Ridwan Arifin (114) Komunikasi Publik
Jika komunikan cenderung menerima tanda-tanda yang salah maka komunikator juga berada pada posisi yang salah/tak sesuai. Kita sebaiknya sangat memperhatikan ciri khusus penampilan diri seseorang yang benar-benar tak bisa dimanipulasi, agar tidak terjadi kesalahan dalam mengasumsikan tiap isyaratnya.
Jika kita enggan memperhatikan tanda-tanda tersebut, kita terkesan mengacuhkan apa yang disampaikannya. Kita menganggap bahwa penampilan seseorang yang salah, maka hal lain juga akan berakibat salah, dan ini sering terlihat/muncul dengan sendirinya sebelum kita mendeteksi penampilan yang salah itu
Jika seorang yang berpura-pura semakin seperti sungguhan, kita akan merasa tertekan tidak nyaman dan mudah tertipu karena orang tersebut hebat dalam berperan, malahan memengaruhi pikiran kita. (mimik wajahnya yang menipu).
Pemahaman sosial dari peniruan diri tidak bisa menjadi hal yang baku. sulit ketika kita berperan sebagai seorang dokter atau seorang pemuka agama padahal kita bukan, berbeda dengan ketika menirukan seorang yang tak punya keahlian
Pengakuan untuk menjadi seorang lulusan sarjana hukum bisa sah atau bisa juga tidak. Namun, pengakuan untuk menjadi seorang teman, seseorang yang dapat dipercaya, pencinta musik, bisa diakui bisa juga tidak. jika seorang praktisi tidak menjaga profesioanlismenya, maka karkater individu tersebut sebagai seorang pakar/ahli tidak ada apa-apanya bahkan menjadi bahan tertawaan
ketika anak berumur 15 tahun mengendarai mobil dan mabuk di bar atau kedai minuman untuk menunjukkan bahwa dia bak usia 18 tahun. ada konteks sosial yang lazim bagi seorang wanita untuk tampil dan terlihat lebih muda dan menarik ketimbang aslinya yang nyatanya tidak
penutupan rambut beruban dengan pengecatan rambut dirasa wajar, walaupun ada beberapa hal yang orang kurang terima. Semisalnya, hal yang wajar pula bagi pendatang untuk menirukan orang asli Amerika dengan gaya berpakaiannya, namun tidak dengan meng-Amerika-kan nama ataupun bentuk hidungnya.
Seseorang yang ‘terbuka’, ‘datar’ atau wajah tak berdosa dapat dengan mudah terdeteksi kebohongannya sekali seseorang berbohong, maka ia akan sulit untuk dipercaya lagi. ‘bohong putih’/bohong demi kebaikan, yang disampaikan oleh para dokter medis, dsb. demi mejaga perasaan individu yang dibohongi.
Teknik berkomunikasi seperti sindiran/ucapan tak langsung, strategi keambiguan, dan penghilangan hal penting, dapat menguntungkan pembicara untuk berbohong. Media massa memiliki teknik tersendiri dalam merekayasa hal ini dengan memanfaatkan sudut kamera dan mengedit hasil rekaman.