Prospek dan Kebijakan Industri Rotan Indonesia: AKAN DIBAWA KE MANA? Efi Yuliati Yovi Yayasan Rotan Indonesia
Perjalanan kebijakan rotan 1 Periode Industri Hulu Industri Hilir Sebelum 1979: tidak ada pembatasan perdagangan rotan mentah Berkembang Pertengahan 1980-an Rotan menjadi sumber penghidupan keluarga. Berkembang pesat 1986-1997 (SK Menteri Perdagangan No. 274/KP/X/1986 tentang larangan ekspor bahan baku rotan) Melemah Kebun rotan terlantar Berkembang, kemudian cenderung menurut
Perjalanan kebijakan rotan 2 Periode Industri Hulu Industri Hilir 1998-2003 (kebijakan bebas ekspor rotan bulat dalam bentuk asalan dan setengah jadi; krisis ekonomi: deregulasi) Berkembang sangat pesat Sangat melemah 2004 (SK nomor 355/MPP/Kep/5/2004: revitalisasi industri hilir) Industri yang mengolah rotan alam sebagai bahan baku industri hilir banyak yang tutup. Menguat? Tetapi bahan baku tidak terserap. 2005 (Surat Keputusan Menteri Perdagangan Nomor 12 Tahun 2005 yang membolehkan ekspor rotan jenis, ukuran, dan jumlah tertentu) Berangsur melemah Banyak rotan yang tidak dapat ditampung. Sedikit melemah
Perjalanan kebijakan rotan 3 Periode Industri Hulu Industri Hilir 2005 (Surat Keputusan Menteri Perdagangan Nomor 12 Tahun 2005 yang membolehkan ekspor rotan jenis, ukuran, dan jumlah tertentu) Berangsur melemah Banyak rotan yang tidak dapat ditampung. Sedikit melemah 2007 Permenhut No. P.35/2007 tentang HHBK: rotan adalah salah satu komoditi HHBK yang menjadi urusan Kementerian Kehutanan SK Menhut No. SK.347/2007 tentang pembentukan Pokja HHBK 2009 (Permendag Nomor 36/M-DAG/PER/8/2009; pengetatan kuota ekspor dan jenis rotan yang boleh diekspor). Melemah Beberapa industri hulu spesifik tutup, nilai jual rotan semakin rendah. Industri hilir kekurangan bahan baku. Jumlah eskpor menurun hingga 50% dibanding tahun 2004.
Perjalanan kebijakan rotan 4 Periode Industri Hulu Industri Hilir Permenhut No. P.19/2009 tentang Strategi Pengembangan HHBK Nasional, disebutkan bahwa salah satu arah pengembangan HHBK Nasional yaitu dengan penetapan HHBK Unggulan serta melalui pendekatan klaster. Keputusan Dirjen RLPS No. SK.22/2010 telah menetapkan Kabupaten/Kota Katingan Provinsi Kalimantan Tengah sebagai sentra dan klaster rotan di Indonesia. Tahun 2011-2013 (Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 35, 36 dan 37; larangan ekspor rotan mentah dan setengah jadi dengan tujuan pemanfaatan bahan baku secara berkesinambungan untuk menjaga kelestarian rotan & hilirisasi industri). Data inventarisasi potensi per jenis rotan yang ada untuk menyatakan kata”menjaga kelestarian rotan”. Sangat melemah Penyerapan bahan baku yang sangat rendah Minat budidaya rotan sangat lemah, konversi kebun rotan menjadi perkebunan atau lainnya, alih mata pencaharian. Meningkat, tetapi belum siap (?) Kelangkaan bahan baku (?) Ekspor cenderung meningkat (?)
Perkembangan inhil (Cirebon) 1305 unit, 69.120 ton (2012) Sumber: Dinas Perindustrian Cirebon
Pertanyaan yang muncul Apakah perkembangan industri hilir tersebut sepadan dengan “pengorbanan” yang dialami industri hulu? Konversi lahan “kembali ke hutan” Gulung tikar Dengan tingkat kemampuan industri hilir saat ini, kematian industri hulu adalah awal kematian industri hilir.
Pertanyaan yang harus dijawab terlebih dahulu Data-data mana/apa yang digunakan sebagai dasar perumusan strategi? Adakah instrumen monitoring dan evaluasi baik internal maupun eksternal untuk mengamati implementasi kebijakan di lapangan?
Belajar dari pengalaman Philipina Analisis value chain Analisis kebijakan dan makroekonomi Strategi intervensi
What to do 1 Rantai nilai rotan hulu-hilir Tipe hubungan dalam rantai nilai akan memberikan dasar yang benar bagi pengambilan strategi pengembangan industri. Baik hulu maupun hilir. Supply chain hulu-hilir Informasi yang dihasilkan akan menjawab pertanyaan tentang: potensi produksi rotan lestari, jenis dan volume kebutuhan industri hilir, penumpukan, penyumbatan jalur distribusi, akses terhadap informasi pasar, serta berapa rasio supply-demand (dalam negeri) yang ideal dari waktu ke waktu.
What to do 2 Peningkatan capacity building industri hilir Sebagian besar industri hilir banyak menggunakan mesin/peralatan produksi dengan teknologi sederhana. Penerapan standar prosedur teknologi proses yang lemah mengakibatkan produktivitas dan efisiensi industri relatif rendah. Sebagian pelaku cenderung memiliki kemampuan/keinginan yang rendah untuk mengembangkan model-model/desain modern/baru. Termasuk yang perlu diseriusi adalah kemampuan dalam hal pemasaran dan perdagangan, pasar domestik.
What to do 3 Emergency strategy Perumusan strategi terintegrasi yang bersifat emergensi untuk menciptakan kondisi kondusif bagi pelaku industri rotan baik hulu maupun hilir, dan kemudian melaksanakan strategi tersebut secara sinergis. Iklim investasi dan permodalan Kondisi yang kondusif akan memberikan dampak positif pada penurunan beban usaha dan selanjutnya meningkatkan daya saing industri hilir.
Pertanyaan terakhir Setelah tanggal 22 November, apa yang bisa kita upayakan bersama? “Jika setiap dari kita terus sibuk bersikukuh atas kebenaran diri berdasar definisi sendiri, maka pada dasarnya kita sudah memerangkapkan diri dalam dunia yang sempit”. Jakarta, November 2013 Yayasan Rotan Indonesia