KARAKTERISTIK FILSAFAT DAN PENDEKATANNYA Pertemuan 7
KARAKTERISTIK FILSAFAT a. Karakteristik Filsafat pada Umumnya Subjektif dan Normatif Filsafat memiliki karakteristik subyektif dan normatif. Pertama, subyektif lebih jelas bila dilawankan dengan obyektif. Obyektif adalah deskripsi/gambaran sesuatu yang bila disimpulkan akan menghasilkan kesamaan/umum (generalis). Obyektif, artinya suatu keadaan yang sebenarnya tanpa dipengaruhi pendapat atau pandangan pribadi. Sedangkan subyektif adalah deskripsi/gambaran sesuatu yang bila disimpulkan akan menghasilkan kasus demi kasus (kasual). Subyektif, artinya suatu keadaan menurut pandangan /perasaan sendiri yang tidak langsung mengenai pokok/esensinya. Kedua, normatif adalah suatu keadaan yang berpegang teguh pada kaidah yang berlaku. Sebagaimana diketahui bahwa kaidah berpikir filsafat terdiri atas sistematis, rasional, sinoptik/komprehensif, radikal dan spekulatif.
2. Tersirat dan Tersurat Filsafat memiliki karakteristik tersirat dan tersurat. Pertama, filsafat tersirat terdiri atas ide/gagasan, pepatah, aturan dan norma sosial tersembunyi yang terdapat/hidup di masyarakat serta yang berupa cerita/dongeng (legenda). Contoh: Cerita Gunung Tangkuban Perahu di Jawa barat. Cerita Malin Kundang dari Sumatera Barat. Cerita tersebut antara lain berisi pepatah kepada khalayak (masyarakat) tentang perlunya anak berbakti kepada ibunya. Kedua, filsafat tersurat yang terdiri atas ide/gagasan terdapat dalam pustaka/literature/buku serta hasil karya (pemikiran) seseorang atau filsuf.
3. Obyek Formal dan Material Karakteristik filsafat memilki obyek formal dan material. Obyek formal filsafat adalah keseluruhan lingkup yang menjadi tugas/disiplin filsafat. Yaitu berupa pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya mendasar, yakni: Apa ? Mengapa ? Bagaimana? Sedangkan obyek material filsafat adalah sasaran atas pertanyaan di atas, yakni: kenyataan, pengetahuan, nilai dan manusia.
4. Keberpihakan, Modus Operandi dan Teknik Sajian Karakteristik filsafat memiliki sikap/keberpihakan, modus operandi, dan teknik sajian. Strategi keberpihakan terdiri atas berpihak pada keberadaan (skeptis, elektis, dogmatis) dan berpihak pada tematik (materi, rohani, absolut). Modus operandi terdiri atas reduksi (mono, dualis, oluralis), rekonstruksi dan fenomenologi. Sedang teknik sajian terdiri atas analitis, dialog dan cerita.
5. Murni dan Terapan Karakteristik filsafat memiliki yang murni/umum, dan terapan. Filsafat murni terdiri atas: Ontologi Metafisika Epistemologi (Fils ilmu) Logika Aksiologi Etika Estetika
Filsafat terapan terdiri atas: Filsafat pendidikan Filsafat hukum Filsafat politik/sosial/negara Filsafat agama Filsafat linguistik Filsafat matematika Filsafat manusia/antropologi Filsafat administrasi Filsafat ekonomi Filsafat astronomi Filsafat komunikasi
b. Sifat Filsafat Menyeluruh (synoptik), artinya pemikiran yang tidak puas mengenai ilmu hanya dari segi pandang ilmu itu sendiri, tetapi ingin melihat hakikat ilmu dalam konstelasi pengetahuan yang lainnya. Ingin tahu kaitan ilmu dengan moral dan kaitan ilmu dengan agama. Ingin yakin bahwa apakah ilmu itu membawa kebahagiaan kepada dirinya.
Mendasar, artinya pemikiran yang tidak begitu saja menerima bahwa ilmu itu benar. Mengapa ilmu itu disebut benar? Apakah kriterianya? Bagaimanakah proses penilaian berdasarkan kriteria itu sendiri benar? Lalu ”benar” itu sendiri apa artinya? Seperti sebuah lingkaran, maka pertanyaan itu melingkar. Dan menyusuri sebuah lingkaran, kita harus mulai dari satu titik yang merupakan titik awal dan sekaligus titik akhir. Lalu bagaimana menentukan titik awal yang benar? Memeng secara terus menerus tidak yakin akan titik awal yang menjadi jangkar pemikiran yang mendasar, dalam hal ini kita hanya berspekulasi.
Spekulatif, artinya, dalam prosesnya, baik dalam analisis maupun pembuktiannya, kita bisa memisahkan spekulasi mana yang dapat diandalkan dan spekulasi mana yang tidak. Dari serangkaian spekulasi kita dapat memilih buah pikiran yang dapat diandalkan yang merupakan titik awal dalam penjelajahan pengetahuan. Tanpa menerapkan kriteria tentang apa yang disebut benar, maka tidak mungkin pengetahuan lain berkembang atas dasar kebenaran. Tanpa menerapkan apa yang disebut baik dan buruk, tidak mungkin berbicara tentang moral. Demikian juga tanpa wawasan tentang apa yang disebut indah dan jelek, tidak mungkin kita berbicara tentang seni. Dimana hasil pemikiran yang didapat dijadikan dasar bagi pemikiran selanjutnya. Hasil pemikirannya selalu dimaksudkan sebagai dasar untuk menjelajah wilayah pengetahuan yang baru.
c. Sifat Filsafat Ilmu Berfilsafat pada hakekatnya dalam rangka untuk mengetahui apa yang telah diketahui dan apa yang belum diketahui. Filsafat dimulai dengan sikap ragu dan ingin tahu (quriosity). Sedangkan pengetahuan dimulai dengan sikap ingin tahu. Kepastian dimulai dengan adanya keraguan. Oleh karena itu, sifat filsafat ilmu pun terkait dengan karakteristik filsafat serta sifat-sifatnya sebagaimana uraian di atas. Bedanya, untuk sifat filsafat ilmu, difokuskan khusus pada lingkup ilmu. Sifat filsafat ilmu sebagai berikut.
1. Menyeluruh. Indikator menyeluruh adalah semesta atau global, yaitu: Melihat ilmu dari sisi/kontelasi ilmu yang lain sehingga ilmu itu terlihat apa adanya disamping ilmu lain. Melihat ilmu dalam kaitannya dengan moral/agama. Melihat apa kegunaan ilmu itu. Melihat sikap tenggang rasa di antara ilmu- ilmu.
2. Mendasar. Membongkar fundamen berpijaknya/berdiri/eksistensinya ilmu. Menggali kembali/menguji/memvalidasi kebenaran ilmu saat ini. Menentukan titik awal dan titik akhir ilmu. Menjelajahi lingkup ilmu sehingga diketahui bagian mana yang sudah diketahui dan bagian lingkup mana yang belum diketahui.
3. Spekulatif Menetapkan fundamen yang paling dapat diandalkan secara logis. Menetapkan asumsi yang paling mungkin. Menentapkan postulat/aksioma. Menentapkan jangkar pemikiran dasar yang bias diandalkan secara logis.
PENDEKATAN FILSAFAT Tentang pendekatan filsafat dapat dibahas sebagai berikut: 1) Memahami sistematika filsafat dapat dilakukan dengan beberapa cara, di antaranya sebagai berikut:
Pertama, dengan menelusuri orbitnya, yaitu: (a) secara praktis melibatkan diri ke dalam filsafat, (b) menguraikannya dari sudut sistematika filsafat, (c) menguraikan dari sudut sejarah filsafat. Kedua, dengan memahami pembagian filsafat, yaitu: (a) filsafat tradisional, (b) filsafat kritis. Ketiga, dengan memeriksa persyaratan sebagaimana yang dimiliki oleh suatu disiplin, yaitu mengenai obyek (material dan formal), metode, pertanggungjawaban dan sistematika. Obyek material filsafat yaitu seluruh semesta yang ada. Sedangkan obyek formalnya yaitu pertanyaan yang mendalam dan abadi untuk memperoleh kebenaran/kebijakan. Metode filsafat antara lain logika dan intuisi/alibi/kata hati. Pertanggungjawaban filsafat dapat terlihat dari proses jawaban atas munculnya pertanyaan yang logis, komprehensif dan sistematis. Sedangkan sistematika filsafat dapat diikuti dalam perkembangan unsur dan aliran filsafat.
2) Dilihat dari usaha perenungan filsafat ada tiga model Pertama, model renungan spekulatif, yaitu memberi interpretasi maknawi apa dibalik yang tersurat dari fakta. Kedua, model preskriptif, yaitu memberikan norma/nilai berkenaan dengan apa yang sebaiknya/seharusnya dan apa yang akan terjadi selanjutnya (yang akan datang). Ketiga, model analitik, yaitu memberikan penjelasan secara tuntas mengenai inti atau akar masalah, biasanya melalui analisis kebahasaan.
3) Menurut Soerjanto, P. (1989), apabila berbicara tentang filsafat ada 2 (dua) hal yang patut diperhatikan, yaitu segi fungsi dan segi pembahasannya Pertama, filsafat dilihat dari segi fungsinya, ia sebagai metode dan sebagai suatu pandangan. Filsafat sebagai suatu metode yaitu yang menunjuk pada cara berpikir dan cara mengadakan analisis yang dapat dipertanggungjawabkan. Sedangkan filsafat sebagai suatu pandangan hidup yaitu suatu nilai dan pemikiran mengenai persepsi, landasan dan pedoman tingkah laku seseorang atau masyarakat dalam seluruh kehidupan mencapai cita-citanya.
Kedua, segi pembahasan filsafat dapat dilakukan secara deduktif dan induktif. Secara deduktif dengan mencari hakekat, menganalisis dan menyusun sistematika suatu pandangan secara utuh. Sedangkan pembahasan secara induktif dengan mengamati gejala sosial budaya masyarakat, kemudian merefleksikan dan menarik makna hakiki dari gejala itu.
4) Immanuel Kant berpendapat bahwa yang dibahas filsafat, terdiri atas 4 (empat) persoalan pokok, yaitu: apakah yang boleh saya harapkan? (what may I hope?). Pertanyaan ini sebenarnya berfokus pada hakekat kenyataan, yaitu apa yang disebut dengan metafisika, apakah yang dapat saya ketahui? (what can I know?). Pertanyaan ini sebenarnya berfokus pada masalah kebenaran, yaitu tentang epistemology, apakah yang harus saya perbuat? (what should I do?). Pertanyaan ini sebenarnya berfokus pada soal pedoman hidup, yaitu tentang aksiologi atau nilai. apakah manusia itu? (what is man?). Pertanyaan ini berfokus pada hakekat manusia atau apa arti hakekat manusia itu. Pertanyaan ini merupakan pangkal dari segala masalah.