Mataram Jawa Timur
PAERPINDAHAN KE JAWA TIMUR Mataram Kuno di Jawa Tengah makin tidak menguntungkan Hal ini disebabkan: Pendangkalan Pelabuhan, sering dilanda bencana alam oleh letusan Gunung Merapi, sering terjadi perebutan kekuasaan sehingga kewibawaan kerajaan berkurang, dan mendapat ancaman serangan dari Kerajaan Sriwijaya. Sementara di Jatim Terdapat Sungai Berantas dan Solo Dataran rendah yg subur dan melimpah Berdekatan dg sumber rempah-rempah Tersedia tenaga yang banyak Jauh dari jangkauan Serangan Sriwijaya Oleh karena itu, pada tahun 929 ibu kota Mataram Kuno dipindahkan ke Jawa Timur
IBU KOTA KERAJAAN Nama kerajaan Mataram (P.Paradah 943 M dan P. Anjukladang 973 M).Ibu kota Mataram Kuno di Jawa Timur adalah Tomwlang (P.Turyyan 929 M ), di Watugaluh dekat Sungai Brantas (P.Paradah 943 M dan P. Anjukladang 973 M)
Empu Sindok (D. Isana) Setelah naik takhta pada tahun 929, Empu Sindok bergelar Sri Maharaja Rakai Hino Sri Isana Wikramadharma tunggadewa. Wilayahnya meliputi Nganjuk, Pasuruan, Surabaya, Malang dan Blitar. Beragama Siwa tetapi Budha Tantrispun berkembang. Hal ini terbukti terbitnya buku Sang Hyang Kamahaya- nikan oleh Sambara S. yang berisi ajaran dan tata cara beribadah agama Buddha.
Peninggalan candi Candi Lor ( Nganjuk) Candi Gunung Gansir (Pasuruan) Candi Songgoriti (Malang) Candi Sumber Nanas (Blitar)
Pengganti Pu Sendok Mpu Sindok (929-947) + Pu Kbi Sri Isanatunggawijaya + Lokapala Sri Makutawannaswardana Erlangga Dharmawangsa Puteri Gunapriadharmptani + Udayana (raja Bali)
DHARMAWANGSA 990-1016 Ekspedisi ke Siwijaya (990-992) Disalin kitab Mahabarata ke dalam Bahasa Jawa Kuno Ditulis buku hukum Siwasasana Minikahkan Puterinya dengan Erlangga dan terjadi Peristiwa Pralaya (1016)
ERLANGGA 1016-1048
1016-1019, Bertapa dihutan Wonogidi (G.Penanggungan) diikuti Narotama 1019-1028, dinobatkan menjadi Raja dan Normalisasi hubungan dengan Sriwijaya 1028-1035, merupakan tahun perjuangan menyatukan kembali bekas kerajaan mertuanya: 1028, menyerang raja wijaya dari Wengker 1028, menyerang raja Bismaprabawa 1030, raja wijaya berhasil diusir dari istananya 1032, berperang dengan raja putri 1033, mengalahkan Wurawuri 1035, raja Wijaya dibunuh
1035-1042, masa pembangunan Ibu kota Mwatan Mas (P.Cane 1021) dipindah ke Kahuripan (P.Kalagen 1037), ke Dahanapura (P.Pamotan 1042) Membuat bendungan Wringin Sapta (P.Kalagen 1037) untuk irigasi dan kelancaran pelayaran-perdaganagan (Benggala, Cylon, Chola, Campa Birma dll.) Pembutan Jalan2 dari pantai ke Pusat Kerajaan (P.Kambang Putih) Dihasilkan Arjunanwiwaha karya Empu Kanwa. Toleransi yang tinggi (Buda, Wisnu, Siwa, Rsi,)
Masa Kependetaan1042-1049 Membagi kerajaan menjadi 2, Jenggala kepada Garasakan (Jayengrana) dan Panjalu (Kediri) Samarawijaya (Jayawarsa) Menjadi petapa dg gelar Rsi Gentayu, Putrinya Sangrama Wijaya Tunggadewi bergelar Kili Suci (Ratu Giriputri) meninggal 1049 di dharmakan di Candi Belahan