PERBANDINGAN NOVEL (DE WINST dan GLONGGONG) Novel Historigrafi RAHMA DEWI HARTATI 2115071376 3 A
INTISARI CERITA DALAM NOVEL DE WINST Dalam novel ini menceritakan mengenai kondisi Indonesia di zaman penjajahan. Tokohnya adalah Rangga yang merupakam seorang raden dari keraton Yogyakarta. Rangga adalah pemuda pribumi yang menempuh pendidikan di Belanda khususnya bidang Ekonomi. Oleh karena itu sepulangnya ia ke yogyakarta, ia dipercaya untuk mengelola perusahaan gula yang dulunya dikelola oleh Belanda. Pabrik gula ini adalah kerjasama antara Belanda dan Keraton. Akan tetapi, pada nyatanya Belanda menguasainya. Selain itu, ternyata salah satu pengelola perusahaan tersebut merupakan musuh Rangga dalam memperebutkan Kareen seorang gadis Belanda. Namun, Rangga sudah dijodohkan oleh Sekar. Oleh karena itu jiwa Rangga yang ingin memperjuangkan nasib para buruh asal pribumi dari kekangan Belanda terganjal dengan masalah percintaannya. Akan tetapi, ia pun tersadar oleh pratiwi dan sekar yang merupakan gadis pribumi yang terang-terangan menolak segala keputusan Belanda untuk lebih menekan pribumi menghasilkan uang demi pemerintahan Belanda. Rangga pun kemudian bergelut dengan pandangan Belanda. Namun pada akhirnya Rangga pun kalah dengan ideologi yang ia miliki.
INTISARI CERITA DALAM NOVEL GLONGGONG Dalam novel ini, mengangkat sebuah permainan daerah yaitu Glonggong. Permainan yang terbuat dari pelepah pepaya tanpa daunnya. Salah satu tokohnya adalah Glonggong, Den keraton yang selalu bermain glonggong. Dari keahliannya bermain tersebut, maka terungkap sebuah peristiwa mengenai kekuasaan Belanda yang membabi buta rakyat pribumi. Glonggong pun yang merupakan anak bangsawan keraton kini hidup menjadi orang biasa dan menjadi pengawal salah satu pemimpin keraton. Dari perjalanan itulah semuanya terungkap apa yang terjadi di antara keraton dan Belanda serta bagaimana kehidupan glonggong keluarganya sebenarnya.
IDENTITAS BUKU JUDUL : GLONGGONG PENGARANG : JUNAEDI SETIYONO TAHUN TERBIT : JULI, 2007 PENERBIT : PT SERAMBI ILMU SEMESTA, JAKARTA TENTANG BUKU : Novel ini merupakan salah satu dari 5 novel pemenang sayembara novel DKJ 2006. selain itu merupakan sebuah novel historiografi yang mengangkat sebuah permainan daerah berbalut politik dan peperangan antara pemuda pribumi dan Belanda.
IDENTITAS BUKU JUDUL : DE WINST PENGARANG : Afifah Afra TAHUN TERBIT : Januari 2008 PENERBIT : Afra Publishing, Surakarta TENTANG BUKU : Novel ini adalah novel terbaik karya Afifah Afra karena tersimpan di perpustakaan nasional dengan data katalognya adalah KDT. Novel ini pun merupakan novel historigrafi, karena menceritakan bagaimana anak bangsa dalam aspek idealisme mampu mematahkan idealisme Belanda yang ingin menguasai hasil ekonomi yang dikerjakan oleh rakyat pribumi.
PERSAMAAN KEDUA NOVEL ASPEK PENILAIAN NOVEL DE WINST NOVEL GLONGGONG GENRE NOVEL OBJEK CERITA TOKOH BERSIFAT HISTORIGRAFI, terlihat dari beberapa pengambilan gambar yang terdapat di dalam novel dan tanggal-tanggal terjadi peristiwa di setiap bagian cerita. Menceritakan perjuangan pemuda pribumi dengan kekuasaan tangan Belanda. Dalam De Winst, tokoh utamanya adalah Rangga yang merupakan seorang anak keturunan bangsawan keraton BERSIFAT HISTORIGRAFI, terlihat pula tanggal-tanggal peristiwa dan penekanan daerah terjadi peristiwa di setiap bagian cerita. Sama halnya dengan DE WINST, novel ini pun menceritakan mengenai perjuangan pemuda pribumi dan Kekuasaan Belanda. Di dalam Novel ini tokoh utamanya adalah “Den” atau sebut saja Glonggong dan masih keturunan keraton.
PERBEDAAN KEDUA NOVEL ASPEK PENILAIAN NOVEL DE WINST NOVEL GLONGGONG LATAR PERISTIWA PENOKOHAN SUDUT PANDANG PENGARANG Dalam De Winst, latar dari peristiwa terjadi pada tahun 1930 dengan pendeskripsian tempat Keraton Surakarta. Penokohan pada novel De Winst, menceritakan tokoh utamanya yang telah pulang dari penggembaraan atau menempuh pendidikan di Belanda, sepulangnya ke tanah air, ia merasa terombang-ambing membuat perubahan baru kondisi negerinya yang dijajah Belanda. Orang Kedua tunggal, terlihat dari kata ganti “Dia, Lelaki itu” pada novel ini peristiwa terjadi 1855, dengan pendeskripsian tempat di daerah keraton Yogyakarta Dalam novel ini Glonggong, merasa tak tertarik hidup dilingkungan Keraton yang bekerjasama dengan Belanda dan hanya menindas masyarakat pribumi perlahan, maka ia pun menetapkan pilihan menjadi orang biasa saja dan berusaha melawan Belanda dengan keahliannya bermain Glonggong. Orang pertama tunggal, yaitu AKU
TERIMA KASIH SEMOGA BERMANFAAT