MANAJEMEN KINERJA BERFOKUS PADA PROPERMAN DAN ROPERMAN Sistem Manajemen Kinerja berfokus pada Fokus penilaian pada prosesnya (Proses Oriented Performance Management) Fokus penilaian pada hasilnya (Result Oriented Performance Management) back
Proses Oriented Performance Management Adalah penjabaran dari pergeseran fokus penilaian dari input ke proses, yaitu bagaimana proses tersebut dilaksanakan. Teknik yang digunakan sebagai job centered, yaitu metode BARS back
Kelebihan metode Proper-Man Apabila dirancang, dan disiapkan dengan benar maka metode ini akan membantu meningkatkan kualitas SDM yang dimiliki perusahaan karena penilaiannya pada proses Pada akhirnya mendorong kemampuan seluruh organisasi sebagai kesatuan tingkat yang lebih tinggi. Pada akhirnya akan meningkatkan kuantitas dan kualitas output Dapat digunakan untuk menerapkan competency based-pay
Kelemahan Metode ini cukup sulit untuk membuatnya dan harus disiapkan oleh sejumlah tenaga spesialis yang bekerja penuh waktu Kemungkinan terjadinya subjektivitas dan KKN dalam penilaian cukup besar
Usaha Mengatasi Kendala Menggunakan multiraters Setiap nilai yang dibuat harus menyertakan bukti
Result Oriented Performance Management Keuntungan penggunaan Roper-Man : Mengarahkan para manajer, supervisor dan pimpinan lain pada hasil yang harus dicapai Memaksa semua orang dalam organisasi mengikatkan diri mereka secara moral pada usaha pencapaian tujuan yang spesifik Adanya komunikasi yang baik dan memperkuat hubungan antara atasan dan bawahan Membantu perusahaan untuk mengidentifisir kebutuhan latihan karyawan Karena pegawai menetapkan sasaran sendiri, ia akan memperoleh rasa puas karena telah mencapai hasil.
Kelemahan Roper-Man/MBO MBO agak bertentangan dengan nilai budaya mayoritas bangsa Asia karena lebih menekankan aspek individualistik (sasaran kerja individu) MBO terlalu menekankan pada hasil tanpa mempedulikan cara mencapai hasil tersebut
Menggunaan MBO sebagai dasar bagi Manajemen Kinerja Atasan dan bawahan secara bersama harus meneliti ruang lingkup tugas, tanggung jawab dan wewenang bawahan Atasan menyampaikan sasaran perusahaan dan sasaran yang menjadi tanggung jawab sendiri kepada bawahan yang sedapat mungkin bersifat kuantitatif
Setelah memperoleh bahan, bawahan harus memikirkan sasaran kerja sendiri yang akan mendukung sasaran kerja mereka