“Islam & Sosial” Kerukunan Antar Umat Beragama & Masyarakat Madani Bersama : Satrio Tegar Sadewo (125030300111022) Rahmawati (125030300111002) Yuwan Julianingtyas (125030300111020) Yuni Arta Briliani (125030301111012) M. Ghantar A N(12503030111005) Bagus Aditya Rahman (125030300111010) Sophian Harits (125030307111021)
PENGERTIAN “Kerukunan Umat Beragama” 1. Kerukunan umat beragama adalah keadaan hubungan sesama umat beragama yang dilandasi toleransi, saling pengertian, saling menghormati, menghargai kesetaraan dalam pengamalan ajaran agamanya dan kerjasama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
KONSEPSI ISLAM TENTANG RELASI AGAMA-AGAMA Islam sangat menghargai perbedaan internal beragama (hadits Nabi: ikhtilafu ummati rohmah, yang artinya”perbedaan di antara umatku adalah rahmah). Islam sangat menghargai perbedaan antar umat beragama (al-Qur’an: lakum dinukum waliyadin, yang artinya “bagimu agamamu bagiku agamaku” atau ayat lain La ikraha fiddin, yang artinya: tidak ada paksaan dalam beragama).
LANJUTAN… Al-Qur’an (al-Fath 29): Muhammadur rasulullahi wa al-ladzina ma’ahu asyidda’u ala al-kuffari ruhama’u bainahum, yang artinya “Muhammad adalah utusan Allah, dan orang-orang yang bersama dia bersikap keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka”. Hendaknya membaca ayat al-Qur’an secara tuntas biar tidak mengambil tafsiran yang salah.
LANJUTAN… Al-Qur’an, surat an-Nahl, 125: inna Rabbaka huwa a’lamu biman dhalla ‘an sabilihi wa huwa a’lamu bi al-muhtadin, yang artinya “sesungguhnya Tuhanmu dia lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalannya dan siapa yang memperoleh petunjuk”. Hanya yang Allah memiliki pengetahuan dan berhak menyatakan tentang siapa yang sesat (kafir) dan siapa yang memperoleh petunjuk.
PANDANGAN TOKOH TENTANG RELASI AGAMA-AGAMA KH. Hasyim Muzadi: yang sama jangan dibedakan dan yang beda jangan disamakan. Prof. Dien Syamsudin: hubungan negara dan agama di Indonesia bercorak simbiosis mutualisme. Agama membutuhkan negara untuk pelestarian dan pengembangannya dan negara membutuhkan agama sebagai basis moralitasnya. Kyai Sahal Mahfudz: untuk mengimplementasikan Islam tidak membutuhkan formalisasi negara Islam. Islam bisa berkembang tanpa harus mengubah NKRI, Pancasila dan UU 1945
ISLAM ANTI KEKERASAN KH. Salahuddin Wahid: “penyerangan secara pengecut seperti itu jelas tidak sesuai dengan perintah agama Islam. Membunuh orang tanpa alasan yang jelas amat dilarang oleh Islam. Al-Maidah ayat 32 menjelaskan: “barangsiapa membunuh seorang manusia bukan karena dia membunuh orang lain atau berbuat kerusakan di muka bumi, seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya”.
LANJUTAN… apapun alasan dan latar belakangnya, aksi terorisme tidak bisa dibenarkan dan harus diperangi secara total. Sebab, tindakan teroris itu kejahatan luar biasa (extra ordinary crimes, dan karenanya harus dilakukan luar bisa pula (extra ordinary measures) untuk memeranginya.
LANJUTAN… KH. Ma’ruf Amin (Ketua MUI) menyatakan bahwa harus dibedakan antara jihad dan teror. Karena jihad itu wajib dan teror itu haram. Jihad baru dilakukan jika umat Islam diperangi, artinya dalam rangka membela diri. Selain itu jihad juga memiliki musuh dengan wilayah yang jelas diperangi, sementara pemboman di kawasan Mega Kuningan Jakarta itu tidak jelas memerangi siapa, kecuali malah merugikan masyarakat umum saja.
MASYARAKAT MADANI
.....menurut Islam madani mengandung kata maddana al-madaina (مَدَّنَ المَدَاِئن ) artinya, banaa-ha (بَنَاهَا) yakni membangun atau hadhdhara (حَضَّر)yaitu memperadabkan dan tamaddana ( تَمَدَّنَ) maknanya menjadi beradab — yang nampak dalam kehidupan masyarakatnya berilmu, memiliki rasa (emosi) secara individu maupun secara kelompok serta memiliki kemandirian (kedaulatan) dalam tata ruang dan peraturan-peraturan yang saling berkaitan, kemudian taat asas pada kesepakatan (hukum) yang telah ditetapkan dan diterima untuk kemashalahatan bersama.
Ada beberapa ciri atau sendi pokok Masyarakat Islam yang Madani yang disebut dalam AI-Qur’an: Ciri pokok pertama adalah persaudaraan Ciri pokok kedua adalah persamaan (musawah). Ciri pokok ketiga adalah toleransi atau tasamuh. Ciri pokok keempat adalah amur ma’nifnahi munkar Ciri pokok kelima adalah musyawarah. Ciri ini terdapat dalam Al-Qur’an, antara lain dalam surat 42 bagian ayat 38 berupa perintah untuk menyelesaikan segala urusan dengan cara musyawarah. Perintah semacam itu disebutkan juga dalam Q.S. 3:159 dengan kata-kata terjemahannya)…”dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu…”‘. Bagaimana caranya tidak disebutkan dalam Al-Qur’an, terserah kepada (anggota) masyarakat bersangkutan menentukannya sendiri. Ciri pokok keenam adalah keadilan dan menegakkan keadilan Yang disebutkan di atas adalah beberapa ciri pokok sering juga di sebut sendi-sendi pokok masyarakat Islam yang ideal yang ditentukan Allah dan di jelaskan Nabi-Nya.
Metode Rasulullah dalam Membangun Masyarakat Madani Pembangunan yang dilakukan oleh Rasulullah adalah mengacu pada sistem ilahi, dan dikerjakan secara bertahap, yaitu: 1. Tahap Persiapan. Membersihkan mental masyarakat dari kemusyrikan, kezaliman, dan kebodohan. Yakni memantapkan keyakinan atau aqidah atau kepercayaan kepada Allah. Maka manusia akan bersikap jujur, adil, berwibawa, tegas dan sopan santun. Kalau kebenaran sudah dijungkir balikan, hukum diinjak-injak, mereka akan bangkit membelanya. Allah menyatakan : (Surat Al-Fath/48:29 ). “ Muhammad dan orang-orang yang bersamanya itu tegas terhadap orang-orang kafir (yang mengganggunya), tetapi kasih sayang terhadap sesamanya”.
2. Tahap Penggalangan. Langkah yang ditempuh adalah: Menyatukan visi dan misi yang diikat dengan persaudaraan. Menanamkan rasa kasih sayang dan persamaan derajat atau tingkatan, tidak ada perbedaan antara satu dengan yang lain, kecuali takwanya. Mengadakan perjanjian perdamaian, kerukunan umat beragama. Toleransi dalam menjalankan keyakinan agama atau kepercayaan, tidak adanya paksaan dalam beragama. Menata sistem hukum, pranata perundang-undangan.
3. Tahap Pemberdayaan. Menerapkan diberikannya kepada mereka kebebasan melakukan kegiatan, tetapi harus di dalam koridor peraturan yang ada. Semangat iman, dan semangat disiplin itulah yang mengantarkan manusia menjadi muttaqiin. Rasulullah memberikan motivasi kepada setiap orang, bahwa apa yang dikerjakan itu pasti akan mendapat balasan, tidak hanya berupa upah di dunia tetapi pahala juga di akherat. Bekerjalah setiap perkerjaan akan dimudahkan Allah. Beliau bersabda: “ Dari Ali Bin Abi Thalib r.a berkata: datang seseorang kepada Rasulullah SAW dan berkata: apakah tidak sebaiknya kita berserah diri kepada Allah? Rasul SAW menjawab: tidak, bekerjalah kamu segala sesuatu itu dimudahkan, kemudian membaca ayat: “maka barangsiapa yang memberi dan bertaqwa serta membenarkan adanya pahala kebaikan pasti akan kami mudahkan baginya”.
Taukah Anda???? ........ternyata selain zaman Khalifah Rasulullah SAW, sejarah mencatat ada masyarakat madani yang lain, ..............apa itu?
Masyarakat negeri Saba’, yaitu masyarakat di masa Nabi Sulaiman AS. Keadaan masyarakat Saba’ yang dikisahkan dalam al-Qur’an itu mendiami negeri yang baik, subur, dan nyaman. Di tempat itu terdapat kebun dengan tanaman yang subur, tesedia rizki yang melimpah, terpenuhi kebutuhan hidup masyarakat, dan Allah Maha Pengampun bila terjadi kealpaan pada masyarakat tersebut. Oleh karena itu, Allah memerintahkan masyarakat Saba’ untuk bersyukur kepada Allah yang telah menyediakan kebutuhan hidup mereka. Tapi sayangnya, setelah beberapa waktu berlalu, penduduk negeri ini kemudian ingkar (kafir) dan maksiat kepada Allah, sehingga mereka mengalami kebinasaan. ( Qs. Saba’(34):15-18).
34:15. Sesungguhnya bagi kaum Saba' ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (Kepada mereka dikatakan): "Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun". 34:16. Tetapi mereka berpaling, maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit dari pohon Sidr. 34:17. Demikianlah Kami memberi balasan kepada mereka karena kekafiran mereka. Dan Kami tidak menjatuhkan azab (yang demikian itu), melainkan hanya kepada orang-orang yang sangat kafir. 34:18. Dan Kami jadikan antara mereka dan antara negeri-negeri yang Kami limpahkan berkat kepadanya, beberapa negeri yang berdekatan dan Kami tetapkan antara negeri-negeri itu (jarak-jarak) perjalanan. Berjalanlah kamu di kota-kota itu pada malam dan siang hari dengan aman.
Hampir mirip kan dengan Bangsa Indonesia ........Hampir mirip kan dengan Bangsa Indonesia? Sumber daya alam makmur melimpah.... .....namun yang terjadi, Korupsi, maksiat, jahiliah..... BANGKITLAH MAHASISWA INDONESIA......!
MARILAH kita rajut kembali rasa kemanusiaan kita. MARILAH kita bicara tentang KITA, bukan bicara tentang AKU atau KAMU. MARILAH kita merajut UKHUWAH INSANIYAH agar kita bisa hidup rukun, harmoni dan “slamet” Wassalam.