MK ASKEB IBU I D III KEBIDANAN STIKES MUHAMMADIYAH LAMONGAN PENGKAJIAN JANIN MK ASKEB IBU I D III KEBIDANAN STIKES MUHAMMADIYAH LAMONGAN
Janin dapat meninggal secara mendadak dalam uterus akibat kejadian tertentu seperti solusio plasenta, prolapsus talipusat. Keadaan ini tidak dapat diramalkan, namun kematian janin juga dapat terjadi pada gangguan pertumbuhan atau gangguan fungsi plasenta akibat hipertensi, penyakit maternal lain atau posmatur.
Pada keadaan tertentu, dokter mencoba untuk memperkirakan apakah janin memiliki resiko tinggi mengalami kerusakan akibat hipoksia atau kematian. Tes kesejahteraan janin merupakan pelengkap pemeriksaan pertumbuhan janin dan sering digunakan secara bersamaan
Indikasi : Diperlukan satu pengamatan pertumbuhan janin “prolonged pregnancy” , kehamilan berlangsung lebih dari 10 hari dari tanggal perkiraan persalinan Ibu mengeluh gerakan janin berkurang
INSTRUMEN PEMANTAU DJJ Stetoskop Stetoskop pinard Fetoskop DeLee-Hills Ultrasonografi Doppler
Alat Pemantau Janin Elektronik Alat pemantau jenis eksternal Alat pemantau jenis internal
Alat Pemantau Jenis Eksternal Tranduser ultrasonografi Tranduser EKG abdomen Tokotranduser (Tokodinamometer)
Alat Pemantau Jenis Internal Elektrode spiral Kateter tekanan intrauterus (transerviks)
Pemeriksaan USG Maturitas janin dapat ditentukan melalui serangkaian pemeriksaan ultrasonografi untuk pengukuran biometri yang dilakukan sejak kehamilan dini. BPD > 9.8 umumnya menunjukkan maturitas janin.
DX Kematian Janin Pada kehamilan dini, tanda pertama kematian janin adalah tidak terjadi pertumbuhan uterus. Pada awalnya tes kehamilan biasanya masih positif, namun menjadi negatif pada pemeriksaan berikutnya. Pada kehamilan lanjut, tanda pertama kematian janin adalah tidak adanya gerakan janin yang dirasakan ibu dan disertai dengan tidak terdengarnya denyut jantung janin.
Pada pemeriksaan radiologis dapat dijumpai : Spalding’s sign (tulang tengkorak kepala tumpang tindih) dan Robert’s sign ( gelembung udara dalam pembuluh darah) serta adanya Menghilangnya lengkungan spinal janin.
Pemeriksaan dengan ultrasonografi memiliki ketepatan diagnostik 100% pada IUFD – intra uterine fetal death yakni dengan tidak terlihatnya aktivitas jantung janin .
USG Indikasi USG Perkiraan usia gestasi Evaluasi pertumbuhan janin Perdarahan per vaginam pada kehamilan KE yang dicurigai Identifikasi kehamilan kembar Diagnosis kehamilan molla Deteksi abnormalitas janin tertentu
Lanjutan Deteksi hindramnion dan polihidramnion Diagnosis kematian janin Abruptio yang dicurigai Konfirmasi tentang letak, posisi, dan bagian presentasi janin Pedoman untuk amniosentesis Evaluasi biofisik Indeks cairan amnion
Lanjutan Observasi peristiwa intrapartum Perkiraan BB janin pada persalinan premature Evaluasi tindak lanjut Riwayat kelainan janin terdahulu
PROFIL BIOFISIK Gerakan pernafasan janin (fetal breathing movements/FBM) Gerakan janin (fetal meovements/FM) Tonus janin (fetal tone/FN) Indeks cairan amnion (Amniotik fluid index/AFI) Tes nonstres (NST)
Profil biofisikal adalah tehnik pemantauan kesejahteraan janin dengan menggunakan ultrasonografi untuk visualisasi janin dan menggunakan Doppler Ultrasonografi
Terdapat 5 komponen dari profil biofisikal yang masing masing memiliki skore maksimum 2 sehingga jumlah skore maksimal adalah 10.
HITUNGAN GERAKAN JANIN Rentang normal aktivitas janin turun dari 90 gerakan per 12 jam pada kehamilan 32 minggu menjadi 50 gerakan menjelang aterm. Perubahan ini disebabkan oleh berubahnya sifat dari aktivitas janin yang semula berupa gerakan gerakan kejut menjadi gerakan yang lebih halus dan terkordinasi dan juga akibat semakin terbatasnya ruang gerak bagi janin.
Peristiwa penurunan gerakan janin dapat diamati pada kasus yang berakhir dengan kematian janin akibat hipoksia. Dengan demikian maka keluhan menurunnya gerakan janin memerlukan pemeriksaan lanjutan
Bila gerakan janin dirasakan kurang dari 10 kali selama 2 jam maka ibu diminta untuk mencatat gerakan janin yang dirasakan dan melaporkan hasilnya ke rumah sakit untuk pemeriksaan lanjutan.
Menghitung gerak janin adalah cara sederhana dan murah Menghitung gerak janin adalah cara sederhana dan murah. Akan tetapi tak dapat digunakan dengan baik pada ibu yang cemas atau tidak dapat menghitung secara konsisten
Metode Penghitungan Tendangan Janin Hitung gerakan janin setiap waktu antara pukul 7 malam dan 11 malam Setelah makan, berbaring ke kanan atau kiri Tandai tanggal dan waktu mulai pada catatan Letakkan kedua tangan diatas abdomen dan berikan perhatian penuh pada gerakan bayi Setiap bayi bergerak atau menendang tandai satu kotak
Lanjutan Ketika bayi telah bergerak atau telah menendang sebanyak 10 kali isilah waktu berhenti pada daftar Perhatikan apabila bayi tidak bergerak sebanyak 10 kali dalam 2 jam atau tidak bergerak sama sekali segera ke petugas kesehatan
Amniosentesis Analisis cairan amnion Warna Rasio lesitin/sfingomielin (L/S) Profil paru Billirubin cairan amnion
Tes paling akurat untuk menentukan maturitas janin adalah analisa cairan amnion yang dapat diperoleh melalui amniosentesis. Dilakukan pemeriksaan rasio lesitin : sfingomyelin dan kadar fosfatidyl terhadap cairan amnion. L : S rasio = 2 : 1 menunjukkan sudah adanya maturitas paru janin.
Cara Shake Test Tabung pertama yang berisi 1 ml cairan amnion di campur dengan 1 ml ethanol 95% Tabung kedua yang berisi 1 ml cairan amnion + 0.5 ml ethanol 95% + 0.5 ml normal saline Dilakukan pengocokan selama 30 detik Gelembung pada tabung kedua + berarti L/S rasio > 2 (janin matur) Gelembung pada tabung pertama [ + ] ; pada tabung kedua [ – ] berarti janin masih dalam keadaan tidak menentu (borderline) sehingga kehamilan sebaiknya dipertahankan.
CTG Komponen terakhir adalah fetal cardiotocography ( CTG ). Tehnik ini menggunakan ultrasound doppler untuk mencatat frekuensi denyut jantung janin dan respon frekuensi DJJ terhadap gerakan janin serta aktivitas uterus.
Janin normal akan memberi respon terhadap gerakan tubuhnya dalam bentuk peningkatan frekuensi denyut jantung . Fenomena ini dicatat pada cardiotocograph.
Kenaikan frekuensi DJJ diatas nilai dasar sebanyak 15 kali dalam waktu 1 menit ( dpm ) dan berlangsung sekurang kurangnya selama 15 detik normal terlihat pada janin sehat setelah terjadinya gerakan janin ( akselerasi ). Tidak adanya akselerasi mengindikasikan adanya hipoksia janin.
Bila DJJ memperlihatkan adanya 2 akselerasi dalam periode 20 menit maka hasil pemeriksaan CTG disebut REAKTIF. Dan tidak adanya akselerasi menunjukkan adanya NON REAKTIF dan situasi ini memerlukan pemeriksaan lanjutan.
Tes Stres dan Non Stres Indikasi Kecurigaan pascamaturitas Diabetes melitus pada ibu Hipertensi kronik Gangguan hipertensi dalam kehamilan IUGR yang dicurigai dan didokumentasikan Penyakit sel tsabit Penyakit jantung sianotik ibu
Lanjutan Riwayat kelahiran mati terdahulu Sensitisasi kelompok darah (isoimunisasi) Mekonium dalam amnion Hipertiroidisme Gravida yang lebih tua (berusia > 35 tahun) Penyakit ginjal kronis
Lanjutan Gerakan janin menurun Anemia ibu berat Gestasi kembar Pasien antepartum yang berisiko tinggi KPD, kelahiran premature, perdarahan)
REKOMENDASI PENATALAKSANAAN SKORE REKOMENDASI PENATALAKSANAAN 8 – 10 Ulang satu minggu kemudian. Pada kasus diabetes ( insulin dependen) dan posmatur , ulang 2 kali seminggu . Bukan indikasi untuk melakukan tindakan intervensi 4 – 6 Bila maturasi paru sudah tercapai dan servik sudah matang, lakukan induksi persalinan atau bila tidak lakukan ulangan pemeriksaan 24 jam kemudian. Bila skore tetap 4 – 6 , lahirkan bila maturasi partu sudah tercapai , bila tidak lakukan pematangan paru dengan kortikosteroid dan lahirkan dalam waktu 48 jam kemudian 0 – 2 Pertimbangkan untuk melakukan terminasi kehamilan segera, bila paru belum matang berikan kortikosteroid dan lakukan terminasi kehamilan setelah 48 jam.