LATIHAN STABILISASI Wahyuddin Materi disampaikan pada mata kuliah Terapi Latihan Dasar dan Latihan Fungsi
TUJUAN INSTRUKSIONAL Setelah mempelajari materi ini, setiap mahasiswa/i dapat : Memahami fungsi otot-otot leher dan trunk terhadap aktifitas otot-otot ekstremitas. Memahami dasar utama latihan stabilisasi. Memahami pentingnya functional position(functional range) dalam latihan stabilisasi. Memahami pentingnya rhythmic stabilization dalam latihan stabilisasi. Memahami pola-pola latihan untuk persiapan aktifitas fungsional dan lontrol keseimbangan.
PENDAHULUAN Fungsi utama otot-otot leher dan trunk adalah memberikan kestabilan otot-otot ekstremitas untuk melakukan fungsi dan mensupport trunk terhadap efek gravitasi dan tekanan dari luar serta mempertahankan postur. Trunk bukan merupakan struktur yang rigid, karena itu dapat diadaptasikan sesuai dan menjaga postur.
Training diawali dengan mengajarkan pasien untuk melakukan safe spinal ROM dalam variasi postur dasar yang meliputi telentang (supine lying), tidur miring (side lying), duduk (sitting), dan berdiri (standing). Pasien kemudian mengidentifikasi posisi yang paling nyaman untuk spine dan otot-otot yang digunakan dalam latihan yang disebut functional position atau functional range. Pada kondisi yang tidak akut, kebanyakan posisi pasien berada pada mid range atau neutral spine position. Ini perlu diingat bahwa posisi atau jarak gerak ini tidak sama pada setiap orang dan mungkin berubah akibat penurunan stimulasi nosisensorik. Fisioterapis harus mengarahkan pasien kesadaran posisi spine dan merasakan kontraksi otot ketika mempertahankan posisi ketika melakukan latihan.
Latihan untuk gerakan ekstremitas dilakukan dalam batas toleransi pada otot-otot leher dan trunk untuk mengontrol posisi fungsional. Hal ini menyebabkan terjadinya kontraksi isometrik atau stabilizing contraction yang disebut dynamic stabilization. Untuk meningkatkan strength dan endurance pada otot-otot stabilisator dapat diberikan resisten dan repetisi latihan dapat ditingkatkan tetapi dalam batas toleransi. Dengan repetisi tersebut akan membantu mengembangkan kebiasaan sehingga sangat penting untuk memberikan instruksi yang tepat serta mengetahui feedback latihan. Kelelahan yang terjadi menunjukkan ketidakmampuan otot-otot leher dan trunk untuk memberikan stabilisasi pada spine dalam posisi fungsional.
a. Mulai dengan beban yang dapat dilakukan a. Mulai dengan beban yang dapat dilakukan pasien selama 30 detik sampai 1 menit, kemudian sampai 3 menit dalam batas toleransi. b. Tingkatkan beban yang diawali dengan pengurangan waktu dan tingkatkan aktifitas dalam waktu 3 menit. c. Cara lain untuk meningkatkan endurance pada otot-otot trunk adalah memulai latihan pada level tersulit kemudian merubah pada level yang lebih mudah sampai timbul kelelahan untuk menjaga gerakan. Hal yang sangat penting adalah pasien tidak boleh kehilangan kontrol pada posisi fungsional.
Kontraksi isometrik secara bergantian antara antagonis (rhythmic stabilization) juga meningkatkan stabilizing contraction. Sebagai tambahan ketika dilakukan pada posisi duduk dan berdiri, kontraksi tersebut bertujuan untuk mengembangkan kontrol keseimbangan. Concentric dan eccentric exercises dapat dilakukan dalam program untuk kontrol strength dan endurance.
Penekanan otot selama latihan dibutuhkan untuk mensupport posisi tegak berdasarkan body mechanic. Terutama pada fleksor dan ekstensor neck dan trunk, ekstensor hip dan knee, fleksor shoulder dan elbow serta ekstensor dan retraktor scapula. Pasien diajarkan untuk mengontrol posisi fungsional ketika bergerak dari satu posisi ke posisi lain. Ini membutuhkan gradasi kontraksi dan penyesuaian antara fleksor dan ekstensor. Ini disebut transitional stabilization dan membutuhkan perhatian dan konsentrasi dari pasien. Sebagai contoh gerakan pada lengan dan tungkai mengakibatkan kecenderungan ekstensi trunk. Otot-otot abdomen harus berkontraksi kuat untuk mempertahankan posisi fungsional spine. Ketika lengan bergerak ke arah pusat gravitasi spine akan cenderung fleksi. Ini membutuhkan kekuatan kontraksi otot-otot ekstensor yang kuat untuk mempertahankan posisi fungsional.
Saat pasien mengembangkan strength dan kontrol gerakan, pola gerakan yang sederhana harus diarahkan kepada body mechanic yang aman. Selama latihan posisi fungsional spine harus dipertahankan. Saat pasien dapat mengembangkan strength dan endurance dengan pola sederhana dapat dilanjutkan pada pola kompleks dengan pengurangan bantuan.
Pola-pola Latihan Mengajarkan kesadaran ROM cervical. Penguatan otot-otot axial ekstensi dan ekstensi thorak Penguatan otot-otot fleksor cervical. Penguatan otot-otot fleksor cervical dengan manual resisten. Self resisten untuk latihan isometrik cervical. Transitional stabilization untuk regio cervical dan upper thoracal. Penguatan otot-otot shoulder girdle yang mempengaruhi postur. Mengajarkan kedaran ROM lumbal. Penguatan otot-otot abdomen sebagai stabilisator trunk dan pelvis dan peningkatan endurance otot untuk kontrol. Penguatan otot-otot abdomen. Penguatan otot-otot grup ekstensor. Penguatan otot-otot lower extremity yang mempengaruhi postur
Persiapan Aktifitas Fungsional Modifikasi bridging exercise Kontraksi isometrik secara bergantian (rhytmic stabilization) Push up dengan stabilisasi trunk Wall slides Partial lunges dan partial squats Berjalan melawan resisten Transitional stabilization exercises.
Latihan-latihan Kontrol Keseimbangan Gerakan Aksial ekstensi untuk mengurangi forward head posture Retraksi scapula. Kontrol pelvic tilt dan keseimbangan lumbal spine Kontrol thoraks dan thoracic spine.