HANDOUT LINGUISTIK UMUM PROGRAM KKT Pendidikan Bahasa Jawa Oleh: Hardiyanto, M.Hum.
PENGERTIAN FONOLOGI 1. Fonologi merupakan cabang Linguistik yang membicarakan tentang bunyi bahasa. 2. Fonetik cabang linguistik membicarakan bunyi bahasa yang dihasilkan oleh alat ucap manusia tanpa memperhatikan fungsinya sebagai pembeda makna. 3. Fonemik cabang linguistik membicarakan bunyi bahasa yang dihasilkan alat ucap manusia dalam fungsinya sebagai pembeda makna.
FONEM VOKAL DAN KONSONAN BAHASA JAWA Fonem vokal / a / seperti pada kata aku, alu, ora, awu, mau, salak, kocak, bapak. Fonem vokal / á / seperti pada kata amba, sapa, rana, basa, rata, bata, gila, kuna, gela, rata Fonem vokal / o / seperti pada kata obah, omah, oyak, owah, kebo, belo, coro, kono, bojo, ijo
FONEM VOKAL DAN KONSONAN BAHASA JAWA(lanjutan) Fonem vokal /i/ seperti pada kata impen, idu, iso, ijab, ilang, iwak, miri, siji, pari, lali, wani Fonem Vokal / u / seperti pada urip, udan, ulem, ula, urang, udun, wulu, tuku, saru, dudu kuku Fonem vokal / e /. Fonem vokal ini mempunyai dua variasi, yaitu / e / dan / E /. Fonem vokal /e / seperti pada kata eman, edan, emut, tela, wage, kere, satem rame, sare. Sementara itu, vokal / E / seperti kata estu, eblek, sewu, karet, suwek, gepeng, pamer, boleng,
FONEM VOKAL DAN KONSONAN BAHASA JAWA(lanjutan) Fonem vokal / ĕ / seperti pada kata entub, empuk, kekep, pucet, sirep, emut, celup, ganep Fonem vokal konsonan bahasa jawa / p, b, m, w, d, t, n, l, r, dh, th, s, c, j, ny, t, k, g, ng, h /
MORFOLOGI BAHASA JAWA Morfologi merupakan cabang Linguistik yang membicarakan seluk beluk pembentukan kata Kata bahasa Jawa dibentuk melalui tiga proses, yaitu melalui wuwuhan (afiksasi), tembung rangkep (perulangan), tembung camboran (kata majemuk). Pembentukan melalui wuwuhan (afiksasi), seperti pada ater-ater N- , di-, yang melekat pada kata dasar balang menjadi mbalang, dibalang. Pembentukan kata melalui tembung rangkep
MORFOLOGI BAHASA JAWA (lanjutan) (reduplikasi), seperti kata omah, anyar, akeh, menjadi omah-omah, anyar-anyar, akeh-akeh. Pembentukan kata melalui tembung camboran (kata majemuk), seperti pada kata raja lele, parang rusak, semar mendem, kebo giro
WUWUHAN BAHASA JAWA Wuwuhan (afiksasi) bahasa Jawa berdasarkan distribusinya ada 4 macam, yaitu ater-ater (awalan), seselan (sisipan), panambang (akhiran), dan konfiks Ater-ater (awalan) bahasa Jawa a-, N-, ka-, ke, di-, sa-, pa-, pi-, pra-, tar-, kuma-, kami-, kapi- Seselan (sisipan) bahasa Jawa –um-, -in-, -er-, -el-
TEMBUNG RANGKEP BAHASA JAWA Tembung rangkep atau kata ulang, yaitu perulangan kata baik sebagian maupun seluruhnya Kata ulang bahasa Jawa berdasarkan bentuknya ada lima macam, dwilingga,dwilingga salin swara, dwipurwa, dwiwasana, kata ulang berafiks. Kata ulang itu, seperti luwe-luwe, luwa-luwe, tetuku, cengenges, njolak-njaluk
TEMBUNG CAMBORAN BAHASA JAWA Tembung camboran (kata majemuk) adalah gabungan dua kata atau lebih mempunyai makna baru. Kata majemuk berdasarkan bentuknya ada tiga macam, yaitu satu kata seperti kata dubang, dhewur, dhegus, kakakong, kongel. Kata majemuk yang terdiri dua kata, seperti kata sida mukti, parang rusak, parang kusuma, jadah manten, randha royal, debog
LANJUTAN KATA MAJEMUK dhadha menthok, gantung siwur, gropak senthe, wedhak pupur,tela gantung, tela rambat, kembang lambe, nyolong pethek, lareangon, gedhe endhase, dawa tangane, nagasari, kalamenjing. Kata majemuk yang terdiri tiga kata, seperti kata Sura Adi Manggala, Kunta Wijaya Danu
JENIS KATA BAHASA JAWA Tembung aran (kata benda), seperti pada kata manggis, pelem, banyu, jaran, kebo, omah, gubug, angin. Tembung kriya (kata Kerja), seperti kata turu, mlayu, adus, sinau, lunga, nedha, kesah, mangan, ngguyu, nangis, lunga. Tembung kaanan (kata sifat), seperti pada kata bagus, ayu, rusak, amoh, gedhe, cilik, adoh, cedhak, seneng, abang, kuning, ijo.
Lanjutan jenis kata Tembung wilangan (kata bilangan). Seperti kata, siji, loro, telu, papat rolas, limalas, setengah, telung prapat, sapro telon, karo tengah. Tembung Sesulih (kata ganti), seperti pada kata aku, panjenengan, sampeyan, slirane, dheweke, iki, iku. Tembung katrangan (kata keterangan), seperti pada kata lagi, arep, ora, mung durung, arep.
LANJUTAN JENIS KATA Tembung ancer-ancer (kata depan), seperti pada kata ing, menyang, saka , karo, kanthi, dening, marang, tumrap, kanggo. Tembung panyilah (kata sandang), seperti kata si, sang, sang hyang. Tembung lok (kata seru), seperti kata o, lho, adhuh, wo. Tembung panggandheng (kata sambung),
LANJUTAN JENIS KATA seperti kata, yen, amarga, lan, saha, sebab, jalaran, sawise, nalika, nuli, rikala, supaya
MORFOFONEMIK Morfofonemik adalah studi perubahan bunyi akibat proses morfologi. Hal itu dapat dilihat pada nyapu, nyakot, nukokake, nukoni. Kata nyapu dari bentuk dasar sapu mendapat awalan N- dan konsonan awal / s / menjadi luluh atau hilang. Kata nyakot di atas dari bentuk dasar cakot mendapat awalan N- dan konsonan awal / c / menjadi luluh.
LANJUTAN MORFOFONEMIK Kata nukokake dari bentuk dasar tuku Mendapat atau dilekati afiks gabung N – ake. Bentuk dasar itu kosonan awal / t / luluh dan vokal akhir / u / berubah menjadi / o / yang kemudin mendapat bunyi tambahan / k /. Kata nukoni dari bentuk dasar tuku yang dilekati afiks gabung N – i. Konsonan awal / t / luluh, dan vokal akhir / u / berubah menjadi / o /
SINTAKSIS Sintaksis merupakan cabang linguistik yang membicarakan tentang kalimat. Yang dikaji dalam sintaksis, yaitu frase, klausa, kalimat. Frase adalah konstruksi sintaksis yang terdiri dari dua kata atau lebih, misalnya frase omah anyar iku, rada ayu, ayu banget, lagi sinau, arep lunga, pancen dakakoni ayu rupaku nanging eged atiku. Frase berdasarkan sifat hubungan antarunsur langsungnya dapat dibedakan menjadi dua macam, frase endosentrik dan eksosentrik. Frase endosentrik dapat dibedakan menjadi beberapa tipe, yaitu tipe endosentrik atributif, koordinatif, apositif, objektif. Sementara itu, tipe eksosentrik dibedakan
LANJUTAN SINTAKSIS Tipe eksosentrik predikatif, konjungtif, preposisional, dan konektif. Klausa adalah rangkaian kata yang memiliki suatu gagasan atau suatu bab. Misalnya, Ali sinau, Ibu nyapu. Dalam konteks itu, jejer atau subjek melakukan tindakan seperti dalam tindakan, yaitu dalam wasesa (predikat). Dalam klausa wasesa atau predikat wajib hadir dalam struktur formal.
LANJUTAN SINTASIS Kalimat atau ukara adalah rangkaian kata yang di dalam strukturnya memuat suatu pikiran yang lengkap. Dalam bahasa lisan ditandai dengan intonasi selesai. Dalam bahasa tulis dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda baca, misalnya Dewi maca koran. Dewi maca koran? Dewi lunga! Berdasarkan arah kata kerja kalimat dibedakan kalimat aktif (ukara tanduk) dan kalimat pasif
LANJUTAN SINTAKSIS atau ukara tangap, misalnya kalimat Bapak macul sawah. Sawah dipacul Bapak. Kalimat berdasarkan jenis kata dalam predikatnya dibedakan kalimat verbal dan nominal. Contoh kalimat verbal, seperti Ali ngluku sawah. Contoh kalimat nominal Bapakku guru matematika. Kalimat berdasarkan jumlah klausanya dibedakan kalimat tunggal atau ukara lamba dan kalimat majemuk atau ukara camboran . Contoh kalimat tunggal, Ibu lang nyapu latar, Bapak maos koran. Contoh kalimat majemuk Bapak tindak kantor, ibu tindak pasar. Siti ora mlebu kuliah amarga lara.
SEMANTIK Semantik cabang linguistik yang membicarakan makna. Makna sesuatu yang ada dalam ujaran. Makna berbeda dengan maksud. Maksud adalah segi subjektif dari segi pembicara. Macam makna di antaranya makna denotatif, konotatif, gramatikal, referensial, ekstensi, kolokasi. Makna mengalami perubahan sesuai
LANJUTAN SEMANTIK Perkembangan pemakaian bahasa. Perubahan makna itu ialah perubahan makna meluas, menyempit, amelioratif, peyoratif, asosiasi, metafora. Sinonim atau dasanama adalah dua bentuk bahasa atau lebih yang artinya sama atau hampir sama. Misalnya kata omah memiliki sinonim griya, wisma, gubug.