TEORI SELF CARL ROGERS
NAMA KELOMPOK : Yetty Dwi Setiyarti 2012.08.0.0009 Ayu Perusza Savitri 2012.08.0.0037 Heryudha Ivananda P 2012.08.0.0039 Ira Puspita S 2012.08.0.0048 Shofiatus S 2012.08.0.0052 Anis Puspita S 2012.08.0.0085
Biografi Carl Rogers Carl Ransom Rogers lahir pada tanggal 8 Januari 1902, di Oak Park, Illinois, sebagai anak keempat dari enam bersaudara pasangan Walter dan Julia Cushing Rogers. Carl lebih dekat dengan ibunya daripada ayahnya, yang pada masa awal kehidupannya harus sering bepergian karena pekerjaannya sebaga insinyur sipil. Walter dan Julia Rogers merupakan orang religious yang taat, dan Carl menjadi tertarik pada kitab Injil, sehingga ia sering membaca Injil dan buku-buku lain, bahkan sebelum masuk sekolah. Pada tahun 1924, Rogers bergabung dengan Seminari Union Theological di New York dengan intensi untuk menjadi pastur. Saat berada di seminari, ia mengikuti beberapa kelas psikologi dan pendidikan di Columbia University. Rogers terpengaruh oleh pergerakan pendidikan progresif oleh John Dewey, yang pada saat itu sangat kuat di Teachers College, Columbia. Pada musim gugur tahun 1926, ia meninggalkan seminari untuk menghadiri Teachers College sepenuhnya serta mengambil jurusan psikologi klinis dan pendidikan. Sejak saat itu, ia tidak pernah kembali ke pendidikan agama formal. Hidupnya mulai memiliki arah baru – ke arah psikologi dan pendidikan.
Pandangan Dasar Pendekatan fenomenologi dari Rogers konsisten menekankan pandangan bahwa tingkah laku manusia hanya dapat dipahami dari bagaimana dia memandang realita secara subyektif (subjective experience of reality). Rogers sangat kuat memegangi asumsinya, bahwa manusia itu bebas, rasional, utuh, mudah berubah, subyektif, proaktif, heterostatis, dan sukar dipahami. Rogers memandang manusia sebagai bentuk-bentuk dari konsep dirinya (self concept) dan pengalaman di satu sisi, dan interpretasinya tentang stimulus lingkungan pada sisi yang lain. Rogers beragumentasi bahwa perubahan-perubahan dalam persepsi diri dan persepsi atas realitas menghasilkan perubahan yang serentak dalam perilaku dan hal itu memberikan kondisi psikologis tertentu bagi seseorang sehingga mempunyai kapasitas untuk mereorganisasi bidang persepsinya., termasuk bagaimana mereka memandang diri mereka sendiri.
Prinsip-prinsip Dasar Pengalaman klinis Rogers meyakinkan dirinya pada satu prinsip utama teori kepribadiannya: inti dari karakteristik alamiah kita pada esensinya bersifat positif. Arah pergerakan kita adalah ke arah aktualisasi diri. Rogers berpendapat bahwa agamalah yang mengajarkan kita untuk meyakini bahwa kita pada dasarnya berdosa. Lebih jauh lagi, Rogers berpendapat bahwa Freud dan para pengikutnya telah menyajikan kepada kita gambaran manusia dengan id dan alam bawah sadar yang, jika diizinkan untuk diekspresikan, akan memanifestasikan dirinya dalam tindakan incest, pembunuhan dan kriminalitas lain. Menurut pandangan ini, pada intinya kita adalah irasional, tidak bersosialisasi, dan destruktif terhadap diri sendiri dan orang lain. Menurut Rogers, pada satu waktu kita mungkin bertindak seperti ini, tetapi pada saat itu kita berada dalam kondisi neurotis dan tidak berfungsi sebagai manusia yang berkembang dengan sempurna.
Dinamika Kepribadian Rogers meyakini bahwa manusia dimotivasi oleh kecenderungan atau kebutuhan untuk mengaktualisasikan, memelihara, dan meningkatkan dirinya. Kebutuhan ini bersifat bawaan sebagai kebutuhan dasar jiwa manusia, yang meliputi kebutuhan fisik dan psikis. Sebenarnya manusia memiliki kebutuhan- kebutuhan lainnya. Kebutuhan lainnya itu adalah “positive regard of others” dan “self regard”. Kedua kebutuhan ini bersifat dipelajari mulai usia dini, yaitu ketika bayi mendapat curahan cinta kasih, perawatan, dan “positive regard” (penghargaan yang positif) dari orang lain (terutama orang tua).
Perkembangan Kepribadian Rogers tidak mengemukakan tahapan dalam perkembangan kepribadian. Dia lebih tertarik pada cara-cara orang tua menilai anak, atau sikap dan perlakuan orang tua (terutama ibu) terhadap anak. Jika orang tua tidak mencurahkan “positive regard” (penerimaan, dan cinta kasih) bahkan menampilkan sikap penolakan terhadap anak, maka kecenderungan bawaan anak untuk mengaktualisasikan dirinya menjadi terhambat. Anak mempersepsi penolakan orang tua terhadap tingkah lakunya sebagai penolakan terhadap perkembangan “self concept” nya yang baru. Mengingat pentingnya memperoleh kepuasan akan kebutuhan “positif regard”, khususnya pada masa anak, maka seseorang akan menjadi sensitive akan sikap dan tingkah laku orang lain. Melalui penafsiran terhadap reaksi yang diterima dari orang lain (baik penerimaan maupun penolakan), seseorang mungkin mengubah atau memperhalus konsep dirinya. Hal ini menunjukkan, bahwa perkembangan konsep diri seseorang dipengaruhi juga oleh upayanya menginternalisasi sikap-sikap orang lain.
Struktur Kepribadian Karena sejak awal Rogers mengurusi cara bagaimana kepribadian berubah dan berkembang, Rogers tidak menekankan aspek structural dari kepribadian. Namun demikian, dari rumusan-rumusannya mengenai hakekat pribadi, diperoleh tiga konstruk yang menjadi dasar penting dalam teorinya: Organisme medan fenomena Self
Organism Pengertian organisme mencakup tiga hal: Makhluk hidup: organisme adalah makhluk lengkap dengan fungsi fisik dan psikologiknya.. Realitas subyektif: organisme menanggapi dunia seperti yang diamati atau dialaminya Holisme: organisme adalah satu kesatuan system, sehingga perubahan pada satu bagian akan mempengaruhi bagian lain.
Medan Fenomena (Phenomenal Field) Medan fenomena adalah seluruh pengalaman pribadi seseorang sepanjang hidupnya di dunia, sebagaimana persepsi subyektifnya. Beberapa deskripsi berikut menjelaskan pengertian medan fenomena: Meliputi pengalaman internal (persepsi mengenai diri sendiri) dan pengalaman eksternal (persepsi mengenai dunia luar). Meliputi pengalaman yang: disimbolkan (diamati dan disusun dalam kaitannya dengan diri sendiri), disimbolkan tetapi dilingkari/dikaburkan (karena tidak konsisten dengan struktur dirinya), dan tidak disimbolkan atau diabaikan (karena diamati tidak mempunyai hubungan dengan struktur diri). Pengalam yang disimbolkan disadari, sedangkan yang diingkari dan diabaikan tidak disadari. Semua persepsi bersifat subjektif, benar bagi dirinya sendiri. Medan fenomena seseorang tidak dapat diketahui oleh orang lain kecuali melalui inferensi empatik, itupun pengetahuan yang diperoleh tidak bakal sempurna.
Self Konsep pokok dari teori kepribadian Rogers adalah self, sehingga dapat dikatakan self merupakan satu-satunya struktur kepribadian yang sebenarnya. Beberapa penjelasan mengenai self dapat disimpulkan dari 19 rumusan rogers: Self terbentuk melalui diferensiasi medan fenomena. Self juga terbentuk melalui introjeksi nilai-nilaiorang tertentu (significant person=orang tua) dan dari distorsi pengalaman. Self bersifat integral dan konsisten. Pengalaman yang tidak sesuai dengan struktur self dianggap sebagai ancaman. Self dapat berubah sebagai akibat kematangan biologic dan belajar.
Kritik Terhadap Teori Pendekatan terapi berpusat klien dari Rogers sangat populer dikalangan psikolog dan konselor pendidikan, konselor bimbingan serta pekerja sosial, sebagai metoda untuk memahami orang lain, menangani masalah-masalah gangguan emosional. Teori kepribadian yang dikembangkannya tidak sepopuler aplikasi terapinya, namun beberapa konsep yang dielaborasinya mendapat pengakuan yang luas, seperti konsep kongruen, konsep diri, penerimaan tanpa syarat, dan aktualisasi diri. Model riset di bidang psikoterapi yang diusulkan dan dipelopori oleh Rogers, banyak diikuti oleh pakar psikologi. Pusat dari teori Rogers adalah dorongan untuk berkembang dan aktualisasi diri, namun ternyata Rogers lupa tidak menjelaskan potensi bawaan yang mendukung dorongan-dorongan itu. Dorongan untuk mempertahankan diri (maintenance) yang bisa berwujud kebutuhan fisik tetapi juga kebutuhan psikis-esteem, membuat faktor pembawaan menjadi tidak jelas fungsinya.
THANK YOU