Geografi Desa-Kota Bila ada pertanyaan : Facebook : ranto.lumban.gaol Geografi PSKD I Email : tulangkuat@gmail.com tulangsehat@gmail.com Blog : ronta.weebly.com Geografi Desa-Kota
Defenisi Desa dan Kota Ciri-ciri Desa dan Kota Klasifikasi Desa dan Kota Potensi dan unsur desa Fungsi Desa Sebagai Hinterland kota Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pola Persebaran Desa Pola Pemukiman Desa dan Keruangan Kota Sejarah Perkembangan Kota dan Tahapan Perkembangan Kota Interaksi Desa dan Kota Aspek Interaksi Desa Kota Teori-Teori Interaksi Pengaruh Interaksi Desa – Kota Urbanisasi Wilayah Formal dan Wilayah Fungsional Penentuan Batas-batas Wilayah Pertumbuhan di Indonesia
Defenisi Desa Desa adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung di bawah camat dan mempunyai hak otonomi dalam ikatan NKRI (UU no. 5 Tahun 1979) Desa di Bali disebut banjar, Sulawesi Selatan disebut Wanus, NAD disebut Gampong, di Tapanuli disebut Huta, Sumatera Barat disebut Nagari dan Sumatera Selatan disebut Marga.
Desa Berasal dari kata deshi (Sansekerta) yang artinya tanah kelahiran / tanah tumpah darah Rural adalah istilah yang dipakai untuk desa dan urban untuk wilayah kota.
Defenisi Kota Kota adalah suatu wilayah yang merupakan permukimanyang relatif besar padat dan permanen dengan penduduk yang heterogen keadaan sosialnya.
Ciri-ciri Desa Sistem ekonomi penduduknya masih agraris Kehidupan tergantung pada alam Toleransi sosial masih tinggi Hubungan sosialnya paguyuban (gemeinschaft) Sifat gotong royong masih tertanam Adat-istiadat dan norma agam masih kuat
Ciri-ciri Kota Mata pencaharian penduduknya heterogen Sikap penduduknya individualis Hubungan masyarakatnya gesellschaft Toleransi sosial lemah Kontrol sosial didasarkan pada hukum formal Pola pikir rasional
Klasifikasi Desa Desa Swadaya Desa Swakarya Desa Swasembada
Desa Swadaya Sebagian besar kehidupan penduduknya masih tergantung pada alam Hasil kebutuhan untuk memnuhi kebutuhan sendiri Administrasi desa belum dilaksanakan dengan baik Tingkat pendidikan dan produktifitas penduduk masih rendah Belum mampu mandiri mengurus pemerintahannya sendiri
Desa Swakarya Sudah mampu melaksanakan urusan rumah tangga sendiri Lembaga sosial desa dan pemerintahan sudah berfungsi Administrasi desa sudah berjalan Adat-istiadat mulai longgar Mata pencaharian mulai beragam Sudah ada hubungan dengan wilayah sekitar
Desa Swasembada Sarana Prasarana desa sudah lengkap Pengelolaan administrasi desa sudah dilaksanakan dengan baik Pola pikir masyarakat lebih rasional Mata pencaharian penduduk sebagian besar di bidang jasa dan perdagangan Hasilnya sudah diperdagangkan ke wilayah lain Sudah ada interaksi dengan desa lain
Potensi Desa Potensi Fisik Tanah Air Iklim Potensi non Fisik Lembaga-lembaga Sosial Masyarakat Desa
Unsur Desa Wilayah Penduduk Tata Kehidupan
Klasifikasi Kota Klasifikasi kota menurut beberapa negara Klasifikasi kota menurut pemerintah Republik Indonesia
Klasifikasi kota menurut beberapa negara Di Swedia, suatu daerah dapat disebut kota jika penduduknya berjumlah 200 orang Di USA dan Meksiko, suatu daerah dapat disebut kota jika penduduknya berjumlah minimal 2.500 orang Di Kanada, suatu daerah dapat dikatakan kota jika penduduknya minimal 1000 orang
Klasifikasi kota menurut pemerintah Republik Indonesia Kota kecil dengan jumlah penduduk 20.000 – 50.000 jiwa Kota sedang dengan jumlah penduduk 50.000 – 100.000 jiwa Kota besar dengan jumlah penduduk 100.000 – 1.000.000 jiwa Kota metropolitan dengan jumlah penduduk 1.000.000 – 5.000.000 jiwa Kota megapolitan dengan jumlah penduduk lebih dari 5.000.000 jiwa
Fungsi Desa Sebagai Hinterland Kota Pemasok tenaga kerja produktif Penghasil bahan pangan Pusat kegiatan industri kecil Penhasil bahan baku industri Keindahan alam sebagai pendukung sektor pariwisata
Faktor yang Mempengaruhi Pola Persebaran Desa Letak desa/ topografinya Iklim Kesuburan tanah Sumber air Keadaan ekonomi Keadaan budaya
Pola Pemukiman Desa Memanjang/linier mengikuti rel kereta, sungai, garis pantai, dan jalan raya Memusat/mengelompok Umumnya wilayah yang memiliki kesuburan tanah sangat baik Mengelilingi suatu fasilitas/Radial Danau, waduk dan mata air Menyebar di daerah karst (gunung kapur) dan pegunungan
Pola Keruangan Kota Menurut Bintarto Teori konsentrik yang dikemukakan oleh E. W. Burgess Teori sentral yang dikemukakan oleh Hummer Hoyt Teori lipat pusat ganda yang dikemukakan oleh R. D. Mc. Kenzie
Sejarah Perkembangan Kota Di Dunia Kota berasal dari pusat perdagangan seperti Rotterdam, Shanghai, dan Hamburg. Kota yang berasal dari pusat pemerintahan dan ibukota seperti London, Jakarta, Tokyo dan Kyoto. Kota yang berasal dari pusat kebudayaan atau agama seperti Vatican, Yerusalem dan Lourdess.
Sejarah Perkembangan Kota Di Indonesia Kota berasal dari pusat perkebunan seperti bogor (teh), pematang siantar, deli serdang (tembakau) dan palembang (karet). Kota yang berasal dari pusat pertambangan seperti dumai, tarakan, ombilin, sawah lunto, pangkal pinang, balikpapan, martapura, cepu, tembaga pura, tanjung enim dan bontang. Kota yang berasal dari pusat administrasi seperti jakarta, demak, cirebon, surakarta, yogyakarta, gowa, banjarmasin dan NAD. Kota yang berasal dari pusat kebudayaan seperti yogyakarta dan solo.
Tahapan kota Tahap eopolis merupakan peralihan desa ke kota Tahap polis merupakan kota yang masih berorientasi agraris Tahap metropolis merupakan tahapan orientasi penduduknya menuju industri Tahap megapolis yang merupakan gabungan beberapa metropils dan berpenduduk lebih dari 25 juta. Trianopolis adalah tahapan dimana mulai terdapat kekacauan pelayanan umum, kemacetan lalu lintas, dan tingkat kriminalitas yang tinggi Tahap nekropolis (kota mati) merupakan tahapan penduduk yang mulai ditinggalkan penduduknya.
Istilah Megapolitan Pengertian wilayah megapolitan menurut Metropolitan Institue adalah sebagai berikut Terdiri dari sekurang-kurangnya dua wilayah existing metropolitan. Total penduduk lebih dari 10 juta “ pada tahun 2040 “ Terjadi akibat bergabungnya / konurbasi wilayah mikropolitan dan wilayah metropolitan yang berdampingan. ( mikropolitan adalah suatu daerah hunian pedesaan yang sangat padat dengan corak kehidupan perkotaan / quasi metropolitan area ). Merupakan wilayah budaya organik dengan latar belakang sejarah dan identitas berbeda. Secara umum menempati lingkungan fisik yang sejenis. Pusat-pusat utama dihubungkan dengan infrastruktur transportasi primer. Membentuk jaringan perkotaan fungsional melalui aliran barang dan jasa. Suatu wilayah geografis yang berguna dalam perfencanaan wilayah skala luas.
Northeast, Midwest, Gulcoast, Piedmont, NorCal, Southland, Valley of the Sun, Cascadia, Peninsula, I-35 Corridor.di U.S.· Tokyo – Osaka, Jepang· Propinsi Gauteng, Afsel ( terdiri dari konurbasi Johanesburg, wilayah metropolitan Pretoria dan Vaal Triangle ).· Ruhr Area dan sebagian Low Countries, Eropa Daratan.· Midland and parts of northern England (termasuk London ). Apabila di Amerika Serikat, megapolitan yang membentang di sepanjang pesisir northeast diberi nama Boswash ( singkatan dari Boston Washington / Boston, New York, Philadelphia, Baltimore dan Washington)
Faktor Yang Mempengaruhi Interaksi Desa-Kota Adanya wilayah-wilayah yang saling melengkapi (regional complementarity) Adanya kesempatan berintervensi (interventing opportunity) Adanya kemudahan transfer atau pemindahan dalam ruang (Spatial Transfer Ability) Yang membedakan adalah potensi setiap daerah.
Regional Complementary Wilayah A Surplus sumber daya X Minus sumber daya Y Minus sumber daya Z Wilayah B Minus sumber daya X Surplus sumber daya Y Wilayah c Surplus sumber daya Z
Intervening Oppurtunity Wilayah A Surplus sumber daya X Minus sumber daya Y Wilayah B Wilayah C Surplus sumber daya Y
Spasial Transfer Ability Wilayah A Surplus sumber daya X Minus sumber daya Y Wilayah B Surplus sumber daya Y Minus sumber daya X
1. Aspek Ekonomi a. Adanya daerah surplus dan minus menimbulkan aliran barang kmoditas. b. Perpindahan penduduk untuk memperbaiki ekonominya. c. Tekhnologi tepat guna akan meningkatkan kualitas dan kuantitas wiraswasta dalam berbagai bidang. d. Kebutuhan timbal balik antara desa dan kota menyebabkan timbulnya pasar. e. Variasi mata pencaharian penduduk. 2. Aspek Sosial. a. Terjadi perubahan sosial yang baik. b. Meningkatnya fasilitas pendidikan, kesehatan, hiburan dll c. Meningkatnya sarana transportasi dan komunikasi d. Berkembangnya organisasi sosial. 3. Aspek Budaya a. Berkembangnya peralatan dan perlengkakpan hidup b. Komunikasi semakin terbuka c. Berubahnya sistim nilai dan norma. d. Penetrasi budaya kota ke desa.
Teori-Teori Interaksi Teori Gravitasi/Kekuatan Interaksi Teori Titik Henti Teori Grafik/Indeks Konektivitas
Teori Gravitasi IA. = Kekuatan interaksi antara region A dan B k = Nilai konstanta empiris, biasanya 1 PA = Jumlah penduduk region A PB = Jumlah penduduk region B dA.B = Jarak mutlak yang menghubung kan region A dan B
Teori Titik Henti DAB = Jarak lokasi titik henti dAB = Jarak antara kota A dan B PA = Jumlah penduduk kota yang lebih kecil (Kota A) PB = Jumlah penduduk kota yang lebih besar (Kota B) (dihitung dari kota terkecil)
Indeks Konektivitas Keterangan : β = Indeks konektivitas e = Jumlah kota dalam suatu wilayah V = Jumlah jaringan jalan yang menghubungkan kota-kota tersebut
Pengaruh Positif Interaksi Desa - Kota Pengetahuan penduduk desa meningkat Penghasil penduduk desa meningkat Terbukanya peluang kerja Terpenuhinya kebutuhan penduduk kota Lancarnya distribusi barang dari desa ke kota dan sebaliknya
Pengaruh Negatif Interaksi Desa - Kota Urbanisasi meningkat Lahan pertanian menyusut Hilangnya kawasan hijau Menurunnya kemampuan lahan (daerah serapan air) Adanya penetrasi budaya kota ke desa Timbulnya kawasan kumuh (slum area) Pembangunan desa melambat
Faktor yang menyebabkan terjadi urbanisasi Faktor Penarik (Pull Factor) Faktor Pendorong (Push Factor)
Faktor Penarik (Pull Factor) Tersedia lapangan kerja Kesempatan untuk melanjutkan pendidikan lebih tinggi Fasilitas hiburan dan pelayanan kesehatan yang lebih lengkap Sarana transportasi yang memadai
Faktor Pendorong (Push Factor) Lahan Pertanian Menyusut Lapangan kerja terbatas Upah pekerja terbatas Fasilitas tidak memadai
Wilayah Formal dan Wilayah Fungsional Wilayah formal adalah wilayah yang dicirikan berdasarkan keseragaman atau homogenitas tertentu. Contohnya keseragaman budaya seperti kesultanan surakarta dan banyumas Wilayah fungsional adalah wilayah yang dicirikan oleh adanya kegiatan yang saling berhubungan antara beberapa pusat kegiatan secara fungsional. Contohnya kota jakarta dengan kota disekitarnya dan wilayah desa dengan kota.
Batas-batas Wilayah Pertumbuhan di Indonesia Wilayah Pembangunan Utama Indonesia Sepuluh Wilayah Pembangunan Indonesia
Wilayah Pembangunan Utama Indonesia Wilayah pembangunan utama A mencakup wilayah pembangunan I dan II yang berpusat di Medan. Wilayah pembangunan utama B mencakup wilayah pembangunan III, IV dan V yang berpusat di Jakarta. Wilayah pembangunan utama C mencakup wilayah pembangunan VI dan VII yang berpusat di Surabaya. Wilayah pembangunan utama D mencakup wilayah pembangunan VIII, IX dan X yang berpusat di Makasar.
Sepuluh Wilayah Pembangunan Indonesia Wilayah pembangunan I meliputi NAD dan SUMUT yang berpusat di Medan. Wilayah pembangunan II meliputi Sumatera Barat dan Riau yang berpusat di Pekanbaru. Wilayah pembangunan III meliputi Jambi, Sumatera Selatan dan Bengkulu yang berpusat di Pelembang. Wilayah pembangunan IV meliputi Lampung, Banten, Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, da Yogyakarta dengan pusat di Jakarta. Wilayah pembangunan V meliputi wilayah Kalimantan Barat.
Wilayah pembangunan VI meliputi daerah Jawa Timur dan Bali yang berpusat di Surabaya. Wilayah pembangunan VII meliputi Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan yang berpusat di Balikpapan dan Samarinda. Wilayah pembangunan VIII meliputi NTB, NTT, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Selatan yang berpusat di Ujung Pandang. Wilayah pembangunan IX meliputi Sulawesi Tengah dan Sulawesi Utara yang berpusat di Manado. Wilayah pembangunan X meliputi daerah Maluku dan Papua yang berpusat di Sorong.
SELESAI