terhadap kualitas air permukaan Keterbatasan prasarana sanitasi di perdesaan

Strategi Pengelolaan Air Limbah MBR Pengelolaan air limbah domestik dilakukan menurut sistem on site dan off site Sistem on site untuk pengolahan air kotor dan lumpur tinja secara individual atau komunal menurut standar teknis disertai pembersihan secara berkala Sistem off site pengolahan air kotor dan lumpur tinja melayani permukiman dan perumahan melalui IPAL menurut zona pelayanan Sistem off site pengolahan air kotor dan lumpur tinja secara modular untuk kegiatan perkotaan skala besar, seperti perkantoran, perdagangan, jasa, dan lainnya Hasil pengolahan sistem off site dimanfaatkan kembali atau dialirkan ke badan air umum Pengolahan limbah cair industri secara on site atau off site sesuai baku mutu efluen Pengelolaan limbah B3 dilakukan sesuai peraturan Pemanfaatan inovasi teknologi yang dikembangkan Bandung Raya Innovation Valley (BRIV)

Strategi Pengelolaan Air Limbah MBR Prasyarat pengelolaan secara off site : pemisahan saluran air limbah dengan saluran drainase dan air kotor tidak diperkenankan dibuang langsung ke saluran drainase Pengolahan off site dapat bersifat terpisah atau terpadu antara air kotor dengan tinja dengan persyaratan efluen memenuhi baku mutu Teknologi pengolahan ramah lingkungan Kelembagaan pengelolaan air limbah MBR dapat dilakukan oleh Pemerintah, BLU, atau bermitra dengan pihak ketiga Pengelolaan air limbah kegiatan skala besar, seperti perkantoran, perdagangan, jasa, perumahan, dan lainnya melalui IPAL terpadu dilakukan oleh pengelola kegiatan sebelum tersambung pada saluran air kotor Pengelolaan limbah cair industri secara individual atau IPAL terpadu dilakukan oleh pengelola kegiatan industri Pengelolaan limbah cair rumah sakit dan laboratorium dilakukan oleh pengelolan kegiatan

Pengelolaan Air Limbah MBR Pengelolaan Air Limbah Air Limbah Domestik Limbah Cair Industri Penanganan air kotor secara setempat (on site) dan individual Pengolahan reject water dan sewage sludge Pengolahan limbah cair industri non B3 secara terpusat dan terpadu (off site) di zona atau kawasan industri Pembangunan fasilitas pengolahan limbah B3 Pengelolaan limbah cair industri B3 sesuai peraturan-perundangan Pengolahan air kotor secara terpusat (off site) : dimanfaatkan sebagai second class water

Terima Kasih

TPS : Tempat Penampungan Sementara adalah tempat sebelum sampah diangkut ke tempat pendauran ulang, pengolahan, dan/atau tempat pengolahan sampah terpadu SPA : Stasiun Peralihan Antara adalah tempat peralihan antara untuk pengangkutan sampah skala besar ke lokasi tempat pemrosesan akhir. TPAS : Tempat Pemrosesan Akhir Sampah adalah tempat untuk memroses dan mengembalikan sampah ke media lingkungan secara aman bagi manusia dan lingkungan TPPAS : Tempat Pengolahan dan Pemrosesan Akhir Sampah adalah tempat untuk pengolahan dan pemrosesan akhir sampah di Kabupaten/Kota TPPAS Regional : untuk dua atau lebih Kabupaten/Kota TPST : Tempat Pengolahan Sampah Terpadu adalah tempat dilaksanakannya kegiatan pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, pendauran ulang, pengolahan, dan pemrosesan akhir sampah ITF : Intermediate Treatment Facility : teknologi pengolahan sampah