Bangunan air Week #9.

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
Gradually varied flow Week #7.
Advertisements

Gradually varied flow Week #6.
Soal :Tekanan Hidrostatis
Statistika Deskriptif: Distribusi Proporsi
Mekanika Fluida II Week #3.
ALIRAN MELALUI LUBANG DAN PELUAP
KUIS PEND MAT II  CEPAT DAN TEPAT .
Pertemuan 6 <<Judul>>
Hidraulic Radius (Rh) = A A = Luas Penampang P P = Penampang basah
1.
Adhi Muhtadi BANGUNAN BENDUNG.
PERENCANAAN JARINGAN IRIGASI
VI. KUALITAS AIR DAN DEBIT
Saluran dan Bangunan Irigasi
Tugas Mekanika Fluida ‘Kontinuitas’
DASAR-DASAR PERHITUNGAN PENYALURAN AIR BUANGAN
Dosen : Fani Yayuk Supomo, ST., MT
Bangunan Bagi dan Bangunan Sadap
Peralatan penyediaan air
TENDENSI SENTRAL.
Evaluasi kualitas pembelajaran
Weir dan Notch Week #10.
Mekanika Fluida II Week #3.
Kuliah Hidraulika Wahyu Widiyanto Teknik Sipil Unsoed
Kuliah Hidraulika Wahyu Widiyanto
Persamaan Manning, Saluran Komposit, Energi Spesifik
Soal-Soal Latihan Mandiri
Nama : Dwi Rizal Ahmad NIM :
HIDROLIKA DAN JENIS ALIRAN DALAM SALURAN
[6.99] He sends down water from the sky, and with it We bring forth the plant of every thing. TL2201 Mekanika Fluida II.
SEGI EMPAT 4/8/2017.
Mekanika Fluida II Week #5.
Mekanika Fluida II Week #4.
Bangunan Bagi.
Mekanika Fluida – Fani Yayuk Supomo, ST., MT
SEGI EMPAT Oleh : ROHMAD F.F., S.Pd..
Bangunan Utama Bangunan Bendung.
Responsi Hidraulika: Aliran BERUBAH LAMBAT LAUN (Profil Aliran)
Mekanika Fluida II Week #4.
PERENCANAAN SALURAN IRIGASI
Statistika Deskriptif: Distribusi Proporsi
BAB V DIFFERENSIASI.
Air mengalir dari kamar mandi lantai dasar melalui pipa menuju kamar mani lantai 1 dengan kecepatan 8 m/s, dengan d= 70cm, hitunglah kecepatan aliran pada.
ALIRAN SERAGAM.
Gradually varied flow Week #8.
DEFINISI DASAR GEOMETRI SALURAN TERBUKA
Bangunan air Week #10.
3. Pengukuran dan Perhitungan Debit Sungai/Saluran Air
Pertemuan Hidrolika Saluran Terbuka
Pertemuan SALURAN TERBUKA
Konsep Aliran Zat Cair Melalui (Dalam) Pipa
ALIRAN MELALUI LUBANG DAN PELUAP
Pertemuan 1 Matakuliah : S0462/IRIGASI DAN BANGUNAN AIR Tahun : 2005
ZUHERNA MIZWAR METFLU - UBH ZUHERNA MIZWAR
Perencanaan Hidraulis
Saluran Terbuka dan Sifat-sifatnya
Zuherna Mizwar HIDROLIKA 1 UBH 2017 Zuherna Mizwar
Pertemuan 6 Saluran dan Bangunan Drainase
2 a. Instalasi AWLR di DAS Cisukabirus
Aliran Kritis.
BANGUNAN PEMBAWA – I: Bangunan Siku dan Tikungan Gorong-gorong
Penggunaan persamaan energi pada aliran berubah cepat
ZUHERNA MIZWAR METFLU - UBH ZUHERNA MIZWAR
HIDROLOGI ‘H I D R O M E T R I’
ASPEK HIDRAULIKA Kuliah ke-3 Drainase.
PENELUSURAN BANJIR (FLOOD ROUTING)
SALURAN PEMBERHENTIAN
Mekanika Fluida II Benno Rahardyan.
PENENTUAN DEBIT BANJIR RANCANGAN METODE RASIONAL MODIFIKASI
Matakuliah : S0634/Hidrologi dan Sumber Daya Air Tahun : 2006 Versi :
Transcript presentasi:

Bangunan air Week #9

Pengukur kedalaman kritis 1. Broad-crested weir

Aliran melalui ambang, tinjauan menggunakan energi spesifik Aliran di atas ambang dan grafik spesifik energi

h = tinggi muka air dari atas ambang, di hulu aliran Es1 Nilai H didekati dengan h: Dengan velocity correction factor dan discharge coefficient persamaan menjadi : h = tinggi muka air dari atas ambang, di hulu aliran (H = Es  H1 = Es1, H2 = Es2)

2. Flume Aliran kritis diperoleh dengan menyempitkan saluran Seringkali ditambah peninggian dasar saluran untuk memperoleh aliran kritis pada bagian sempitnya  venturi flue

Dari persamaan energi diperoleh : Substitusi ke persamaan energi maka diperoleh : Aliran kritis diperoleh pada bagian leher apabila disubstitusikan maka akan diperoleh Dengan velocity correction factor dan discharge coefficient persamaan menjadi :

Latihan ambang lebar Sebuah saluran segiempat dengan lebar 3 m memiliki slope 0,0009 mengalirkan air dengan kedalaman 1.5 m. Diasumsikan n Manning 0,015 dan mengalir menjadi aliran seragam. Hitunglah ketinggian ambang untuk menghasilkan kedalaman kritis.

Latihan Luas penampang A= 3 x 1,5 = 4,5 m2 P = 3 + 2x1,5= 6 m R = A/P = 0,75 m Dari Manning V = 1/n R2/3 S1/2 = 1/0,015 x (0,75) 2/3 x 0,03 = 1,65 m/det Es1= 1,5 + 1,652/2x9,81 = 1,64 m Yc = 2/3 Es = 2/3 x 1,64 = 1,09 m - salah Ketinggian ambang = 0,357 ?

3. Ambang / Pelimpah Tajam = Weir Ambang umumnya digunakan memakai ambang dengan pelat. Biasa digunakan di saluran terbuka seperti aliran untuk menentukan debit (flowrate). Prinsip dasar adalah bahwa debit secara langsung terkait dengan kedalaman air (h). Ambang dapat bersifat hambatan (lebar) dasar sesuai dengan lebar saluran, menyempit sebagian ataupun menyempit. Untuk ambang yang benar-benar menyempit B-b (lebar saluran – lebar ambang) harus lebih besar dari 4hmax, dimana hmax adalah maksimum ketinggian yang diperkirakan dari ambang (USBR, 1997).  Ambang terkontraksi sebagian memiliki B-b antara 0 dan 4hmax.  Kontraksi menyebabkan alir mengalir dan mengumpul menuju ambang.

Weir / Pelimpah Tajam Q = 2/3 x (2g)1/2 Cd x b x h3/2 (bandingkan dengan rumus untuk ambang lebar, yang menghasilkan Q = 2/3 x (2/3g)1/2 Cv.Cd x b x h3/2

Pelimpah tajam h = tinggi muka air dari atas ambang, di hulu aliran

Latihan Sebuah weir dengan panjang 4,5 m memiliki head air sebesar 30 cm. Tentukan debit yang diairkan jika Cd = 0,6 b = 4,5 m h = 0,3 m Q = 2/3 x 0,6 x 4,5 x (2x9,81)1/2 x 0,33/2 = 1,31 m3/det

Latihan Sebuah weir dengan panjang 8 m akan dibangun melintang saluran segi empat dengan aliran 9 m3/det. Jika kedalaman maksimum dari air di hulu aliran adalah 2 m, berapakah ketinggian weir. Abaikan kontraksi dan gunakan Cd = 0,62

Latihan Q = 2/3 Cd x b x (2g)1/2 x h3/2 9 = 2/3 x 0,62 x 8 x (2x9,81) 1/2 x h3/2 h = 0,723 Ketinggian weir adalah 2-0,723 = 1,277 m.

Latihan Data curah hujan harian suatu DAS adalah 0,2 juta kubik meter per hari. Jika 80% dari air hujan mencapai reservoir penampung dan melalui weir segiempat. Berapakah panjang weir bila air diharapkan tidak melimpah lebih dari 1m di atas bendung?. Asumsikan koefisien discharge yang memadai.

Latihan Curah hujan = 0,2 x 106 m3/hari Limpahan ke reservoir = 80% x 0,2 x 106 = 0,16 x 106 m3/hari = 0,16 x 106 /86400 = 1,85 m3/det h = 1 m, Cd = 0,6, Q = 2/3 Cd x b x (2g)1/2 x H3/2 1,85 = 2/3 x 0,6 x b x (2x9,81)1/2 x 13/2 = 1,77 b b = 1,045 m

+ 8,05m + 1,15 m, Cd = 0,61 C A B Cc = 0,0625 So=0,003 L=513 E D So=0,01 L=~ So=0,003 L=~ m 1:1 m, n=0,015 ABCD 70 m, DE 1 :1

Ingat: Trapesium, Ketinggian dan Slope kritik Saluran trapesium dengan lebar dasar 15 m dan kemiringan tebing 1:1 mengalirkan debit 100 m3/det. Apabila koefisien Manning n=0,02 Kedalaman kritis dan kemiringan kritis dari aliran tersebut: Yc = 1,59 m dan Sc = 0,0038

Saluran CD Kedalaman kritis