Presented by : Hidayatunnismah NPM : NATURAL FERTILITY : Age Patterns, Levels dan Trends (By : John Knodel)
Definisi : “Fertility of a human population that makes no deliberate effort to limit births”. (Henry, 1953) “Bound to the number of children already born and is modified when the number reaches the maximum which the couple does not want to exceed.” (Henry, 1961)
Kontrol Fertility didefinisikan sebagai upaya untuk menghentikan (atau setidaknya memperlambat) fertilitas setelah target jumlah anak yang diinginkan telah tercapai. Pada kontrol fertility terdapat upaya membatasi family size Perilaku berhenti memiliki anak tanpa ada maksud untuk membatasi ukuran keluarga merupakan wilayah abu-abu antara natural fertility dan kontrol fertility.
Table 1. Natural and Controlled Fertility as Defined by the Occurrence of Deliberate Spacing and stopping Behavior. Deliberate Spacing Deliberate Stopping Absent Without Intent to Limit Family Size With Intent to Limit Family Size Absentnatural Fertilityambiguous Controlled fertility Without Intent to Limit Family Size natural Fertilityambiguous Controlled fertility With Intent to Limit Family Size ambiguous Controlled fertility
Pola Umur Natural Fertility Fertilitas akan mengalami penurunan seiring dengan pertambahan usia perkawinan. Hal ini disebabkan oleh karena sebagian besar pasangan yang ingin membatasi ukuran keluarga mereka, biasanya berkonsentrasi untuk memiliki anak di awal pernikahan. Pada saat jumlah anak yang diinginkan telah tercapai, maka pasangan tersebut berusaha mencegah fertilitas berikutnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi natural fertility Breastfeeding Postnatal abstinence Terminal abstinence Declines it pathological infertility, Age differences between spouses Age at marriage, and Premarital pregnancy
BREASTFEEDING Ada kesepakatan ilmiah bahwa menyusui dapat menekan fertilitas dengan menunda ovulasi setelah melahirkan Dalam sebuah survei di Malaysia, 60 persen dari responden wanita menjawab bahwa mereka lebih sulit untuk hamil pada masa menyusui, dan 20 persen percaya bahwa mereka tidak akan mungkin hamil pada masa menyusui. (DaVanso, 1980).
Lanjutan …. Dalam Survei Taiwan 1970, lebih dari seperlima wanita menyatakan bahwa mereka tidak akan mungkin hamil pada masa menyusui,akan tetapi survey ini tidak memberikan informasi mengenai proporsi perempuan yang merasa bahwa probabilitas mereka hamil akan berkurang pada masa menyusui. Survey di Thailand mengatakan wanita yang tidak menginginkan tambahan anak memiliki rata-rata menyusui lebih lama dibandingkan mereka yang menginginkan tambahan anak.
Postnatal Abstinence Postnatal Abstinence seringkali dikaitkan dengan laktasi Di Yoruba (Nigeria) dan Jawa Tengah (Indonesia), misalnya, ada kepercayaan umum bahwa hubungan seksual pada masa menyusui memiliki efek kurang baik terhadap ASI. (Caldwell dan Caldwell, 1981; Singarimbun dan Manning, 1976). Namun, tidak ada hubungan antara periode menyusui dengan postnatal abstinence, pada umumnya postnatal abstinence lebih pendek daripada periode menyusui, akan tetapi di Yoruba Postnatal abstinence lebih panjang.
Terminal Abstinence Terminal abstinence erat kaitannya dengan status seorang wanita yang masih berada pada rentang usia reproduktif, akan tetapi sudah memiliki status sebagai nenek atau mertua. Sebagai contoh hasil survey 420 orang wanita suku Yoruba usia di Nigeria, mengindikasikan bahwa ¼ dari wanita yang belum menjadi nenek melakukan terminal abstinece, dan ¾ dari mereka sudah berstatus nenek. Beberapa referensi yang mengatakan bahwa ada keengganan untuk melakukan hubungan seksual pada saat seorang wanita menjadi nenek atau mertua meskipun wanita tersebut berada pada rentang usia reproduktif.
Pengaruh terminal abstinence terhadap natural fertilitas tergantung pada beberapa faktor, yaitu : Proporsi wanita yang masih berada pada usia reproduktif yang telah memiliki cucu atau menantu. (Menjadi nenek atau mertua) Proporsi wanita yang telah memiliki cucu yang masih dalam usia reproduktif yang mengikuti pola terminal abstinence Proporsi wanita yang telah memiliki cucu yang masih dalam usia reproduktif, akan tetapi tidak melakukan terminal abstinence
Declines it pathological infertility Terdapat hubungan positif antara penurunan kesuburan akibat suatu penyakit dengan proporsi wanita usia subur yang memiliki anak. Sebagai contoh di Romania (1980), sebagian kota di Zaire persentase wanita usia reproduktif yang tidak memiliki anak turun dari 40 persen menjadi 10 persen. Penurunan kesuburan tersebut berhubungan dengan penemuan antibiotik dan kampanye masal.
Age Differences Between Spouses Studi menunjukkan bahwa ada hubungan terbalik antara tingkat fertilitas dengan usia suami.
Table 2. Age Specific Marital Fertility Rates, Total Marital Fertility Above Age 20, Between Sposes in two Groups of German Villages Location of village and age differences between spouses Birth per Married Women Aged Total Fertility Above Age RateIndex Four Fillages in Baden (Marriage ) Husband Younger Husband 0-4 years older Husband 4-9 years older Husband 10+ years older Four villages in Waldack (Marriage prior to 1850) Husband Younger Husband 0-4 years older Husband 5+ years older
Age at Marriage Terdapat hubungan antara jumlah anak yang dilahirkan dengan usia pernikahan dan usia menikah.
Table 3. Age Specific Marital Fertility Rates, Total Marital Fertility Above Age 25 or 30, by wife’s age at marriage for selected populations Population and Age at Marrige Birth per Married Women AgedTotal Fertility RateIndex Above Age 30 Four Fillages in Baden (Marriage ) Under and over Wine Village in S.W. France (Marriage ) Under and over
Premarital Pregnancy Kehamilan sebelum menikah menyebabkan usia melahirkan anak tidak sesuai dengan rencana sebelumnya. Efek terbesar terhadap natural fertility adalah pada kelompok pengantin yang lebih muda, karena akan memperpanjang masa reproduksi.
TERIMAKASIH