MY BELOVED Oleh : Irma Kania
Dahulu, di masa mudaku, Ada saat di mana aku mengenal Islam sebagai budaya Bahwa hanya dg menyebut “Laa Ilaha Illallah serta sholat, Aku akan masuk syurga
Aduhai… Alangkah mudahnya Hanya sebuah kata, dan aktivitas yang sederhana Begitu jasadku diserap oleh bumi ini Surgaku di alam sana telah menanti
Tetapi sesungguhnya, Kemudahan itu bukanlah datang serta merta Karena sesungguhnya seorang lelaki mulia Telah bersimbah penderitaan di awalnya
Dialah seorang lelaki, Dengan moral yang sangat tinggi Bertutur dgn lemah lembut Untuk menyuarakan kebenaran Dan menyuarakan keyakinannya pada Islam
Begitu halus sentuhan tangan dan hatinya Dia tenangkan seorang anak yang menangis. Dia jenguk musuhnya yang sakit. Dia lakukan dengan dasar ikhlas. Dia menangis karena kepedulian pada umatnya Dengan pengorbanannya itulah, kini aku merasakan nikmatnya beragama Islam
Kedua tangan lembut itu Juga digunakan untuk mengayun pedang Dengan penuh keberanian, membela kebenaran Badannya seharum kesturi Kebersihannya selalu menawan hati Berbeda dengan pahlawan zaman sekarang, Yang berbau minuman keras dan keringat haram
Lelaki mulia itu Selalu membuka diri kepada siapapun Selalu dekat dengan anak-anak. Sangat moderat dan rendah hati, Sebuah contoh sempurna Hingga musuh pun tak mampu mengenalinya, jika tiada yang memberi tahu bagaimana sosok dirinya.
Mata indahnya terlelap sesaat dalam malam Karena untuknya tahajud lebih berharga Untuk memohon keampunan Dan bukti kedekatannya kepada sang khalik Dia rela terpatahkan giginya saat Uhud Dan berdarah-darah saat di Thaif
Dia menyatukan semua agama dan kesukuan di seluruh dunia, hingga Islam ada di setiap sudut dunia Bahkan musuh pun mengagumi ajarannya Kebesarannya itu tidak membuatnya lupa, bahwa dia hanyalah manusia biasa Untuk memiliki istana dan kesejahteraan bukanlah tujuan utama
Mengajarkan Islam adalah tujuan hidupnya, untuk membawa umatnya berada dalam naungan Dzat Yang Maha Kuasa Tidakkah kau menginginkan dia, Ketika Allah menghakimimu nanti? Tidak kah kau ingin berada di telaga (kaustar)- Nya? Dan duduk menikmati air segar penawar dahaga dari tangannya?
Aku menginginkannya Karena itulah aku sangat mencintainya Dialah pemimpinku Nabiku yang sederhana, Muhammad Saw Kekasihku yang teramat mulia.