Hasil Penelitian PENERAPAN PEMBELAJARAN BERORIENTASI AKTIVITAS SISWA (PBAS) PADA KONSEP LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR.

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
PEMBELAJARAN DI KELAS, LAB & LAPANGAN
Advertisements

RAMBU-RAMBU PENYUSUNAN RPP
MERENCANAKAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS
“Peningkatkan Aktivitas dan Pemahaman Konsep Matematika Siswa Menggunakan Teknik Rotasi Refleksi pada Kelas V SDN 18 Koto Panjang Padang Panjang” Oleh:
RAMBU-RAMBU PENYUSUNAN RPP
Pengembangan Pengalaman Belajar
Macam (KTI) Karya Tulis Ilmiah
Dari Mana Dimulai… I. REFLEKSI II. MASALAH created by_Deyner Mengga.
ANALISIS BUKU GURU dan SISWA (Mata Pelajaran Program Keahlian SMK)
Oleh Fitriah NPM: aptitude treatmen interaction (ATI)
HASIL   Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team games Tournament (TGT) untuk Meningkatkan Kualitas Proses hasil Belajar Kimia Pada MateriLarutan.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN (DISCOVERY LEARNING)
SEMINAR PROPOSAL JUDUL
MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN (DISCOVERY LEARNING)
PENILAIAN.
PTK-PTS Oleh: I Wayan Widana
PANDUAN TUGAS PEER TEACHING
NAMA. :. MUNIYATI NPM. : JUDUL. :
BERBASIS LABORATORIUM
KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR
Zumrotus Sya’diyah, S.Si, M.Si Andy Muhammad Ayyub, M. Pd
Assalamu’ Alikum Wr. Wb..
OLEH: FITRIA WALLY NPM :
KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR
PENGGUNAAN MEDIA PAPAN PERMAINAN MONOPOLI SEBAGAI INOVASI PEMBELAJARAN PAIKEM UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR KIMIA PADA KONSEP STRUKTUR ATOM.
BERORIENTASI AKTIVITAS SISWA
Oleh Aisa Anjani Ohorela
Model discovery learning
PROPOSAL OLEH NANI ARIFIN Npm : O32
STRATEGI PEMBELAJARAN
KEGIATAN PEMBELAJARAN DAN PEMILIHAN MEDIA PEMBELAJARAN
KEGIATAN PEMBELAJARAN DAN PEMILIHAN MEDIA PEMBELAJARAN
TEORI BELAJAR Teori Keterampilan Proses Oleh : Iswadi, M. Pd.
MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN (DISCOVERY LEARNING)
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TALKING STICK PADA SISWA KELAS V SDN SUMOGAWE 04 KECAMATAN GETASAN KABUPATEN.
IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TEKNIK PICTORIAL RIDDLE UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA oleh imelda wea PROGRAM.
Pengembangan Pengalaman Belajar
P R O P O S A L PENELITIAN TINDAKAN KELAS
CBSA DALAM PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES Kelompok IV
KEGIATAN PEMBELAJARAN DAN PEMILIHAN MEDIA PEMBELAJARAN
HAKIKAT BELAJAR & PEMBELAJARAN
UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SQUARE SISWA KELAS VIIIA MTs. MUHAMMADIYAH.
MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN (DISCOVERY LEARNING)
MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN (DISCOVERY LEARNING)
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING BERBASIS LESSON STUDY TERHADAP MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPS 3 SMAN 3 BLITAR Oleh: HAMIDA.
STRATEGI PEMBELAJARAN BERORIENTASI PADA AKTIVITAS SISWA (PBAS)
SKRIPSI PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS PAIKEM UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS VIII SMPN 1 TANJUNG TAHUN PELAJARAN.
TEORI BELAJAR Teori Keterampilan Proses Oleh : Iswadi, M. Pd.
PENGGUNAAN ALAT PERAGA CHART DAN ABACUS DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA TENTANG PENGURANGAN BILANGAN CACAH DI KELAS III SDN 353 PATALA BUNGA.
MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN (DISCOVERY LEARNING)
KEGIATAN PEMBELAJARAN DAN PEMILIHAN MEDIA PEMBELAJARAN
MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN (DISCOVERY LEARNING)
MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN (DISCOVERY LEARNING)
MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN (DISCOVERY LEARNING)
MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN (DISCOVERY LEARNING)
MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN (DISCOVERY LEARNING)
MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN (DISCOVERY LEARNING)
KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR
MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN (DISCOVERY LEARNING)
MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN (DISCOVERY LEARNING)
MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN (DISCOVERY LEARNING)
MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN (DISCOVERY LEARNING)
PENGEMBANGAN SILABUS dan RPP dalam Implementasi KTSP
NAMA ANGGOTA : 1.ARSI PURNAMA DEWI ( ) 2.FRISCA TAMARA IKA PRATIWI ( ) 3B PENDIDIKA N BIOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF.DR. HAMKA.
UPAYA MENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR DAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN MODEL COURSE REVIEW HORAY (CRH) DI KELAS VII.3 SMPN 30 PADANG.
NAMA : Joan Jamarsi Ginting NIM : FAKULTAS TEKNIK JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2019.
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN MODEL PEMBELAJARAN.
ZAMALUN AFZAL Pendidikan merupakan suatu hal penting karena semua orang harus memperolehnya guna menyesuaikan diri dengan kemajuan zaman.
Kerangka Proposal Penelitian Penerapan Model Pembelajaran REACT Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran Fisika Kelas X MIPA.
Transcript presentasi:

Hasil Penelitian PENERAPAN PEMBELAJARAN BERORIENTASI AKTIVITAS SISWA (PBAS) PADA KONSEP LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KIMIA SISWA KELAS X SMA NEGERI 13 AMBON Oleh LA ARIFIN JURUSAN KIMIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS DARUSSALAM AMBON 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam suatu proses pembelajaran, dua faktor yang sangat penting adalah metode mengajar dan model pembelajaran yang dipakai pada saat guru menyampaikan materi di dalam kelas. Oleh karena itu, guru harus jeli dalam melihat materi yang akan disampaikan kepada siswa agar tidak merasa bosan dan kelelahan atau kurang semangat dalam menerima pelajaran. Strategi Pembelajaran Berorientasi Aktifitas Siswa (PBAS) dapat di pandang sebagai suatu pendekatan dalam pembelajaran yang menekankan kepada aktifitas siswa secara optimal untuk memperoleh hasil belajar berupa paduan antara aspek kognitif afektif, dan psikomotor secara seimbang. Berdasarkan hasil wawancara secara formal yang peneliti lakukan pada guru, dalam hal ini dengan guru bidang studi, bahwa kegiatan pembelajaran untuk mata pelajaran kimia khususnya materi larutan elektrolit dan nonelektrolit biasanya guru mengarahkan siswa untuk melakukan kegiatan praktikum dengan menggunakan bahan-bahan atau indikator yang sudah ada di laboratorium untuk menguji eksperimen dengan larutan-larutan yang ada.

Jika dilihat kembali pembelajaran dilaboratorium juga merupakan media yang sangat baik bagi siswa dalam belajar, yang menggunakan bahan dan alat yang canggih dan mahal yang telah tersedia dan dapat langsung di pergunakan secara instan oleh siswa maupun guru. Tetapi kami sebagai guru mata pelajaran kimia merasa kesulitan sebab alat dan bahan yang akan kami gunakan dalam praktikum tidak ada sama sekali bahkan ruang laboratorium saja tidak ada. Oleh karena itu, peneliti mengambil sebuah kebijakan bersama guru mata pelajaran untuk melakukan kegiatan ini di ruangan kelas dengan alat dan bahan yang bersifat alami dan sederhana. Oleh Karena itu, mengingat karena didalam proses pembelajaran kurangnya aktivitas dari siswa maka disini peneliti merasa tertarik untuk mengangkat sebuah judul tentang “Penerapan Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS) pada Konsep larutan Elektrolit dan Nonelektrolit Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas X SMA Negeri 13 Ambon.

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah “Apakah Penerapan Model Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS) pada konsep Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit dapat Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas X SMA Negeri 13 Ambon. 1.3 Batasan Masalah Masalah dalam penelitian ini hanya dibatasi pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit dengan menggunakan bahan-bahan dari alam sebagai indikator seperti : air sumur, air sungai, air kelapa muda, air perasan belimbing, air laut, larutan asam cuka dan alkohol. 1.4 Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan umum penelitian ini adalah “Untuk Mengetahui Penerapan Model Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS) dalam meningkatkan hasil belajar kimia konsep Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit pada siswa kelas X SMA Negeri 13 Ambon.

1.5 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Memberikan motivasi atau dorongan kepada siswa dan guru terhadap pentingnya proses pembelajaran kimia melalui model pembelajaran yang diterapkan oleh peneliti serta menambah pengetahuan serta pemahaman kepada penulis dan guru dalam memilih model pembelajaran sebagai alat untuk mewujudkan tujuan yang diinginkan bersama. Dapat menjadi bahan masukan bagi guru dalam usaha meningkatkan hasil belajar siswa dan menemukan sumber-sumber belajar yang dapat membuat siswa kreatif dalam proses pembelajaran. 1.6 Definisi Operasional Agar tidak timbul suatu penafsiran yang keliru dalam memahami judul yang penulis paparkan, maka penulis merasa perlu untuk menjelaskan istilah-istilah yang berkaitan dengan judul penelitian ini sebagai berikut :

Pembelajaran Berorientasi Aktifitas Siswa adalah suatu pendekatan dalam pembelajaran yang menekankan kepada aktifitas siswa secara optimal untuk memperoleh hasil belajar berupa paduan antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang. (Dwi, 2010 ; 23) Hasil Belajar kimia adalah suatu gambaran prestasi belajar siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar pada suatu jenjang yang diikutinya. (Djamarah, 2000) Media bahan alam adalah sesuatu yang digunakan (bahan, alat atau suatu kegiatan yang bersifat alamiah atau berasal dari alam / lingkungan sekitar kita yang merangsang perhatian, minat, atau motivasi siswa dalam belajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. (Rohani, 1997) Larutan elektolit adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik dan larutan nonelektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik. (Taufik, 2006: 27) 1 2 3 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Belajar dan Pembelajaran Belajar, perkembangan dan pendidikan merupakan gejala yang berkaitan dengan pembelajaran. Belajar dilakukan oleh siswa secara individu, perkembangan dialami dan dihayati oleh individu siswa, sedangkan pendidikan merupakan kegiatan interaksi. Dalam kegiatan interaksi itu pendidik atau guru bertindak mendidik siswa sehingga tindakan mendidik tersebut tertuju pada perkembangan siswa menjadi mandiri. Pada hakikatnya belajar adalah perubahan yang terjadi didalam diri seseorang setelah melakukan aktivitas belajar (Djamarah, 2006 : 58). Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2003 : 127). Oleh sebab itu, aktivitas mempelajari bahan tersebut tergantung pada kemampuan siswa. Dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya belajar adalah perubahan tingkah laku kearah yang lebih baik (Yusfiani, 2006 : 65).

2.2 Hasil Belajar Hasil belajar merupakan suatu gambaran prestasi belajar siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar pada suatu jenjang yang diikutinya. Menurut Djamarah, 2000 “ hasil belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dan aktivitas dalam belajar.” Hasil belajar itu merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah menyelesaikan suatu paket belajar tertentu, yang dapat di ukur dalam berbagai bentuk melalui proses evaluasi tertentu. Dengan demikian hasil belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan tingakah laku dalam diri siswa sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar. Jadi, hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa dalam mata pelajaran kimia, yaitu diperoleh melalui tes yang diberikan pada sampel penelitian. (Djamarah, 2002 : 74)

2.3 Media sebagai Alat Bantu Media sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang tidak dapat dipungkiri karena memang gurulah yang menghendakinya untuk membantu tugas guru dalam menyampaikan pesan-pesan dari bahan pelajaran yang diberikan oleh guru kepada anak didik. Guru menyadari bahwa tanpa bantuan media maka bahan pelajaran sukar dicerna, dipahami oleh setiap anak, terutama bahan pelajaran yang rumit atau kompleks. (Raharjo, 1991), menyatakan bahwa media dalam arti terbatas yaitu sebagai alat bantu pembelajaran. Hal ini berarti media sebagai alat bantu yang digunakan guru untuk : 1. Memotivasi siswa belajar 2. Memperjelas informasi bagi peserta pengajar 3. Memperjelas struktur pengajaran 4. Memberi variasi pengajaran 5. Memberi tekanan pada bagian-bagian yang penting.

2.4 Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS) Ada beberapa asumsi perlunya pembelajaran berorientasi pada aktivitas siswa. Pertama, asumsi filosofis tentang pendidikan. Pendidikan merupakan usaha sadar mengembangkan manusia menuju kedewasaan, baik kedewasaan intelektual, sosial, maupun kedewasaan moral. Kedua, asumsi tentang siswa sebagai subjek pendidikan, yaitu siswa bukanlah manusia dalam ukuram mini akan tetapi manusia yang sedang dalam tahap perkembangan, setiap manusia mempunyai kemampuan yang berbeda. Siswa pada dasarnya adalah insani yang aktif, kreatif dan dinamis dalam menghadapi lingkungannya, siswa memiliki motivasi untuk memenuhi kebutuhannya. Asumsi tersebut menggambarkan bahwa siswa bukanlah objek yang harus dijejali dengan informasi, tetapi mereka adalah subjek yang memiliki potensi dan proses pembelajaran seharusnya diarahkan untuk mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki oleh siswa tersebut. (Dwi, 2010 : 17).

Ketiga, asumsi tentang guru adalah guru bertanggung jawab atas tercapainya hasil belajar siswa, guru memiliki kemampuan professional dalam mengajar. Guru mempunyai kode etik keguruan, guru meiliki peran sebagai sumber belajar, pemimpin dalam belajar yang memungkinkan tercapainya kondisi yang baik bagi siswa dalam belajar. Keempat, asumsi yang berkaitan dengan proses pengajaran adalah bahwa proses pengajaran direncanakan dan dilaksanakan sebagai suatu sistem, peristiwa belajar akan terjadi manakala siswa berinteraksi dengan lingkungan yang diatur oleh guru. Proses pengajaran akan lebih aktif apabila menggunakan metode dan teknik yang tepat dan berdaya guna, pengajaran memberi tekanan kepada proses dan produk secara berimbang, inti proses dan produk secara seimbang. Inti proses pengajaran adalah adanya kegiatan belajar siswa secara optimal.

PBAS dapat dipandang sebagai suatu pendekatan dalam pembelajaran yang menekankan kepada aktivitas siswa secara optimal untuk memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek kognitif dan psikomotor secara seimbang. Dari konsep tersebut diatas ada dua hal yang harus dipahami. Pertama dipandang dari sisi proses pembelajaran, PBAS menekankan kepada aktivitas secara optimal, artinya PBAS menghendaki keseimbangan antara aktivitas fisik, mental, termasuk emosional dan aktivitas intelektual. Kedua di pandang dari sisi hasil belajar, PBAS menghendaki hasil belajar yang seimbang dan terpadu antara kemampuan intelektual (kognitif) sikap (afektif) dan keterampilan (psikomotor). Artinya dalam PBAS pembentukan siswa secara utuh merupakan tujuan utama dalam proses pembelajaran.

Meningkatkan kualitas pembelajaran agar lebih bermakna Meningkatkan kualitas pembelajaran agar lebih bermakna. Artinya melalui PBAS siswa tidak hanya dituntut untuk menguasai sejumlah informasi tetapi juga bagaiman memanfaatkan informasi itu untuk kehidupannya. Mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki artinya melalui PBAS diharapkan tidak hanya kemampuan intelektual saja yang berkembang tetapi juga seluruh pribadi siswa termasuk sikap dan mental. Dalam implementasi PBAS, guru tidak berperan sebagai satu-satunya sumber belajar yang bertugas menuangkan materi pelajaran kepada siswa, akan tetapi yang lebih penting adalah bagaimana memfasilitasi agar siswa belajar. Oleh karena itu, penerapan PBAS menuntut guru untuk kreatif dan inovatif sehingga mampu menyesuaikan kegiatan mengajarnya dengan gaya dan karakteristik belajar siswa.

Kadar PBAS dilihat dari proses perencanaan Adanya keterlibatan siswa dalam merumuskan indikator sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan serta pengalaman dan motivasi yang dimiliki sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kegiatan pembelajaran. Adanya keterlibatan siswa dalam menyusun rancangan pembelajaran. Adanya keterlibatan siswa dalam menentukan dan memilih sumber belajar yang di perlukan. Adanya keterlibatan siswa dalam menentukan dan mengadakan media pembelajaran yang akan digunakan.

Kadar PBAS dilihat dari proses pembelajaran Adanya keterlibatan siswa baik secara fisik, mental, emosisonal maupun intelektual dalam proses pembelajaran. Hal ini dapt dilihat dari tingginya perhatian serat motivasi siswa untuk menyelesaiakan setiap tugas yang diberikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Siswa belajar secara langsung. Dalam proses belajar secar langsung, konsep dan prinsip diberikan melalui pengalaman nyata seperti merasakan, meraba, mengoperasikan, melakukan sendiri dan lain sebagainya. Adanya kegiatan siswa untuk menciptakan iklim belajar yang kondusif. Keterlibatan siswa dalam mencari dan memanfaatkan setiap sumber belajar yang tersedia yang dianggap relevan dengan tujuan pembelajaran.

e. Adanya keterlibatan siswa dalam melakukan prakarsa seperti menjawab dan mengajukan pertanyaan.. f. Terjadinya interaksi yang multi arah, baik antar siswa dengan siswa atau guru dengan siswa. Kadar PBAS ditinjau dari kegiatan evaluasi pembelajaran Adanya keterlibatan siswa untuk mengevaluasi sendiri hasil pembelajaran yang telah di lakukannya. Keterlibatan siswa secara mandiri untuk melaksanakan kegiatan semacam tes dan tugas-tugas yang harus dikerjakannya. Kemauan siswa untuk menyusun laporan baik tertulis maupun secara lisan berkenaan hasil belajar yang diperolehnya. \ 2.5 Penerapan PBAS Dalam Pembelajaran Kimia Dilihat dari materi, dalam mempelajari kimia bukan hanya membutuhkan pemahaman serta penguasaan konsep saja tetapi dalam mempelajari kimia siswa dituntut aktif bersama guru untuk menerapkan ilmu yang dipelajari kedalam pengembangan diri.

2.6 Langkah-Langkah Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS) Oleh karena itu, pembelajaran kimia menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui pengembangan dan keterampilan proses dan sikap ilmiah sehingga dalam mempelajarinya yang khusus. (Sanjaya, 2008 : 171). Dalam implementasi PBAS terutama dalam pembelajaran kimia guru diharapkan tidak berperan sebagai satu-satunya sumber belajar, akan tetapi yang lebih penting guru harus bisa memfasilitasi agar siswa belajar secara aktif. (Dwi Retno Suyanti, 2010 : 25). 2.6 Langkah-Langkah Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS) Menurut Abu dan Joko Tri, 1997:130) langkah-langkah PBAS dalam proses pembelajaran kimia adalah sebagai berikut :

Aktifitas dari guru yaitu : Mengemukakan beberapa alternatif tujuan pembelajaran yang harus dicapai sebelum kegiatan pembelajaran dimulai. Menyusun tugas-tugas belajar bersama siswa. Memberikan informasi tentang kegiatan pembelajaran yang harus dilakukan. Memberikan bantuan dan layanan kepada siswa yang memerlukan. Memberikan motifasi mendorong siswa untuk belajar, membimbing dan lain sebagainya, melalui pengajuan pertanya-pertanyaan. Membantu siswa dalam menarik kesimpulan.

b. Aktivitas dari siswa yaitu : Menggunakan kemampuan bertanya dan berpikir Memecahkan masalah (problem solving). Melakukan kegiatan pembelajaran secara sendiri atau berkelompok. Belajar mengatur waktu dengan baik. Mengaplikasikan hasil pembelajaran lewat tindakan atau action. Melakukan kegiatan/ praktikum dengan belajar berkelompok.

2.7.1 Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit 2.7 Ruang Lingkup Materi Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit Menurut silabus yang dikembangkan di SMA / MA dan khususnya di sekolah yang bersangkutan, materi larutan elektrolit dan nonelektrolit merupakan salah satu materi pokok mata pelajaran kimia sesuai kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Materi ini diajarkan pada siswa kelas X SMA / MA pada semester kedua. 2.7.1 Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik. Larutan elektrolit dapat mengalirkan arus listrik karena adanya ion-ion yang bebas bergerak. Larutan nonelektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik. Larutan nonelektrolit tidak dapat menghantarkan arus listrik karena tidak adanya ion-ion yang bebas bergerak.

2.7.2 Gejala Hantaran Listrik pada Larutan Daya hantar listrik pada larutan dapat diukur dengan menggunakan suatu alat uji elektrolit. Jika yang diuji adalah larutan elektrolit, maka perubahan yang terjadi pada alat adalah lampu pijar menyala dan muncul gelombang gas pada kedua elektroda. Sebaliknya, jika larutan yang diuji adalah larutan nonelektrolit, maka lampu pijar tidak menyala dan tidak ada gelembung gas pada kedua elektroda. 2.7.3 Larutan Elektrolit dan Hantaran Listrik Hantaran listrik terjadi karena adanya ion-ion yang dapat melakukan serah terima elektron, sehingga aliran elektron atau listrik dapat muncul. Pada tahun 1887, seorang ilmuan Swedia, Svante August Arrhenius, menjelaskan penemuannya tentang hantaran listrik pada larutan elektrolit. Menurut Arrhenius adanya ion-ion yang bergerak bebas dalam larutan elektrolit menyebabkan larutan tersebut dapat menghantarkan listrik.

HCl (aq) + H2O (l)  H3O+ (aq) Dalam air molekul HCl terurai sempurna menjadi ion H+ dan ion Cl menurut reaksi berikut : HCl (aq) + H2O (l)  H3O+ (aq) HCl (aq)  H+ (aq) + Cl Ion-ion H+ akan bergerak menuju katoda dan mengambil elektron, kemudian berubah menjadi gas hidrogen. Ion-ion Cl akan bergerak menuju anoda dan melepaskan elektron kemudian berubah menjadi gas klorin. 2H+ (aq) 2e  H2 (g) 2Cl (aq)  Cl2 (g) + 2e Dari hasil tersebut reaksi penguraian asam klorida dapat di tulis sebagai berikut : 2H+(aq) + 2Cl(aq)  H2 (g) + Cl2 (g)

2.7.4 Elektrolit Kuat dan Elektrolit Lemah Elektrolit kuat adalah elektrolit yang akan mengalami ionisasi atau peruraian sempurna menjadi ion-ion jika dilarutkan dalam air. Sebagai contoh, NaCl akan terurai sempurna menjadi ion Na+ dan ion Cl jika dilarutkan dalam air. Oleh karena NaCl terurai sempurna, jumlah ion-ion yang dihasilkan banyak dan daya hantar listriknya pun menjadi besar. Oleh karena itu NaCl dikelompokkan sebagai elektrolit kuat. Elektrolit lemah adalah elektrolit yang hanya akan mengalami ionisasi atau peruraian sebagian menjadi ion-ion jika dilarutkan dalam air. Oleh karena hanya terurai sebagian, daya hantar listrik elektrolit lemah lebih kecil jika dibandingkan dengan elektrolit kuat meskipun konsentrasinya sama. Sebagai contoh asam asetat atau asam cuka akan terionisasi sebagian jika dilarutkan dalam air. CH3COOH (aq) CH3COO (aq) + H+(aq)

2.7.5 Elektrolit Senyawa Ion dan Senyawa Kovalen Polar Senyawa ion yang dilarutkan dalam air dapat menghantarkan listrik. Ketika senyawa ion dilarutkan dalam air, ion-ionnya akan bergerak bebas dan bisa melakukan transfer elektron sehinga menghantarkan arus listrik selain larutan senyawa ion, lelehan senyawa ion juga dapat menghantarkan listrik. Senyawa ion yang berwujud, padat tidak dapat menghantarkan listrik senyawa ion padat berada dalam suatu struktur Kristal yang kompak, sehingga ion-ionnya tidak dapat bergerak bebas. Agar dapat menghantarkan listrik, senyawa ion padat harus dilelehkan terlebih dahulu. Beberapa contoh elektrolit yang mengandung senyawa ion adalah larutan NaCl, larutan MgCl2, larutan KOH dan larutan NaOH.

2. Senyawa Kovalen Polar Senyawa kovalen terdiri atas molekul-molekul. Molekul tidak dapat menghantarkan listrik karena molekul tidak bermuatan atau bersifat netral molekul dapat bersifat polar ataupun nonpolar. Molekul kovalen polar terbentuk karena adanya ikatan antara unsur-unsur yang memiliki perbedaan keelektronegatifan yang cukup tinggi atau bentuk molekul yang tidak simetris. 2.8 Alat dan Bahan yang Digunakan Alat yang digunakan dalam penelitian ini berupa alat uji elektrolit yang bersifat sederhana, berupa baterai kabel, lampu, jepitan buaya dan batang elektroda (tembaga). Alat ini sebelumnya telah dipersiapkan oleh peneliti dan pada pertemuan pertama atau sebelum dilakukan proses pembelajaran dikelas.

Air Sumur dan Air Sungai Bahan yang digunakan ada 7 bahan yang berasal dari alam yaitu : air sumur, air sungai, air laut, air perasan belimbing, air kelapa muda larutan asam cuka, dan alkohol. Air Sumur dan Air Sungai Air sumur dan air sungai memiliki rumus kimia yang sama yakni H2 (air). H2O merupakan salah satu contoh senyawa kovalen yang bersifat polar karena kepolarannya tersebut H2O (air) dikatakan sebagai senyawa pelarut yang baik karena senyawa yang dilarutkan dalam air akan mudah berikatan dengan sisi-sisi positif dan negatif dari molekul air. H2O  H+ + OH

Larutan Asam Cuka Asam asetat, asam etanoat, atau asam cuka adalah senyawa kimia asam organik yang dikenal sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan. Asam cuka memiliki rumus empiris C2H4O2. Rumus ini sering kali ditulis dalam bentuk CH3COOH. Asam asetat murni disebut asam asetat glacial adalah cairan higroskopis tak berwarna dan memiliki titik beku 16,70 C. Asam asetat merupakan salah satu asam karboksilat yang paling sederhana setelah asam format. Larutan asam cuka (asetat) dalam air merupakan sebuah asam lemah artinya hanya terdisosiasi sebagian menjadi ion H+ dan CH3COO. Asam asetat merupakan pereaksi kimia dan bahan baku industri yang penting. Asam asetat digunakan dalam produksi polimer seperti polietilena tereftalat, selulosa asetat, dan polivinil asetat, maupun bergabagai macam serat dan kain.

3. Air laut Air laut merupakan air yang berasal dari alam yang tentu saja unsur zat kimia utama yang terdapat dalam air laut adalah NaCl (Natrium Klorida). Sehingga air laut dapat dikatakan sebagai larutan elektrolit kuat. Air laut juga dapat mewakili larutan senyawa ion karena mengandung senyawa NaCl. NaCl (Natrium Klorida) merupakan salah satu contoh senyawa yang memiliki ikatan ion. NaCl  Na+ + Cl Air Perasan Belimbing Kandungan zat kimia yang ada pada belimbing wuluh antara lain : saponin, tannin, glukosida, kalsium oksalat, sulfur, asam format, peroksida dan kalsium sitrat. (Rizkitrondol, http://www.ufonet.8m.net/news :2009)

5. Air kelapa Muda Pohon kelapa merupakan salah satu jenis tumbuhan yang banyak terdapat dialam dan banyak digunakan dalam kehidupan kita sehari-hari, buah kelapa memiliki banyak kegunaan bagi masyarakat terutama air kelapa muda yang dipercaya memiliki efek pengobatan terhadap berbagai penyakit seperti ginjal dan hipertensi (tekanan darah tinggi). Komposisi gizi air kelapa muda sangat bervariasi, tergantung pada variasi kelapa dan umur buah. Secara umum air kelapa mengandung 4,7 % total padatan, 2,6 % gula, 0,55 % protein, 0,74 % lemak serta 0,46 % mineral. Asam amino yang terkandung pada air kelapa adalah asam glutamat, arginin, leusin, lisin, prolin, asam aspartat, alanin, histidin, fenilalanin, serta sistin dan tirosin. Vitamin yang banyak terdapat pada air kelapa adalah vitamin C, asam nikotinat, asam pantotenat, biotin, riboflavin dan asam folat.

Alkohol Alkohol sering dipakai untuk menyebut etanol, yang juga disebut grain alcohol. Dan kadang untuk minuman yang mengandung alkohol. Hal ini disebabkan karena memang etanol yang digunakan sebagai bahan dasar pada minuman tersebut bukan metanol atau grup alkohol lainnya begitu juga dengan alkohol lainnya. Dalam kimia, alkohol atau alkanol adalah istilah yang umum untuk senyawa organik apapun yang memiliki gugus hidroksil (-OH) yang terikat pada atom karbon, yang ia sendiri terikat pada atom hidrogen dan / atau atom karbon lain.

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) guna mengetahui hasil belajar kimia melalui penerapan model Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS) untuk meningkatkan hasil belajar kimia konsep larutan Elektrolit dan Nonelektrolit pada siswa kelas X SMA Negeri 13 Ambon. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Tempat penelitian ini dilaksanakan pada SMA Negeri 13 Ambon Kecamatan Sirimau. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan terhitung mulai pada tanggal 14 Januari - 14 Pebruari dan akan berlangsung Ujian Seminar setelah Hasil Penelitian ini disahkan dan disetujui oleh pembimbing 1 dan Pembimbing 2.

3.3 Subjek Penelitian Yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X6 SMA Negeri 13 Ambon yang berjumlah 40 siswa. 3.4 Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Silabus, RPP, LKS Soal tes ulangan harian siklus I dan siklus II Wawancara dan pengisian Angket (non tes) Lembar observasi dan Dokumentasi atau gambar.

3.5 Teknik Pengumpulan Data Data yang diperoleh dalam penelitian ini terbagi atas tiga bagian yaitu : Data primer yaitu data yang diperoleh langsung pada saat mengadakan penelitian dengan mengunakan teknik tes, wawancara dan angket (non tes) Data sekunder yaitu : data yang didapat atau yang diperoleh dari literatur hasil-hasil penelitian dari instansi terkait dengan permasalahan yang diteliti. Data Observasi yaitu data yang diperoleh melalui pengamatan terhadap siswa selama kegiatan proses KBM berlangsung di dalam kelas, baik dari sikap afektif, kognitif dan psikomotor.

3.6 Prosedur Penelitian Prosedur penelitian tindakan kelas ini dilakukan sebanyak 2 siklus yaitu Siklus pertama selama 1 kali pertemuan dan Siklus kedua 1 kali pertemuan.

Gambar. Skema Penelitian Tindakan Kelas Sumber : Arikunto, 2008 Perencanaan Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan Pengamatan Perencanaan Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan Pengamatan

3,7 Teknik Analisis Data Teknik yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif untuk memperoleh hasil belajar siswa sebagai berikut : 1. Deskripsi Hasil Observasi Deskripsi hasil observasi dilakukan pada siswa selama mengikuti proses kegiatan belajar mengajar dikelas berupa aspek Afektif dan Psikomotor. Hasil penelitian kemudian dipersentasekan dengan menggunakan rumus sebagai berikut : X =

2. Deskripsi Hasil Tes Deskripsi hasil tes berupa hasil tes pada siklus pertama dan kedua sesudah kegiatan pembelajaran dikelas melalui penerapan materi dan melalui kegiatan praktikum tentang uji larutan elektrolit dan nonelektrolit pada bahan alam sebagai indikator. Hasil penelitian tersebut kemudian dipresentasekan dengan menggunakan rumus : Skor Perolehan = Untuk menganalisa data tentang hasil belajar siswa digunakan nilai diskriptif yang berpedoman kepada tingkat penguasaan atau nilai akhir siswa, seperti pada tabel dibawah ini :

Tabel. 3.2 Presentase tingkat penguasaan. Sumber : Arikunto, 1993 Derajat Penguasaan Nilai Keterangan 90 - 99 A Sangat Baik 80 – 89 B Baik 70 – 79 C Cukup 60 – 69 D Kurang < 60 E Gagal

Kriteria Ketuntasan Minimal Tabel 3.3 Konversi Nilai KKM SMA Negeri 13 Ambon No KD Kriteria Ketuntasan Minimal Nilai KKM Kompleksitas Daya Dukung Intek Siswa 1. KD 1.1 70 65 75 KD 1.2 60 80 2. KD 2.1 KD 2.2

3. Deskripsi Hasil Wawancara Deskripsi hasil wawancara, didapatkan dengan melakukan wawancara secara langsung dengan guru dan siswa setelah proses pembelajaran dengan menggunakan bahan alam tentang materi larutan elektrolit dan nonelektrolit untuk menguji daya hantaran listrik. Untuk lebih memperjelas hasil wawancara tersebut penulis membagikan lembar pengisian angket (Quisioner) untuk diisi oleh setiap siswa. Hasil yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan metode kualitatif dimana peneliti menjelaskan hasil yang diperoleh dengan bantuan tabel konversi nilai KKM, kemudian untuk melihat hubungannya di persentasikan dengan menggunakan rumus : X =

1. Hasil Tes Ulangan Harian Siklus I BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Hasil Penelitian ini diperoleh dari tindakan pada siklus I dan siklus II. Hasil penelitian berupa hasil penilaian ulangan harian sebagai hasil tes. Hasil nontes berupa hasil pengamatan afektif dan psikomotor, hasil wawancara dengan guru dan melalui angket siswa yang diperoleh pada akhir siklus II. 1. Hasil Tes Ulangan Harian Siklus I Penilaian hasil tes pada siklus I menggambarkan kemampuan siswa memahami materi larutan elektrolit dan nonelektrolit. Kualifikasi pencapaian siswa pada tes siklus I dapat dilihat pada tabel 4.1, dimana terlihat bahwa sebanyak 8 orang siswa (20%) mencapai kualifikasi cukup, 23 orang siswa (57,5%) lainnya mencapai kualifikasi kurang dan 9 orang siswa (22,5%) mencapai kualifikasi gagal.

Tabel 4.1 Hasil Ulangan Harian Siklus I Hal ini menunjukan bahwa dari 40 orang siswa, sebagian besar diantaranya belum mencapai standar nilai KKM yang ditetapkan oleh guru mata pelajaran, sehingga peneliti perlu melakukan tindakan siklus lanjutan agar para siswa bisa memahami materi tentang larutan elektrolit dan nonelektrolit. Dengan demikian dari data tersebut peneliti sajikan dalam sebuah tabel berikut. Tabel 4.1 Hasil Ulangan Harian Siklus I Nilai Frekuensi Persentase (%) Kualifikasi 90 – 99 - Sangat Baik 80 – 89 Baik 70 – 79 8 20 Cukup 60 – 69 23 57,5 Kurang < 60 9 22,5 Gagal 40 100

2. Deskripsi Hasil Observasi Selama Proses Pembelajaran Materi Larutan Elektrolit dan nonelektrolit   Hasil observasi yang dilakukan adalah observasi selama kegiatan belajar mengajar (KBM) dengan bahan alam berlangsung, yang berupa aspek afektif dan psikomotor siswa selama pembelajaran dengan bahan alam pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit. Penilaian aspek afektif dan psikomotor siswa tersebut dicek dengan menggunakan instrument, berupa lembar pengamatan sikap (lampiran 14.2) dan lembar penilaian psikomotor (lampiran 14.4). kualifikasi pencapaian siswa pada aspek afektif dapat dilihat pada tabel 4.2

Tabel 4.2 Kualifikasi Pencapaian Siswa (Aspek Afektif) Dari tabel 4.2 terlihat bahwa sebanyak 28 orang siswa (70%) mencapai kualifikasi baik, 12 orang siswa lainnya (30%) mencapai kualifikasi cukup. Selanjutnya kualifikasi pencapaian siswa pada aspek psikomotor selama kegiatan belajar mengajar (KBM) dengan bahan alam pada siklus I dapat dilihat pada tabel berikut. Nilai Frekuensi Persentase(%) Kualifikasi 90 – 99 - Sangat Baik 80 – 89 28 70 Baik 70 – 79 12 30 Cukup 60 - 69 Kurang < 60 Gagal 40 100

Tabel 4.3 menunjukan bahwa sebanyak 35 orang siswa (87,5%) mencapai kualifikasi baik dan 5 orang siswa (12,5%) lainnya mencapai kualifikasi cukup. Dari data tersebut dapat dikatakan bahwa penguasaan siswa terhadap aspek psikomotor dengan penerapan PBAS pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit melalui metode praktikum dengan bahan alam cukup baik. Nilai Frekuensi Persentase (%) Kualifikasi 90 – 99 - Sangat Baik 80 – 89 35 87,5 Baik 70 – 79 5 12,5 Cukup 60 – 69 Kurang < 60 Gagal 40 100

3. Hasil Refleksi Siklus I Berdasarkan hasil tes ulangan harian siklus I yang peneliti lakukan kepada siswa kelas X6 sebagai kelas sampel dalam melihat ketuntasan hasil belajar kimia pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit dengan menggunakan model PBAS, belum mencapai pada hasil yang diharapkan oleh peneliti. Dalam hal ini siswa sudah berusaha memecahkan masalah yang dikerjakan, namun kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal larutan elektrolit dan nonelektrolit masih kurang dipahami oleh sebagian siswa serta siswa masih bingung dalam membedakan yang mana tergolong elektrolit, elektrolit kuat, elektrolit lemah dan nonelektrolit dari larutan yang digunakan dalam praktikum. Selain itu masih banyak siswa kurang aktif dalam mengikuti proses pembelajaran serta kerja sama kelompok belum berjalan dengan baik.

Siswa banyak bermain dalam kegiatan praktikum. Oleh karena itu, dari hasil tes ulangan harian keseluruhan nilai rata-rata yang diperoleh siswa kelas X6 pada siklus I sebesar 62,82. Selain itu, peneliti melihat dari hasil observasi pembelajaran tentang materi larutan elektrolit dan nonelektrolit pada siklus I berdasarkan langkah-langkah PBAS hanya beberapa poin saja dari langkah-langkah PBAS yang dilakukan guru dan siswa yaitu sebagai berikut : Siswa kebanyakan diam dan siswa tidak mengajukan pertanyaan terhadap materi yang disampaikan oleh guru. Guru tidak memberikan tugas-tugas belajar untuk dikerjakan oleh siswa dirumah. Guru tidak memberikan motivasi atau dorongan kepada siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung. Siswa tidak mampu mengaplikasikan hasil pembelajaran lewat tindakan yang dilakukan oleh guru. Siswa banyak bermain dalam kegiatan praktikum.

Sehingga kemunculan pernyataan yang muncul dari data observasi yaitu Ya dan Tidak. Oleh sebab itu, dari hasil observasi tersebut peneliti akan meninjau kembali baik dari hasil tes maupun dari hasil observasi atau pengamatan. Untuk itu berdasarkan hasil refleksi maka dilanjutkan ke siklus yang ke 2 selanjutnya masalah yang belum teratasi pada siklus 1 dilihat kembali pada siklus 2. Deskripsi Hasil Tes Ulangan Harian Siklus II Pencapaian hasil tes siswa dapat dilihat pada tabel kualifikasi pencapaian siswa pada tabel 4.4 dan terlampir pada lampiran 12. Tes ulangan harian siklus II ini dilakukan untuk memperbaiki nilai pada tes ulangan harian siklus I sekaligus untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap indikator-indikator materi dari kompetensi dasar yang dikembangkan sebagai bentuk tindakan perbaikan yang terdiri dari kegiatan perencanaan, tindakan, observasi baik afektif dan psikomotor dan refleksi yang dirancang berdasarkan kesalahan, kelemahan dan kekurangan yang terjadi.

Tabel 4.4 Hasil Tes Ulangan Harian Siklus II Tabel 4.4 menunjukan bahwa sebanyak 4 orang siswa (10%) mencapai kualifikasi sangat baik, 18 orang siswa (45%) mencapai kualifikasi baik dan 18 orang siswa (45%) mencapai kualifikasi cukup dan tidak ada siswa yang mencapai kualifikasi gagal Nilai Frekuensi Persentase Kualifikasi 90 – 99 4 10 Sangat Baik 80 – 89 18 45 Baik 70 – 79 Cukup 60 – 69 - Kurang < 60 Gagal

Hal ini menunjukan bahwa peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam menyelesaikan soal-soal materi larutan elektrolit dan nonelektrolit dengan penerapan model Pembelajaran Berorientasi Aktifitas Siswa (PBAS) melalui praktikum pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit sangat baik. Hasil tes ulangan harian siklus II tersebut kemudian dibandingkan dengan hasil tes ulangan harian siklus I baik klasikal maupun perorangan dapat dilihat pada lampiran 13. Kegiatan belajar mengajar pada siklus II terlihat lebih baik dari siklus I, diasumsikan mungkin karena sudah mengerti dengan sistem pembagian kelompok dalam bentuk kegiatan praktikum dan disertai dengan diskusi.

Selain itu dari hasil observasi siklus II berdasarkan langkah - langkah PBAS menunjukan bahwa : Siswa aktif dalam proses pembelajaran kegiatan praktikum serta mampu merangkai alat uji elektrolit dengan baik. Siswa mulai aktif bertanya terhadap materi yang disampaikan oleh guru. Siswa mampu mengaplikasikan hasil pembelajaran lewat tindakan. Guru banyak memberikan tugas-tugas rumah secara berkelompok. Guru memberikan motivasi atau dorongan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Guru dan siswa sama-sama aktif dalam menarik kesimpulan.

Dari hasil observasi tersebut banyak kemunculan pernyataan yang muncul pada data observasi siklus II adalah pernyataan Ya. Dari hasil tes juga pada siklus ini peneliti melihat sangat mendukung sekali dalam keberhasilan model PBAS dan mencapai ketuntasan hasil belajar sangat meningkat dari keseluruhan jumlah nilai rata-rata siswa sebesar 62,82 pada siklus I menjadi 80,15 pada siklus II. 7. Deskripsi Hasil Wawancara dan Pengisian Angket Siswa Hasil wawancara didapatkan setelah proses pembelajaran mengenai larutan elektrolit dan nonelektrolit selesai. Wawancara dilakukan pada siswa dengan menanyakan minat dan tanggapan mereka tentang kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan penerapan model PBAS. Respon yang diperlihatkan oleh siswa sangat baik dan mereka lebih aktif serta termotivasi dengan pembelajaran yang dilakukan dengan penerapan model PBAS pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit.

4.2.1 Hasil Tes Ulangan Harian Siklus I 4.2 Pembahasan 4.2.1 Hasil Tes Ulangan Harian Siklus I Berdasarkan hasil tes pada siklus I yang dilakukan sebelum kegiatan praktikum berlangsung. Dari tabel 4.1 didapatkan bahwa sebanyak 8 orang siswa dengan persentase 20% mencapai kualifiaksi cukup, 23 orang siswa dengan persentase 57,5% mencapa kualifikasi kurang dan 9 orang siswa 22,5% lainnya mencapai kualifikasi gagal. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa seluruh indikator yang dikembangkan dari standar kompetensi, terhadap materi yang ada perlu dipraktikumkan dan diaplikasikan .

Deskripsi Observasi Selama Proses Pembelajaran Materi Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan terhadap siswa selama proses kegiatan belajar mengajar dikelas dengan penerapan model PBAS pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit berlangsung melalui praktikum dengan menggunakan alat dan bahan yang sederhana diperoleh dari kedua aspek yaitu : Aspek Afektif Aspek keaktifan siswa selama kegiatan belajar mengajar dengan penerapan model PBAS berlangsung, dapat dilihat pada tabel kualifkasi pencapaian siswa pada aspek afektif. Pada tabel 4.2 dimana terlihat bahwa dari 40 orang siswa sebanyak 28 orang siswa dengan persentase 70 % dengan pencapaian nilai interval diatas 79 % mencapai kualifikasi baik dan 12 orang siswa lainnya dengan persentase 30 % mencapai kualifikasi cukup.

2. Aspek Psikomotor Berdasarkan tabel 4.3 dimana kualifikasi pencapaian siswa pada aspek psikomotor terlihat bahwa sebanyak 35 orang siswa dengan persentase 87,5% mencapa kualifikasi baik (terampil) dan 5 orang siswa lainnya dengan persentase 12,5% mencapai kualifikasi cukup (cukup terampil). Hal ini menunjukan bahwa penguasaan siswa terhadap aspek psikomotor dengan penerapan model Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS) pada konsep larutan elektolit dan nonelektrolit melalui kegiatan praktikum tercapai dengan baik. Pada aspek ini ada 6 aspek yang dinilai, yakni keterampilan siswa dalam menyiapkan alat dan bahan yang sesuai dengan LKS, merangkai alat uji elektrolit, mengidentifikasi nyala lampu, mengamati adanya gelembung gas dan mengisi tabel pengamatan.

4.2.3 Deskrispi Hasil Tes Siklus II Setelah proses pembelajaran dengan alat dan bahan alam dalam melakukan praktikum tentang uji elektrolit selesai, dilakukan tes siklus II dalam bentuk tindakan perubahan terhadap hasil tes pada siklus I. Hasil tes siklus II dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan dan aktivitas siswa agar termotivasi terhadap materi yang telah diajarkan dengan penerapan model PBAS. Hasil tes siklus II dapat dilihat pada tabel kualifikasi pencapaian siswa pada tes siklus II (tabel 4.4) dan yang terlampir pada lampiran 12. Berdasarkan tabel 4.4 terlihat bahwa sebanyak 4 orang siswa dengan persentase 10% mencapai kualifikasi sangat baik, 18 orang siswa dengan persentase (45%) mencapai kualifikasi baik dan 18 orang siswa dengan persentase (45%) mencapai kualifikasi cukup dan tidak ada yang mencapai kualifikasi gagal.

4.2.4 Deskripsi Hasil Wawancara Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan siswa setelah pembelajaran dengan penerapan model PBAS yang diterapkan melalui praktikum, siswa merasa termotivasi dan berminat dengan pembelajaran yang dilakukan. Dan untuk memperkuat hasil wawancara tersebut peneliti membagikan lembar angket (lembar quisioner), yang diisi oleh masing-masing siswa. Hasil pengisian lembar angket tersebut dapat dilihat pada lampiran 16 yang menunjukan bahwa 93% siswa merasa senang dan tertarik serta termotivasi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dengan penerapan model PBAS yang diterapkan oleh peneliti.

4.2.5 Data dari Sumber-sumber Lain Penerapan Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS) pada konsep larutan elektrolit dan nonelektrolit di kelas X SMA Negeri 13 Ambon memberikan banyak manfaat dan wawasan bukan hanya bagi siswa dan peneliti sendiri tetapi juga bagi guru dan sekolah yang bersangkutan. Berdasarkan hasil wawancara secara formal yang peneliti lakukan pada guru dalam hal ini dengan guru bidang studi, bahwa dalam kegiatan pembelajaran praktikum untuk materi larutan elektrolit dan nonelektrolit, kami sebagai guru kimia di SMA 13 Ambon merasa sulit karena tidak ada ruang laboratorium sebagai tempat untuk melakukan praktikum.

Dengan keterbatasan sarana dan prasarana yang ada di SMA 13 Ambon tentu sangat fatal bila materi larutan elektrolit dan nonelektrolit di ajarkan secara teori. Oleh karena itu, peneliti dan guru mata pelajaran memberikan informasi sebelumnya kepada siswa mengenai kegiatan praktikum ini dilaksanakan. Dengan cara membagikan kelompok dan setiap kelompok mencari bahan-bahan atau indikator yang ada di lingkungan sekitar. Dengan demikian, hal ini sangat tentu membuat siswa merasa termotivasi dan aktif untuk belajar mengenal dan langsung mengetahui zat yang tergolong elektrolit dan nonelektrolit melalui praktik serta para siswa bisa belajar sendiri atau secara berkelompok untuk dilakukannya dirumah.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuaraikan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model PBAS dalam pembelajaran konsep larutan elektrolit dan nonelektrolit di kelas X6 SMA Negeri 13 Ambon mampu meningkatkan hasil belajar kimia yaitu meningkat dari nilai rata-rata siswa pada siklus I sebesar 62,82 hingga mencapai nilai rata-rata pada siklus II sebesar 80,15. Oleh karena itu dapat disimpulkan secara umum sebagai berikut :

5.2 Saran Dari penelitian yang telah dilakukan penulis merasa perlu memberikan saran-saran sebagai berikut : Siswa akan lebih aktif dalam mengembang pengetahuannya apabila diberikan kesempatan untuk menemukan sendiri dan melihat secara nyata fakta-fakta yang terkait dengan pengetahuan yang diterimanya. Dibandingkan dengan hanya duduk dan mendengar guru menjelaskan di depan kelas, maka seharusnya guru mempunyai peran yang lebih kuat dalam menyediakan sumber-sumber belajar yang dapat membuat siswa lebih aktif dalam belajar.

2. Guru jangan hanya terpaku dengan sumber belajar yang telah di sediakan, tapi bagaimana guru bisa memanfaatkan sumber-sumber belajar yang ada di alam sekitar untuk dijadikan media dalam belajar agar lebih menambah wawasan dan kreatifitas siswa dalam belajar. 3. Disarankan agar para guru lebih kreatif dalam menemukan sumber-sumber belajar yang dapat membuat siswa lebih aktif dalam belajar, seperti penerapan PBAS dalam pembelajaran. Dengan demikian, para guru selalu siap dengan berbagai cara dalam rangka menunjang para siswa untuk belajar. Hal ini juga akan ditiru oleh para siswa sehingga pada pembelajaran berikutnya ide-ide siswa untuk Pembelajaran Berorintasi Aktifitas Siswa (PBAS) akan semakin meningkat.

SEKIAN & TERIMA KASIH