OLEH IR. INDRAWANI SINOEM, MS. MERUMUSKAN MASALAH OLEH IR. INDRAWANI SINOEM, MS.
PERUMUSAN MASALAH Setelah penelitian menentukan bidang pe-nelitian (problem area) yang diminatinya, kegiatan berikutnya adalah menemukan permasalahan (problem finding atau problem generation). Penemuan masalah merupakan salah satu tahap penting dalam penelitian. Bila perma-salahan tidak ditemukan maka penelitian tidak perlu dilakukan.
Pentingnya penemuan masalah juga dinyatakan oleh ungkapan : “Berhasilnya penemuan masalah merupakan setengah dari pekerjaan penelitian”. Penemuan masalah juga merupakan tes bagi disiplin ilmu; seperti diungkapkan oleh Mario Bunge (Bukley dkk, 1976) dengan pernyataan : Kreteria terbaik untuk menjajaki apakah suatu disiplin masih hidup atau tidak adalah dengan memastikan apakah bidang ilmu masih mampu menghasilkan permasalahan.
Penemuan Masalah Kegiatan untuk menemukan permasalah-an biasanya didukung oleh survei ke per-pustakaan untuk menjajagi perkembangan pengetahuan dalam bidang yang akan di-teliti, terutama yang diduga mengandung permasalahan. Penemuan permasalahan dari survei per-pustakaan adalah berupa buku-buku yang terbit dan atau artikel-artikel dari majalah-majalah ilmiah.
Menurut Buckley dkk (1976), penemuan permasalahan dapat dilakukan secara formal dan atau informal. Cara formal melibatkan prosedur yang menuruti metodologi tertentu, sedangkan cara informal bersifat subjektif dan tidak “rutin”. Cara formal lebih baik kualitasnya dibandingkan cara informal.
Cara formal penemuan permasalahan : 1. Rekomendasi suatu riset : penemuan per- permasalahan dari suatu laporan hasil pe- nelitian terdahulu, yaitu pada bab terakhir yang memuat kesimpulan dan saran. Saran (rekomendasi) umumnya menunju-kan kemungkinan penelitian lanjutan atau penelitian lain yang berkaitan dengan kesimpulan yang dihasilkan. Saran ini dapat dikaji sebagai arah untuk menemukan masalah.
2. Analogi : cara penemuan permasalahan dengan cara mengambil pengetahuan dari bidang ilmu lain dan menerapkannya ke bidang yang diteliti. 3. Renovasi : dengan mengganti komponen yang tidak cocok lagi dari suatu teori. Tujuan cara ini adalah untuk memperbaiki atau meningkatkan kemantapan suatu teori.
4. Dialetik : berarti tandingan atau sanggah-an 4. Dialetik : berarti tandingan atau sanggah-an. Penelitian dapat mengusulkan untuk menghasilkan suatu teori yang merupa-kan tandingan atau sanggahan terhadap teori yang sudah ada. 5. Ekstrapolasi : cara penemuan permasa-lahan dengan membuat tren suatu teori atau tren permasalahan yang dihadapi. 6. Morpologi : suatu cara untuk mengkaji kemungkinan-kemungkinan kombinasi yang terkandung dalam suatu permasalahan yang rumit dan kompleks.
7. Dekomposisi : merupakan cara penjabar-an (pemerincian) suatu permasalahan ke dalam komponen-komponennya. 8. Agregasi : merupakan kebalikan dari de-komposisi. Peneliti dapat mengambil hasil-hasil penelitian atau teori dari bidang (beberapa penelitian) dan mengumpul-kannya untuk membentuk suatu permasa-lahan yang lebih rumit dan kompleks.
Cara-cara informal (subjektif) penemuan permasalahan : 1. Konjektur (naluriah) : seringkali permasa-lahan ditemukan secara konjektur (naluri), tanpa dasar-dasar yang jelas. Setelah dasar dan latarbelakang dapat dijelaskan, maka penelitian dapat diteruskan secara alamiah. Menurut Buckley dkk (1976), naluri merupakan alat yang berguna dalam proses penemuan permasalahan.
2. Fenomenologi : banyak permasalahan baru dapat ditemukan berkaitan dengan fenomena ( (kejadian, perkembangan) yang dapat diamati. Misalnya fenomena pemakaian komputer sebagai alat bantu analisis dapat dikaitkan untuk mencetuskan permasalahan. 3. Konsensus juga merupakan sumber untuk mencetuskan permasalahan. Misal kemiskinan bukan lagi masalah bagi Indonesia. Kualitas lingkungan merupakan masalah yang perlu ditanggulangi (hal ini merupakan konsensus nasional).
4. Pengalaman : merupakan sumber bagi permasalahan 4. Pengalaman : merupakan sumber bagi permasalahan. Pengalaman kegagalan akan mendorong dicetuskannya permasa-lahan untuk menemukan penyebab kega-galan tersebut. Pengalaman keberhasil-an juga akan mendorong studi permasa-lahan sebab-sebab keberhasilan.
Permasalahan yang telah ditemukan selalu perlu dicek apakah permasalahan tersebut dapat (patut) untuk diteliti (researchable). Pengecekan didasarkan pada : faedah, lingkup, dan kedalaman.
PENGERTIAN MASALAH Sesuatu yang menjadi sasaran penelitian biasanya disebut masalah penelitian, yang akan selanjutnya diangkat menjadi judul penelitian, dan menggambarkan kaitan antar dua variabel atau lebih. Tidak semua masalah layak diangkat menjadi masalah penelitian.
Pengertian masalah penelitian yang dapat diangkat untuk diteliti secara ilmiah memiliki unsur-unsur sebagai berikut: Ellyawan Arbintarso
Masalah penelitian harus tampak dan dirasakan sebagai suatu tantangan bagi peneliti untuk dipecahkan dengan mempergunakan keahlian atau kemampuan profesionalnya Ellyawan Arbintarso
2. Masalah penelitian merupakan kondisi yang menunjukkan kesenjangan (gap) antara peristiwa atau keadaan nyata (das sain) dengan tolok ukur tertentu (das sollen) sebagai kondisi ideal atau seharusnya bagi peristiwa atau keadaan tertentu. Ellyawan Arbintarso
3. Masalah penelitian adalah keraguan yang timbul terhadap suatu peristiwa atau keadaan tertentu berupa kesangsian tentang tingkat kebenarannya suatu peristiwa atau keadaan Ellyawan Arbintarso
Untuk membantu peneliti muda dalam usaha mennyeleksi dan merumuskan masalah dan sub- masalah yang patut dibahas secara ilmiah ada beberapa kriteria yang perlu mendapat perhatian : Ellyawan Arbintarso
1. Masalah penelitian harus dipilih yang berguna untuk diungkapkan. 2. Masalah yang dipilih harus relevan dengan kemampuan atau keahlian peneliti. 3. Masalah penelitian harus menarik perhatian untuk diungkapkan. Ellyawan Arbintarso
4. Masalah penelitian sedapat mungkin menghasilkan sesuatu yang baru. 5. Masalah penelitian harus dipilih yang dapat dihimpun datanya secara lengkap dan obyektif. 6. Masalah penelitian tidak boleh terlalu luas, tetapi juga tidak boleh terlalu sempit Ellyawan Arbintarso
Dua pendekatan untuk memperoleh kebenaran : Pendekatan non ilmiah Pendekatan ilmiah Ellyawan Arbintarso
Pendekatan non ilmiah akal sehat prasangka intuisi penemuan kebetulan dan coba-coba pendapat otoritas ilmiah dan pikiran kritis Ellyawan Arbintarso
Pendekatan ilmiah Dengan pendekatan ilmiah orang berusaha untuk memperoleh kebenaran ilmiah, yaitu pengetahuan benar yang kebenarannya terbuka untuk diuji oleh siapa saja yang berkehendak untuk mengujinya Ellyawan Arbintarso
PERUMUSAN MASALAH Perumusan permasalahan perlu ditulis secara singkat, jelas, mudah dipahami, dan mudah dipertahankan. Perumusan permasalahan berfungsi mengarahkan fokus penelitian. Menurut Castettle dan Heisler (1984), ada 5 macam bentuk perumusan permasalah-an, yaitu :
1. Bentuk suatu pertanyaan (question) 2. Bentuk satu pertanyaan umum disusul oleh beberapa pertanyaan yang spesifik 3. Bentuk pernyataan (statement) disusul dengan pertanyaan (question) 4. Bentuk hipotesis 5. Bentuk pernyataan umum disusul oleh beberapa hipotesis.