RESISTANCE EXERCISE LENNY
Pendahuluan Aplikasi resisten pd otot yg berkontraksi otot lebih kuat dlm beberapa waktu. Perubahan & adaptasi otot kemampuan metabolisme otot bersifat overload yg progresif. Jaringan kontraktil otot lebih kuat hipertropi serabut otot & peningkatan rekruitmen motor unit otot. Kekuatan otot meningkat, respon kardio vaskuler otot meningkat daya tahan & kekuatan meningkat.
Faktor seperti penyakit, otot yang tidak digunakan dan imobilisasi dapat menyebabkan kelemahan otot. Resistance exercise sebagai suatu program latihan baik secara manual atau mekanik sebagai bagian integral dari PLAN OF CARE. Tujuan pokok meningkatkan kekuatan, daya tahan & fungsi fisik keseluruhan.
TUJUAN PERKULIAHAN Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa/i : 1. menjelaskan pengertian resistance exercise. 2. menggambarkan tujuan dan indikasi resistance exercise dan perbedaan strength, endurance dan power. 3. menjelaskan pencegahan dan kontraindikasi resistance exercise. 4. menggambarkan serta membedakan antara isotonic, isometric dan isokinetic resistance exercise.
5.menjelaskan persamaan & perbedaan manual & mechanical resistance exercise. 6.menjelaskan prinsip pengaplikasian manual resistance exercise. 7. menggambarkan dengan tepat teknik-teknik manual resistance exercise dengan bidang gerak anatomi. 8. menjelaskan pengertian mechanical resistance exercise. 9. menggambarkan teknik-teknik spesifik pada resistance exercise. 10.mendiskusikan variabel yang ditemukan pada program resistance exercise. 11.mengidentifikasi dan menjelaskan jenis-jenis alat untuk resistance exercise.
Pengertian Resistance Exercise Suatu bentuk active exercise melalui kontraksi otot dinamik atau statik dgn menggunakan resisten dr luar baik manual atau mekanik.
Manual Resistance Exercise Tipe active exercise dimana resisten diberikan FT’s. Kekuatan resisten tdk dpt diukur secara kuantitatif. Digunakan pd tahap awal program latihan utk memperkuat otot yg lemah dgn resisten ringan-moderat. Digunakan ketika gerakan pd ROM sendi memerlukan kontrol hati-hati. Kekuatan tergantung FT’s
Mechanical Resistance Exercise Bentuk active exercise dimana resisten diberikan melalui penggunaan alat & perlengkapan mekanik. Kekuatan resisten dpt diukur secara kuantitatif & progresif setiap waktu. Sering digunakan pd program resistance exercise yg bersifat khusus. Digunakan jika resisten yg diinginkan lebih besar dibanding manual resistance exc
Tujuan dan Indikasi Secara keseluruhan tujuan resistance exercise adalah meningkatkan fungsi fisik.
Tujuan (2) Tujuan secara spesifik adalah : A. Meningkatkan Strength (Kekuatan) 1. Strength mengarah kpd output tenaga dr kontraksi otot & secara langsung berhubungan dgn jumlah tension yg dihasilkan oleh kontraksi otot. 2. Meningkatkan strength otot, kontraksi harus diberi beban/resisten sehingga meningkatkan level tension hipertropi & rekruitmen serabut otot.
Tujuan (3) B. Meningkatkan Muscular Endurance (Daya Tahan Otot) 1. Endurance kemampuan melakukan repetitive exercise dgn low-intensity dlm periode waktu lama. 2. Muscular endurance ditingkatkan melalui exercise dgn resisten ringan selama beberapa kali pengulangan. 3. Didesain untuk meningkatkan strength meningkatkan muscular endurance.
Tujuan (4) 4. Dlm beberapa situasi , akan lebih tepat mengaplikasikan program resistance exercise yg akan meningkatkan muscular endurance dibanding strength. Contoh pd kondisi injuri knee akut atau kronis, dynamic exercise dgn resisten ringan & repetisi lebih banyak akan lebih nyaman & iritasi sendi lebih kecil dibanding dynamic exercise dgn resisten berat. 5. Total body endurance dpt ditingkatkan melalui exercise dgn low-intensity dlm waktu lama.
Tujuan (5) C. Meningkatkan Power (Tenaga) 1. Power pengukuran muscle performance & didefinisikan sebagai kerja/unit waktu (force x distance/ time). 2. Kecepatan pd saat otot berkontraksi & timbulnya force sepanjang ROM & dan hubungan antara kecepatan & force adalah dua faktor yg mempengaruhi power.
Dynamic exercise dilakukan dgn resisten dlm suatu interval waktu, power akan meningkat. Power dpt ditingkatkan dgn beban berat & repetisi kecil atau beban ringan & repetisi besar sampai pd titik kelelahan otot. Beberapa literatur sport medicine & physical education, istilah power digunakan utk menggambarkan aktivitas otot pd high-intensity yg timbul dlm periode waktu singkat (10-20 detik) sampai pd titik kelelahan otot.
Meskipun deskripsi ini tertentu pada aktivitas fisik, tidak tepat utk membatasi istilah power hanya pd aktivitas otot yg bersifat exsplosive high-effort. Beberapa penulis menyebut exercise dgn high-intensity pd interval waktu pendek adalah anaerobic power & exercise dgn low-intensity pd interval waktu lama adalah aerobic power.
Perbedaan terjadi karena : (1) Serabut otot tipe II (phasic, fast-twitch) yg menghasilkan tegangan besar dlm waktu singkat,mengarah kpd aktivitas metabolik anaerob & cepat lelah. (2) Serabut otot tipe I (tonic, slow-twitch) yg menghasilkan tegangan lebih kecil ttp dpt berkontraksi dlm waktu lama. Serabut ini mengarah kpd aktivitas metabolik aerobik & lambat lelah.
Otot tersusun atas serabut phasic & tonic. (1) Beberapa otot mempunyai distribusi serabut tonic lebih banyak & yg lain lebih banyak serabut phasic. (2) Ini akan mengarah kepada diferensiasi & spesialisasi pada otot. Sebagai contoh, distribusi serabut otot tipe I (tonic) lebih banyak ditemukan pd otot postural dgn level rendah, tegangan otot konstan & terus menerus utk mempertahankan postur melawan gravitasi atau stabilisasi melawan beban berulang.
Proporsi motor unit pd serabut otot tipe II (phasic) lebih banyak ditemukan pd otot yg menghasilkan tegangan besar seperti pd kontraksi otot utk mengangkat badan saat memanjat.
Program resistance exercise dpt didesain utk diferensiasi tipe serabut pada otot dgn rekruitmen secara selektif melalui kontrol intensitas & kecepatan latihan. FT’s harus dpt mengevaluasi setiap situasi klinis & mendesain program latihan sesuai dgn kebutuhan setiap pasien.
A. Pencegahan Kondisi cardiovascular Valsava’s maneuver, yaitu terjadinya penutupan glottis saat melakukan ekspirasi, harus dihindari selama melakukan resistance exercise. Ketika seseorang memaksakan untuk melakukan & berusaha dlm waktu lama, gejala tersebut dpt timbul.
Gambaran rangkaian tersebut adalah : inspirasi dalam-penutupan glottis-kontraksi otot abdominal-peningkatan tekanan intrathoracic & intraabdominal-penurunan aliran darah vena ke jantung-penurunan-cardiac output-penurunan tekanan arteri darah-peningkatkan hearth rate. Ketika usaha ekspirasi berakhir, peningkatan yang nyata tekanan darah sampai 200 mmHg atau lebih. Ini akan mempercepat aliran darah vena ke jantung & memperkuat kontraksi jantung.
Signifikansi latihan Valsava’s maneuver harus dicegah selama latihan tekanan abnormal pd sistem kardiovaskular& dinding perut dpt dicegah. Pasien resiko tinggi (a) Pasien dgn riwayat kardiovaskular (cerebro-vascular accident, infark myocardiac atau hipertensi). (b)Pasien geriatri (c)Pasien post-bedah abdomen/ herniasi pd dinding abdomen.
Pencegahan Valsava’s maneuver selama latihan (1) Perhatikan pernafasan pasien. (2) Minta pasien menghembuskan nafas saat melakukan gerakan. (3) Minta pasien utk berbicara/bernafas secara teratur selama latihan. - Sering terjadi pd pasien yg melakukan latihan isometrik/melawan tahanan.
2. Kelelahan - Gejala kompleks yg mempengaruhi penampilan fungsional & harus dipertimbangkan dlm program latihan. a.Kelelahan lokal otot pengurangan respon otot terhadap stimulus berulang. Respon fisiologi normal pd otot & ditandai penurunan amplitudo pd potensial motor unit.
(1)Kelelahan otot dpt timbul selama kontraksi otot dinamik & statik, latihan intensitas tinggi atau rendah yg dilakukan dlm waktu lama. (2)Pengurangan respon pd otot merupakan kombinasi beberapa faktor, meliputi : (a) gangguan mekanisme kontraktil otot krn penurunan cadangan energi, insufisiensi oksigen & pembentukan asam laktat. (b) pengaruh inhibisi (protektif) CNS (c) kemungkinan penurunan konduksi impuls pd myoneural junction, khususnya serabut fast-twitch
(3)Kelelahan otot diasosiasikan dgn sensasi tdk nyaman pd otot atau krn nyeri & spasme. Ketika lelah, respon otot lebih lambat atau jarak gerak yg dilakukan akan berkurang.
b. Kelemahan otot secara umum (total body) adalah pengurangan respon pd seseorang selama melakukan aktivitas fisik yg lama seperti berjalan atau joging. (1) Kelemahan umum dlm waktu lama tetapi dgn latihan intensitas rendah secara relatif disebabkan oleh : (a) penurunan kadar gula darah (glucose) (b) penurunan cadangan glycogen otot & liver (c) kehabisan potassium, khususnya pd orang tua. (2) Pertimbangan yg sangat penting pd program endurance & conditioning.
c. Kelelahan dikaitkan dgn penyakit-penyakit spesifik : (1) Kelelahan lebih sering timbul atau intervalnya dpt diprediksi pd penyakit dgn kelainan sistem neuromuscular & kardiopulmonal. (a) pasien multiple sclerosis biasanya bangun dlm keadaan fit di pagi hari. Siang hari mulai merasa lelah & lemah. Kemudian sore hari kelelahan berkurang & kekuatan meningkat. (b) pasien penyakit cardiac, disfungsi vascular perifer & penyakit pulmonal yg mengalami gangguan sistem transpor O2. Pasien ini lebih sering lelah & membutuhkan waktu lebih lama untuk pemulihan dr kelelahan. (2)FT’s harus mengetahui pola-pola kelelahan yg timbul pd penyakit spesifik & melakukan program latihan secara simultan.
3. Pemulihan dari kelelahan Waktu yg adekuat utk pemulihan dr kelelahan harus dibuat pada setiap program resistance exercise & tubuh diberikan waktu utk pemulihan Perubahan-perubahan yg timbul pd otot selama pemulihan (1) Pengisian cadangan energi. (2) Asam laktat berpindah dr otot skeletal & darah sekitar 1 jam setelah latihan (3) Pengisian cadangan oksigen pd otot (4) Glikogen akan terganti setelah beberapa hari
Penyebab terjadinya overwork tdk dipahami sepenuhnya. 4. Overwork/Overtraining Program resistance exercise pd pasien neuromuscular dilakukan scr progresif & hati-hati utk mencegah kerja berlebihan Fenomena aktual penyebab temporer/ permanen kemunduran kekuatan akibat latihan. Pernyataan “…tidak selalu benar bahwa latihan ringan baik, & latihan lebih berat lebih baik.” Penyebab terjadinya overwork tdk dipahami sepenuhnya.
Kelelahan & overwork istilah yg tdk sinonim. Krn sensasi tdk nyaman yg menyertai kelelahan pd orang yg mengalami gangguan sistem neuromuscular, latihan jarang dilakukan pd titik overwork. Kemunduran kekuatan secara progresif akibat overwork telah diobservasi secara klinis pd pasien penyakit lower motor neuron nonprogressive yg ikut dlm program resistance exercise berat.
Studi (1973), menunjukkan bahwa ketika latihan berat dimulai segera setelah terjadi lesi saraf perifer, kembalinya kekuatan otot secara fungsional akan terlambat. Ini terjadi karena adanya pemecahan protein yg berlebihan pd otot yg mengalami denervasi. Overwork dpt dihindari dgn mengatur intensitas, durasi & progresifitas latihan secara hati-hati. Kekuatan pasien yang dire-evaluasi secara periodik & hati-hati akan membantu FT’s menentukan apakah kekuatan pasien meningkat sebagai hasil program resistance exercise.
5. Gerakan substitusi Resisten pd otot yg sedang berkontraksi terlalu besar, gerakan substitusi. Otot lemah krn lelah, paralisis/nyeri, pasien berusaha melakukan gerakan yg diinginkan secara normal pd otot dgn segala kemungkinan. Contoh : deltoid & supraspinatus lemah/abduksi lengan nyeri, pasien akan mengelevasikan scapula & lateral fleksi trunk sisi kontralateral. Mencegah gerakan substitusi besarnya resisten diperhitungkan & stabilisasi koreksi harus diaplikasikan secara manual/alat.
6. Osteoporosis kondisi pd tulang yg menyebabkan pengurangan massa tulang. Sering terjadi akibat imobilisasi lama atau bed rest & berkaitan dengan penyakit muskuloskeletal & neuromuscular. Selain pengurangan massa tulang juga ditandai dgn penyempitan shaft tulang & pelebaran medullary canal.
Perubahan pd tulang yg mengarah kpd osteoporosis berakibat tulang tdk dpt menahan tekanan normal resiko fraktur. Fraktur yg dimaksud adalah krn kelemahan akibat penyakit. Beberapa tekanan pd sistem skeletal dpt menyebabkan fraktur : (1) Pasien flaccid paralysis akibat penyakit neuromuscular/trauma terjadinya rapuh tulang lebih sering krn kehilangan tarikan otot yg normal pd tulang & berkurangnya weight bearing.
(2) Pasien rheumatoid arthritis selama beberapa (2) Pasien rheumatoid arthritis selama beberapa tahun perkembangan osteoporosis pd tulang dekat sendi yg dipengaruhi. Hal ini disebabkan oleh imobilisasi lama, jarang digunakan, kekurangan weight bearing krn nyeri sendi & inflamasi. (3) Pasien yg mengkonsumsi steroid therapy scr sistemik mempunyai kecenderungan osteoporosis & resiko fraktur. (4) Wanita post-menopause mempunyai resiko osteoporosis khususnya pd neck femur & vertebral body. b. Program strengthening & endurance pd pasien osteoporosis, resisten harus diplikasikan & progresifitasnya secara hati-hati utk mencegah kemungkinan terjadi fraktur.
7. Muscle soreness (nyeri otot) akibat latihan a. Nyeri otot yg timbul selama/segera setelah latihan berat, menunjukkan titik kelelahan. (1) Respon yg timbul berupa kelelahan otot terjadi krn berkurangnya aliran darah & O2 (ischemia) secara adekuat & temporer terjadi penimbunan asam laktat & potassium pd otot yg dilatih. (2) Nyeri otot selama latihan berat bersifat sementara & hilang segera setelah latihan ketika aliran darah & O2 telah lancar & adekuat pd otot.
b. Nyeri otot akan timbul dlm waktu 24-48 jam setelah latihan berat & akan berkurang dalam waktu 1 minggu. (a)Satu teori menyebutkan penimbunan asam laktat pd otot sebagai penyebab nyeri setelah latihan. Dibantah oleh studi (1981) menyimpulkan dibutuhkan waktu sekitar 1 jam setelah latihan utk memindahkan hampir semua asam laktat yg tertimbun pd otot skelet & darah.
(b)Tahun 1961 de Vries mengajukan teori bahwa nyeri otot akut disebabkan oleh ischemia selama latihan yg juga menyebabkan spasme otot. Spasme tersebut menyebabkan ischemia yg lebih berat serta timbulnya nyeri & ischemia tadi menyebabkan spasme yg lebih berat (visiosus cycle) yg dikenal sebagai refleks pain-spasm cycle yang menyebabkan sakit otot sampai beberapa hari setelah latihan. Teori spasme ini tidak didukung literatur yang cukup sehingga teori de Vries ini tidak banyak diterima. (c)Teori torn tissue menyebutkan bahwa sakit otot terjadi krn adanya kerusakan mikroskopis pd otot selama melakukan latihan berat sehingga terjadi degenerasi & nekrosis pd serabut otot.
(d)Teori connective tissue menyimpulkan bahwa jaringan connective (termasuk tendon) lebih sering mengalami kerusakan dibanding serabut otot selama melakukan latihan berat sehingga menyebabkan nyeri otot. (2) Saat ini terdapat kesepakatan bahwa latihan yg menyebabkan sakit otot disebabkan oleh kombinasi mikrotrauma jaringan connective & myofibril.
Sakit otot timbul lebih berat & frekuensinya lebih sering setelah melakukan eccentric exercise daripada concentric exercise ketika melakukan latihan dengan resisten. Kerusakan muscle fibers & connective tissue lebih banyak saat melawan resisten pd posisi memanjang drpd memendek. d. Nyeri otot dikurangi/dicegah jika resistance exercise diawali dgn pemanasan ringan & stretching otot serta peningkatan resisten suatu program latihan secara bertahap.
B. Kontraindikasi 1. Inflamasi Resisten dpt mengakibatkan pembengkakan & kerusakan lebih berat pd otot/sendi. 2. Nyeri Nyeri berat pd otot/sendi selama melakukan resistance exercise atau lebih dari 24 jam setelah latihan, resisten harus dibatasi atau dikurangi secara substansi. Evaluasi yang hati-hati pada penyebab timbulnya nyeri harus dilakukan oleh fisioterapis.
IV. JENIS-JENIS RESISTANCE EXERCISE Resisten dapat diaplikasikan melalui kontraksi otot bersifat dinamik/statik dgn teknik isotonic (concentric atau eccentric), isokinetik dan isometric. Pd semua kondisi tujuan utama meningkatkan fungsi fisik melalui pengembangan & peningkatan strength, endurance atau power.
A.Isotonic Exercise Bentuk latihan dinamik yg dilakukan melawan suatu beban yg bersifat konstan/bervariasi dgn pemanjangan atau pemendekan otot pd jarak gerak yg memungkinkan. Dynamic strength, muscular endurance & power dapat ditingkatkan melalui latihan ini. 1. Manual atau mechanical resistance Isotonic exercise dilakukan melawan tahanan baik secara manual/mechanical tergantung kebutuhan & kemampuan pasien.
2. Constant versus variable resistance a. Isotonic resistance exc secara konvensional dilakukan dgn menggunakan beban tetap. b. Istilah isotonic berarti tegangan yg sama atau konstan. Dalam kenyataan ketika melakukan kontraksi otot secara dinamis melawan suatu beban yg tetap (resistance) tegangan yg dihasilkan otot bervariasi saat otot memendek atau memanjang melalui jarak gerak yg terjadi. Tegangan otot secara maksimal hanya terjadi pd satu titik pd jarak gerak ketika melakukan isotonic exercise melawan beban tetap.
c. Variabel resistance exercise (1) Ketika melakukan isotonic exercise dgn menggunakan peralatan resistance, kontraksi otot bersifat subjektif & resisten bervariasi melalui jarak tertentu sampai pd beban otot efektif di beberapa titik. (2) Ketika melakukan kontraksi otot isotonic dgn resisten manual FT’s dpt memberikan resisten bervariasi secara tepat terhadap perubahan kapabilitas kekuatan otot pd jarak gerak.
3. Concentric versus eccentric exercise a. Isotonic resistance exercise dpt dilakukan scr concentric, eccentric atau kedua- keduanya. Resisten dpt diberikan dlm posisi otot memendek/memanjang. b. Concentric & eccentric exercise dpt dilakukan menggunakan resisten secara manual/mechanical. c. Menggunakan kombinasi concentric & eccentric exercise, tergantung kapabilitas kekuatan & fungsional pasien.
(1)Ketika kontraksi otot maksimal dan memendek (concentric contraction),tidak apat menghasilkan tegangan yang lebih besar seperti ketika tegangan maksimal dan memanjang (eccentric contraction) (2) Karena itu tahap paling awal dari program latihan ketika otot sangat lemah, eccentric exercise dengan tahanan ringan menggunakan manual resistance harus dilakukan secara tepat. (3) Ketika kekuatan meningkat, concentric exercise dengan manual resistance dapat ditambahkan dalam program strengthening. (4) Saat pasien dapat melanjutkan dengan progresif, dapat dilakukan eccentric atau concentric menggunakan mechanical resistance.
d. Pencegahan Eccentric Exercise (1)Terdapat potensi tekanan pd sistem cardiovascular (misalnya peningkatan hearth rate) ketika eccentric exercise dilakukan dgn resisten berat. Karena itu eccentric exercise mungkin kontra indikasi pd beberapa pasien.
B. Isokinetic Exercise Suatu bentuk dynamic exercise dimana kecepatan pemendekan/pemanjangan otot dikontrol oleh suatu rate-limiting device yg mengontrol (membatasi) kecepatan gerakan suatu bagian tubuh.
1.Jika pasien mempunyai motivasi yg baik & melakukan scr maksimal, otot diberi muatan maksimal mendekati tegangan maksimal yg dihasilkan sepanjang jarak gerak. 2. Ketika kecepatan gerak konstan, resisten yg diberikan melalui isokinetic exercise akan bervariasi. Untuk alasan ini, isokinetic exercise kadang-kadang disebut juga accommodating resistance exercise. 3. Isokinetic exercise dpt dilakukan dgn concentric pd semua rate-limiting devices & juga eccentric. Dalam dua bentuk latihan tersebut, kecepatan gerak harus konstan.
4.Dgn isokinetic exercise pasien dpt melakukan latihan dgn kecepatan tinggi pd anggota gerak secara aman. 5.Beberapa penulis menyimpulkan bahwa penguatan otot dgn isokinetic exercise menunjukkan hasil yg lebih bermakna dibanding isotonic resistance exercise.
C.Isometric Resistance Exercise Suatu bentuk latihan statik yg dilakukan dimana pd saat otot berkontraksi tdk terjadi perubahan panjang otot & tanpa gerakan sendi. Meskipun tidak ada kerja fisik yang terjadi (force x distance), tegangan & output tenaga tetap dihasilkan oleh otot. Otot dapat menghasilkan tegangan yang lebih besar ketika melakukan kontraksi isometric maksimum dibanding kontraksi concentric maksimum, tetapi tidak lebih besar dibanding kontraksi eccentric maksimum.
Strength akan meningkat jika kontraksi isometric dilakukan melawan resisten, dan dilakukan paling tidak selama 6 detik. Ini adalah waktu yg diperkenankan sampai puncak tegangan & perubahan metabolic mulai timbul pd otot. Isometric resistance exercise tdk akan meningkatkan endurance otot secara efektif seperti dynamic exercise. 2. Selama isometric training penggunaan beban latihan (resisten) sekitar 60-80% dari muscle’s force-developing capacity untuk mencapai strength. 3. Karena tdk ada gerakan sendi, strength akan meningkat hanya pd posisi dimana exercise dilakukan. Utk mencapai strength pd jarak gerakan tertentu, resisten harus dilakukan dlm beberapa posisi.
4. Panjang otot pd saat kontraksi secara 4. Panjang otot pd saat kontraksi secara langsung akan mempengaruhi jumlah tegangan yg dihasilkan pd titik-titik tertentu dlm jarak gerakan. Karena itu besarnya resisten ketika pasien mampu melakukan akan bervariasi pd titik-titik yang berbeda dalam jarak gerak. 5. Resisten yg dilakukan dpt berupa manual atau mechanical dimana pasien dapat menahan beban yang berat atau mendorong objek yang tidak bergerak.
6. Muscle setting exercises adalah suatu bentuk isometric exercise, tetapi dilakukan melawan resisten yang cukup besar. a.Muscle setting yg dimaksud adalah static muscle contraction yg dilakukan utk mempertahankan mobilitas muscle fibers & menurunkan spasme otot serta nyeri. Misalnya quadriceps setting & gluteal setting. b. Jika muscle setting exercise tdk dilakukan dgn resisten maka tidak akan meningkatkan kekuatan otot yg cukup besar. c.Muscle setting exercise dpt memperlambat terjadinya atropi pd tahap awal imobilisasi otot atau sendi.
V. MANUAL RESISTANCE EXERCISE A. Definisi Suatu bentuk active resistance exercise dimana resisten dilakukan melalui FT’s dgn dynamic/static muscular contraction. 1. Ketika gerakan sendi dapat dilakukan, resisten dilakukan dalam jarak gerakan sampai otot memendek. Kontrol resisten dapat juga dilakukan sampai terjadi pemanjangan otot. 2. Latihan yg dilakukan dlm bidang gerak anatomi/pola diagonal disebut PNF. 3. Penguatan otot spesifik dilakukan pd gerak otot tertentu seperti pd prosedur MMT.
B. Prinsip-Prinsip Aplikasi Manual Resistance Exercise 1. Sebelum exercise Evaluasi ROM & kekuatan pasien. MMT akan membantu fisioterapis menentukan nilai dasar secara kualitatif kekuatan & progresifitas yg terukur. Membantu menentukan besarnya resisten dgn tepat yg harus diberikan dlm program latihan. Jelaskan rencana & prosedur latihan kpd pasien. Tempatkan pasien pd posisi senyaman mungkin dgn menggunakan proper body mechanic. Regio yg akan dilatih harus bebas dari pakaian.
Tunjukkan gerakan yg diinginkan dgn melakukan gerakan pasif pd pasien. Jelaskan kepada pasien bahwa ia harus melakukan latihan dgn usaha maksimum. Yakinkan bahwa pasien tidak menahan nafas selama melakukan usaha yg maksimum utk mencegah Valsava’s maneuver.
2. Selama latihan Pertimbangkan letak resisten Resisten biasanya diletakkan pd bagian distal segmen dimana otot yg dilatih melekat. Penempatan pd bagian distal akan memberikan resisten paling besar dari external torque dgn usaha yang minimum dari FT’s. (1) Letak resisten bervariasi tergantung kekuatan pasien FT’s utk menghasilkan stabilitas pd segmen ybs. (2) Resisten dpt diletakkan pd tempat yg melewati persendian jika sendi stabil & bebas nyeri& jika terdapat kekuatan otot yg adekuat utk menyanggah sendi.
Menentukan arah resisten Resisten dilakukan berlawanan arah dgn gerakan yg diinginkan. Berikan stabilisasi Utk mencegah gerakan substitusi ketika dilakukan penguatan otot secara spesifik, stabilisasi yg tepat harus dilakukan FT’s, menggunakan splint atau belt. Stabilisasi pada suatu segmen dilakukan pd bagian proksimal tempat melekatnya otot yg akan dilatih. Misalnya pd otot biceps brachii, stabilisasi diberikan pd bagian anterior shoulder saat diberikan resisten pd gerakan fleksi elbow.
Berikan resisten yang tepat Respon yg tepat dr pasien adalah usaha yg maksimum & bebas nyeri. Pada dynamic exercise saat melawan resisten gerakan harus lembut, tidak timbul getaran. Resisten harus sama dgn kemampuan otot pd semua titik dlm jarak gerak.
Tentukan jumlah pengulangan : Secara umum pengulangan 8-10 kali pd satu gerakan spesifik dpt mencapai titik kelelahan otot. Tambahan pengulangan dpt dilakukan setelah periode waktu istirahat yg adekuat dr pemulihan kelelahan.
VI. MECHANICAL RESISTANCE EXERCISE A. Definisi Suatu bentuk latihan dimana resisten (beban latihan) menggunakan peralatan. Beberapa istilah utk menggambarkan jenis latihan ini antara lain progressive resistive exercise (PRE), active-resistive training, overload training dan load-resisting exercise.
Mechanical resistance exercise dilakukan dgn tujuan untuk meningkatkan muscular strength, power atau endurance pd tahap rehabilitasi & program pemulihan. Utk meningkatkan fungsi otot, harus dilakukan peningkatan beban scr progresif dgn meningkatkan resisten & jumlah pengulangan saat latihan. Kemudian, sebagai adaptasi terhadap timbulnya peningkatan kebutuhan beban yg lebih berat harus diberikan terhadap otot & pengulangan yg lebih banyak harus dilakukan. Mechanical resistance exercise dpt digunakan sebagai pengganti manual resistance sehingga pasien dapat melakukan latihan secara bebas atau ketika kekuatan pasien menjadi lebih besar dari kontrol yg dilakukan FT’s
B. Kekhususan Latihan Sangat sulit membandingkan efektifitas suatu program latihan dgn yg lain krn jumlah variabel yg terdapat pd program mechanical resistance exercise. Suatu program latihan didesain sesuai dengan kebutuhan spesifik setiap pasien. Perhatian terutama ditujukan kepada kebutuhan untuk latihan-latihan spesifik yang dibuat dalam setiap program latihan. Setiap spesifikasi latihan harus mempunyai implikasi jelas bahwa group otot yg diperkuat dlm suatu program resistance exercise sama dgn otot yg memerlukan penguatan utk aktifitas fungsional yg spesifik. Spesifikasi program latihan berkaitan dgn kecepatan saat melakukan latihan, jenis kontraksi otot, intensitas latihan atau pada bagian mana (jarak) latihan dilakukan.
C.Variabel-Variabel Program Mechanical Resistance Exercise Beban latihan dan jumlah pengulangan Frekuensi latihan Durasi latihan Kecepatan latihan Jenis-jenis kontraksi otot Submaximal versus maximal exercise Range of movement – short-arc versus full-arc exercise Posisi pasien