POLITICAL CONTEXT & DIPLOMATIC LANDSCAPES: ACTORS, ROLES & INTERESTS M.K. Rejim Lingkungan Internasional Program Sarjana Reguler Departemen Hubungan Internasional.

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
Drs. Agun Gunandjar Sudarsa, Bc.IP.,M.Si
Advertisements

KETAHANAN EKON0MI UNTUK MASA DEPAN KESATUAN BANGSA Membangun ketahanan ekonomi rakyat sebagai jaring pengaman M.C. Baridjambek dan Asmun A. Sju’eib, MA.
TINDAK LANJUT PP Nomor 6 Tahun 2007 tentang
MATA KULIAH HI DI TIMUR TENGAH
EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL
PROSES COMMUNITY RELATIONS
PERMASALAHAN DAN FOKUS PEMBANGUNAN DALAM PEMBANGUNAN BERBASIS IPTEK DI PROVINSI GORONTALO Wakil Gubernur Gorontalo Rakornas RISTEK Tahun 2004 Jakarta.
Otonomi Daerah Pengantar
Prof. Dr. Lukman Hakim, M.Sc
TINJAUAN HUKUM TERHADAP KEKUATAN FINAL DAN MENGIKAT (FINAL AND BINDING) PUTUSAN ARBITRASE DALAM PENYELESAIAN SENGKETA BISNIS DI INDONESIA DAN SINGAPURA.
Azmi Nur Aini Adam Politik dan Pemerintahan Amerika Serikat (2012) MENELUSURI INTERVENSI AMERIKA SERIKAT PADA PEREKONOMIAN INDONESIA.
GOOD GOVERNANCE (TATA PEMERINTAHAN YANG BAIK)
KESIMPULAN Tiadanya koherensi-konsistensi kebijakan, dan tidak adanya leading sector agency implementasi kebijakan saling berseberangan menimbulkan pemaknaan.
Pentingnya sistem informasi bagi organisasi
TANTANGAN ILMU ADMINISTRASI MEMASUKI ABAD KE-21
Oleh Anis Hidayah Direktur Eksekutif Migrant CARE
ENTREPRENEURSHIP KEWIRAUSAHAAN BAB 11 Oleh : Zaenal Abidin MK SE 1.
Sri Budi Eko Wardani, M.Si
MATA KULIAH DINAMIKA POLITIK LOKAL SEMESTER GENAP
Lembaga keuangan Internasional Anggota :
Nabilah [ I ] Sinta Rachma Putri [ I ]
DISKRIPSI PEREKONOMIAN INDONESIA
Assalamu’alaikum. Wr. Wb.
MENGAPA TELEVISI KOMUNITAS DIBUTUHKAN? Imam Prakoso COMBINE Resource Institution Desember, 2007 Imam Prakoso COMBINE Resource Institution Desember, 2007.
KONVENSI BIODIVERSITAS. Latar Belakang Negara2 berkembang mulai menyadari nilai ekonomi dr biodiveritas yg dimilikinya, shg diperlukan pertimbangan2 politik.
Persaingan dalam pasar bebas (Memahami konteks bisnis global)
DAMPAK GLOBALISASI TERHADAP GOVERNANCE DI INDONESIA
DEMOKRASI LOKAL MATA KULIAH DINAMIKA POLITIK LOKAL
Housing Resource Center Hizrah Muchtar, Diskusi mengenai Perumahan-Permukiman, Jakarta, 12 Januari 2011 (HRC)
PERAN LEMBAGA KOMUNITAS LOKAL
PENGUATAN DIMENSI SOSIAL- KEMANUSIAAN DALAM ARN Disampaikan dalam Rapat Penyusunan ARN Disampaikan dalam Rapat Penyusunan ARN
Gender dalam kerja APEC dan Proyek Penelitian
Elemen Sukses Pengembangan & Tantangan e-Gov
PENGEMBANGAN KLASTER USAHA DI JAWA TENGAH
The International Organization for Trade
LEMBAGA KEUANGAN INTERNASIONAL
Pengaruh Lingkungan luar terhadap Perubahan (2)
Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup pada Sektor Industri Oleh : Hermien Roosita Asisten Deputi Urusan Manufaktur, Prasarana dan.
Pertemuan 1 Kontrak Perkuliahan dan Pendahuluan
PROSPEK DAN TANTANGAN HUKUM INTERNASIONAL DI ASEAN DAN INDONESIA PASCA PIAGAM ASEAN: PERSPEKTIF HUKUM PERDAGANGAN INTERNASIONAL Nandang Sutrisno.
Kerjasama Internasional Bidang Ekonomi Negara Muslim
KEY ISSUES.
SosioTeknologi Informasi
Good Governance Etika Bisnis.
Oleh: Ricky W. Griffin Ronald J. Ebert
Manajemen pemerintahan dan pelayanan publik
Good Corporate Governance
GATS ikaningtyas.
REFORMASI ADM DAN GOOD GOVERNANCE, AKUNTABILITAS
POLICY FOCUS AREAS.
Nama : Muhammad Mirza NPM : Kelas : B
PARTISIPASI POLITIK DALAM DISTRIBUSI DAN ALOKASI SUMBER POLITIK
PELAKSANAAN PINJAMAN PROGRAM
AKUNTABILITAS BIROKRASI
DIREKTORAT RISET DAN PENGABDIAN MASYARAKAT UNIVERSITAS INDONESIA 2009
MATA KULIAH DINAMIKA POLITIK LOKAL DOSEN: RATRI ISTANIA, SIP, MA
Kerangka Konsep Karakteristik NGO
Institusi Kebijakan Mata Kuliah Kebijakan Publik
Ekonomi untuk SMA/MA kelas XI Oleh: Alam S..
HUBUNGAN HUKUM INTERNASIONAL & HUBUNGAN INTERNASIONAL
AKUNTABILITAS BIROKRASI
HUBUNGAN INTERNASIONAL
Vemmie D. Koswara Asdep Budaya dan Etika Iptek
Pusat Kebijakan Pembiayaan dan Manajemen asuransi Kesehatan
DISKRIPSI PEREKONOMIAN INDONESIA
GOOD GOVERNANCE.
LEMBAGA KEUANGAN INTERNASIONAL
PENGEMBANGAN DAN PENGORGANISASIAN MASYARAKAT
Penguatan Kapasitas Kecamatan untuk Meningkatkan Pelayanan Dasar
Penyelesaian sengketa
Transcript presentasi:

POLITICAL CONTEXT & DIPLOMATIC LANDSCAPES: ACTORS, ROLES & INTERESTS M.K. Rejim Lingkungan Internasional Program Sarjana Reguler Departemen Hubungan Internasional FISIP UI Semester Gasal Nurul Isnaeni

AKTOR  NEGARA  ORGANISASI INTERNASIONAL  KORPORASI MULTINASIONAL  ORGANISASI NON PEMERINTAH  KOMUNITAS EPISTEMIK

NEGARA  Subjek Hukum Internasional  Memegang kendali utama dalam proses formulasi kesepakatan & perjanjian internasional serta implementasinya  Menentukan kebijakan perdagangan & keuangan serta bantuan pembangunan internasional.  Menentukan agenda internasional  Mempertimbangkan keterlibatan aktor lain.

NEGARA  LEAD STATE Melakukan inisiatif, komitmen kuat untuk kesuksesan rejim, dukungan politik & pendanaan bagi negara lain.  SUPPORTING STATE Sukseskan proposal negara pemimpin  SWING STATE Mengajukan konsensi untuk setiap dukungan  VETO / BLOCKING STATE Menolak proposal & melemahkan efektivtas rejim

PERTANYAAN (1)  Faktor-faktor apa yang menentukan posisi diplomatik negara?  Faktor apa yang paling dominan?  Sejauhmana terjadi polarisasi antar negara?  Bagaimana peta aliansi negara-negara dalam negosiasi multilateral? Jelaskan dalam sebuah contoh kasus

References for further studies:  Gareth Porter & Janet W. Brown, Global Environmental Politics, Oxford, Westview Press, 1996 (Bab 2: Nation-States Actors: Roles and Interests, hal:32-41)  Paul G. Haris (Eds.), International Environmental Cooperation: Politics and Diplomacy in Pacific Asia, Colorado: University Press of Colorado, (Bab 6: Environmental Agreements in SEA: Balancing Economic Interests and Regional Politics, hl:133)

References for further studies:  Richard N. Cooper, “US Policy Towards the Global Environment” dalam, A. Hurrell & B. KIngsburry (Eds.), The International Politics of the Environment, Oxford University Press, 1992, hal.290  Nurul Isnaeni, “Japan and Global Environmental Politics: An Overview on Japan’s International Roles in Environmental Issues”, MANABU (Journal of Japanese Studies), Vol.1, No.2, April/Juni  Nurul Isnaeni, “Bencana Hutan Gundul, Akankah Berakhir?: Menelisik 2 Tahun Kebijakan Lingkungan SBY-JK)”, SPEKTRUM (Jurnal Kebijakan Publik dan Hubungan Internasional), Vol.IV, No.3, Juli 2007.

ORGANISASI INTERNASIONAL (1)  Berperan besar dalam proses pembentukan hukum lingkungan internasional (soft law & hard law)  Berperan besar dalam mendukung proses penegakan aturan (hukum) dan regulasi internasional OI = “Reservoir of legal and technical expertise”

ORGANISASI INTERNASIONAL (2)  Menyediakan forum dialog, kerjasama dan koordinasi antar negara  Menjadi agen yang mengumpulkan, menyebarkan dan mempertukarkan informasi  Menjadi fasilitator bagi pengembangan hukum internasional  Mendorong kepatuhan (compliance) negara anggota terhadap standar & kewajiban yg sudah disepakati  Menjadi fasilitator penyelesaian konflik

ORGANISASI INTERNASIONAL (3)  Menyediakan dana bantuan bagi proyek pembangunan, termasuk bantuan teknis utk mempertajam strategi pembangunan  Melakukan riset yang bertujuan untuk mempengaruhi birokrat lembaga pemerintahan untuk mengadopsi suatu kebijakan tertentu  Memfokuskan diri pada tekanan-tekanan yang bersifat normatif, misal isu pembangunan berkelanjutan

AGEN KHUSUS PBB  UNEP (Resolusi GA-2997, 15 Des.1972) Menjalankan mandat Stockholm Plan: menjadi koordinator, fasilitator dan katalisator program-program LH  CSD (Resolusi GA-47/191, 22 Des 1992) Memonitor implementasi Agenda 21 & Mengintegrasikan kepentingan pembangunan & LH dlm sistem PBB dan negara-negara anggota  GEF (November 1990) Menyediakan dana bagi proyek-proyek LH (ivestasi, bantuan teknis, penelitian) di negara miskin yang berpengaruh pada kondisi lingkungan global

BRETTON WOODS INSTITUTION  Mempengaruhi strategi pembangunan & kebijakan ekonomi negara-negara berkembang melalui dana-dana pinjaman pembangunan setiap tahunnya  Structural Adjustment Lending: Shift resources from domestic consumption to the export sector  WB: large scale, capital-intensive, centralized projects, and the basis of quantiable rate of return

WTO  Mengatur hampir semua aspek perdagangan, termasuk komoditi pertanian, jasa, teknologi, investasi dan perbankan.  Miliki enforcibility yang kuat dalam implementasi aturan-aturannya  Article XX -> ambiguity  Proses dan metode produksi, internalisasi biaya lingkungan

PERTANYAAN (2)  Bagaimana mekanisme kerja agen-agen khusus tersebut?  Sejauhmana kinerja dan capaian tujuan mereka dalam mewujudkan visi pembangunan berkelanjutan?  Apa masalah-masalah utama yang dihadapi mereka dalam menjalankan peran dan fungsinya?

References for further studies of International Organizations Patricia Birnie & Alan Boyle, International Law & the Environment, 2 nd Edition, Oxford: Oxford University Press, 2002 (Bab 2: International Governance and the Formulation of Environmental Law & Policy, hal ) Gareth Porter & Janet W. Brown, Global Environmental Politics, Oxford, Westview Press, 1996 (Bab 2: International Organizations as Actors, hal:41-50)

KORPORASI MULTINASIONAL  Motor pertumbuhan ekonomi negara-negara maju dan berkembang.  > TNCs (1970 -> 2000)  500 Top TNCs hasilkan 50% emisi dunia; 20/500 kuasai distribusi pestisida di dunia  90% berbasis di negara-negara maju _> kontrol sekitar subsidiaries  70% kontrol perdagangan dunia  90% kuasai teknologi & hak paten 70%

KARAKTER TNCs  Profit oriented  Ambiguity dalam bersikap terhadap hukum/regulasi.  Bergantung pada kekuatan lobby terhadap pemerintah (dan aktor lain)  Berperan dalam inovasi teknologi ramah lingkungan, khususnya otomotif dan elektronik  Fenomena “corporate environmentalism”

PERTANYAAN (3)  Apakah kontrol TNCs terhadap pemerintah suatu yang absolut?  Bagaimana anda menilai “corporate environmentalism”?  Sudahkah transfer teknologi berjalan? Sejauhmana?  Apakah teknolgi sebuah jawaban (yang efektif) bagi permasalahan lingkungan?

References for further studies  Ian Rowlands, “Transnational Corporations and Global Environmental Politics”, in Josselin & Wallace (Eds.), Non-State Actors in World Politics, Palgrave Publishers, 2001  Jed Greer & Kenny Bruno, Greenwash: The Reality Behind Corporate Environmentalism, Penang: Third World Network, 1996  Peter Utting, The Greening of Business in Developing Countries: Rethoric, Reality and Prospects, London: Zed Books, 2002 (Bab 7: Environmental Regulation of TNCs: Needs and Prospects)

ORGANISASI NON PEMERINTAH  Independen secara politik dan kelembagaan thd pemerintah & bisnis  1980an, fenomena pertumbuhan NGO di level internasional maupun nasional/lokal  Bersandar pada kekuatan jaringan, spesialisasi isu dan kedekatan pada grass-roots  Aset utama: legitimasi, transparansi dan transnasionalisme

KATEGORISASI NGOs  International NGOs (INGOs) memiliki perwakilan di beberapa negara. Struktur dapat berupa federasi, atau sebuah organisasi yang terpusat Misal: Friends of the Earth International (FOEI), berbasis di Amsterdam, konfederasi 33 NGO di tingkat nasional  National NGOs Di AS telah berakar sejak akhir abad ke-19; punya program internasional, pendekatan hukum, ekonomi. Misal: Sierra Club, the NWF, EDF, NRDC  Environmental Think Tanks Keberadaannya didukung oleh para ahli, program2 riset dan publikasi ilmiah. Misal: WWI, WRI

PERTANYAAN (4)  Bagaimana profil NGOs di negara berkembang?  Adakah features yang membedakan antara NGOs di negara-negara berkembang dan di negara-negara maju?  Bagaimana (sejauhmana) anda menilai keberhasilan peran NGOs, baik dalam mempengaruhi proses perundingan ataupun reformasi kebijakan?  Apakah hubungan NGOs – State atau NGOs – Corporations selalu diametral?

References for further studies  Lorraine Elliot, the Global Politics of the Environment, New York: New York University Press, (Bab 5: Global Environmental Governance: Democratization and Local Voices -Global Civil Society- hal  Gareth Porter & Janet W. Brown, Global Environmental Politics, Oxford, Westview Press, 1996 (Bab 2: Nongovernmental Organizations as Actors, hal:41-50)  Thomas Princen & Matthias Finger: Environmental NGO in World Politics: Linking te Local and the Global, Routledge, London, 1994

KOMUNITAS EPISTEMIK  Jaringan profesional dengan keahlian dan kemampuan yang telah diakui dalam bidang tertentu; serta miliki tuntutan kewenangan atas pengetahuan yang berhubungan dengan kebijakan dalam wilayah / bidang isu tertentu.  Miliki kesamaan atas norma/prinsip & cara pandang thd suatu masalah, metodologi dalam mencari akar permasalahan & solusinya, bgm hrs memformulasikan rekomendasi kebijakan  Scientific Assessment -> legitimasi politik

PERTANYAAN (5)  Apakah Komunitas Epistemik dapat dianggap sebagai sebuah kelompok kepentingan / kelompok penekan?  Sejauhmana pertimbangan politik dan ilmiah dapat diselaraskan?  Bagaimana (sejauhmana) anda menilai peran mereka dalam perundingan internasional? Ambil contoh kasus untuk menjelaskan.

References for further studies  Lorraine Elliot, the Global Politics of the Environment, New York: New York University Press, (Bab 5: Science and Environmental Governance, hal )  Stephen H. Schneider, et.all (Eds.), Climate Change Policy: A Survey, Washington: Island Press, 2002 (Bab 2: Uncertainty and Climate Change, hal.53)

Additional References  Andreas Pramudianto, Diplomasi Lingkungan: Teori dan Fakta, Jakarta, Universitas Indonesia Press, 2008 (Bab 3 dan 4)  Nurul Isnaeni, “Pembangunan Berkelanjutan dan Peran Strategis Kelompok Bisnis-Industri”, GLOBAL (Jurnal Politik Internasional), Vol: 5, No.1, November 2002)  Daniel C. Esty, “Pivotal States and the Environment” dalam Robert Chase, Emily Hill and Paul Kennedy (Eds), The Pivotal States: A New Framework for U.S. Policy in the Developing World, New York: WW Norton, 1999