1.1 ADIKSI MASALAH GLOBAL
1.2 Masalah Global Sekitar 149–272 juta orang di dunia pernah setidaknya sekali menggunakan Napza pada tahun 2009 Sumber: UNODC. (2011). World drug report New York: United Nations.
1.3 Gangguan Terkait Penggunaan Zat— DSM-IV-TR Gangguan Terkait Penggunaan Zat Gangguan penggunaan zat Penyalahgunaan zat Ketergantungan zat Gangguan yang dipicu karena penggunaan zat Intoksikasi zat Sindroma putus zat Gangguan mental yang diinduksi oleh penggunaan zat Source: American Psychiatric Association. (2000). Diagnostic and statistical manual of mental disorders. (4 th ed., text revisions). Washington, DC: Author.
1.4 Gangguan Penyalahgunaan Zat Termasuk kategori-kategori Penggunaan Berbahaya dan Sindrom Ketergantungan— World Health Organization’s International Classification of Diseases (ICD)-10. Source: World Health Organization. ( 2007 ). International statistical classification of disease and related health matters (10 th revision). Geneva: Author.
1.5 15–39 juta orang dengan “masalah penggunaan zat” “Masalah penggunaan zat” didefinisikan berdasarkan: Jumlah orang yang dilaporkan mengalami masalah ketergantungan zat (narkoba) Jumlah orang yang menyuntikkan zat (narkoba) Jumlah orang yang mengunakan opioids, amfetamin, atau kokain dalam waktu yang lama Source: UNODC. (2011). World drug report New York: United Nations. Masalah Global
1.6 Masalah Global 11–21 juta orang menyuntikkan narkoba pada tahun 2009 Sekitar 18% dari mereka yang menyuntikkan narkoba, mengidap HIV positif Sekitar 50% dari mereka yang menyuntikkan narkoba, terinfeksi hepatitis C Source: UNODC. (2011). World drug report New York: United Nations.
1.7 Masalah Global Konsekuensi global dari GPZ sangat luas, mencakup: Tingginya angka hepatitis and tuberculosis Hilangnya produktivitas Kecacatan dan kematian terkait kecelakaan mobil dan kecelakaan lainnya Overdosis dan kematian terkait penggunaan zat Bunuh diri Kekerasan
1.8 Masalah Global “ Ada kondisi keberlanjutan dari kebutuhan tidak terpenuhi yang sangat besar dalam hal pencegahan, terapi, rawatan dan dukungan bagi masalah NAPZA, terutama di negara berkembang” —Yuri Fedotov, Direktur Eksekutif, UNODC Source: UNODC. (2011). World drug report 2011 (p. 9). New York: United Nations.
1.9 Masalah di Indonesia Diperkirakan pada tahun 2009 terdapat 3,6 juta pengguna Napza, dimana 900 ribu orang diantaranya menjadi pecandu. Hingga Maret 2011, secara kumulatif jumlah kasus AIDS yang dilaporkan sebanyak kasus, dimana penasun (pengguna napza suntik) menyumbangkan angka penularan sebanyak 37.9%. Sumber: Badan Narkotika Nasional (2010) & Kementerian Kesehatan RI (2011).
1.10 Masalah di Indonesia Hingga Maret 2011, secara kumulatif jumlah kasus AIDS yang dilaporkan sebanyak kasus, dimana penasun (pengguna narkotika suntik) menyumbangkan angka penularan sebanyak 37.9%. Sumber: Kementerian Kesehatan RI (2011).
1.11 Tujuan Rangkaian Pelatihan Membangun kapasitas terapi bertaraf internasional dalam: Melatih Menjadi profesional Menyebar luaskan
1.12 Gaya dan Karakteristik Konselor Karakteristik dari konselor itu sendiri memiliki efek yang sangat besar pada proses terapi, terutama dalam hal hubungan konselor-klien
1.13 Gaya dan Karakteristik Konselor Klien dengan hasil akhir terapi yang terbaik adalah klien dengan konselor yang memiliki kemampuan interpersonal terbaik, yang melakukan paling sedikit konfrontatif, dan yang paling empatik Source: Finney, J. W., Wilbourne, P. L., & Moos, R. H. (2007). Psychosocial treatment for substance use disorders. In P. E. Nathan & J. M. Gorman (Eds.), A guide to treatments that work (3rd ed., pp. 179–202). New York: Oxford University Press.
1.14 Keterampilan Interpersonal yang Diharapkan Kemampuan pribadi Ketulusan (genuineness) Kesiapan Empati dan kehangatan Penghormatan dan penghargaan positif
1.15 Kemampuan Pribadi Kesehatan psikologis Kenyamanan dalam membicarakan masalah- masalah yang umum dan luas Kesadaran diri Kemampuan untuk menetapkan batasan diri dan profesional Memiliki pengetahuan dan kompetensi yang tinggi terkait masalah GPZ
1.16 Ketulusan Minat yang kuat untuk membantu orang lain Mampu menjalin hubungan tanpa bermain peran (berpura-pura atau berakting) Keinginan yang tulus untuk memahami orang lain Jujur dalam menjalin hubungan atau bekerja dengan orang lain
1.17 Kesiapan Menghadiri sesi dan berbagi mengenai apa yang terjadi, di dalam konteks hubungan profesional Fokus pada masalah yang dihadapi Memperhatikan masalah yang penting bagi klien Menyesuaikan dengan mudah dan pandai dalam mengubah topik bila diperlukan
1.18 Empati dan Kehangatan Benar-benar ramah Memperlihatkan sifat manusiawi Menerima klien apa adanya Menunjukkan pengertian
1.19 Empati Sebuah proses aktif dari perasaan dengan orang lain, menempatkan diri di tempat (pada sisi) orang itu, memiliki rasa yang baik dari apa yang dirasakan orang lain itu, dan (untuk beberapa derajat) memahami perasaan orang itu
1.20 Sikap dan Penghormatan Positif Sikap dan Penghormatan Positif Sikap positif adalah sebuah bentuk sikap yang menghormati Menghormati adalah tindakan; hal itu harus diterapkan/ditunjukkan Sikap ini mencakup tidak melakukan penghakiman, berpikiran terbuka, dan objektif Bersikap penuh penghormatan berarti menunjukkan kepekaan dan dapat dipercaya Terkait dengan keyakinan bahwa orang bisa dan mampu memecahkan masalah mereka