LEGITIMASI POLITIK NEGARA TIM-TENG Hartanto, S.I.P, M.A.

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
Budaya politik di indonesia
Advertisements

MATA KULIAH HI DI TIMUR TENGAH
Kuliah ke 4 Kwn Identitas Nasional.
PUBLIC RELATIONS KONSEP DASAR.
Meningkatkan Rasa Nasionalisme di Era Globalisasi
NEGARA, BANGSA, NEGARA-BANGSA
Peran Amerika Serikat Dalam Demokratisasi Di Timur Tengah
Isyu-isyu penting dalam teori Kepribadian.
Materi kuliah Pemilu dan Perilaku Politik
ILMU NEGARA.
PENDEKATAN DALAM MEMAHAMI BIROKRASI:
MODERNISASI? Agus Satmoko Adi.
KONFLIK AMERIKA VS IRAK:
Peranan Agama Dalam Politik di Timur Tengah -Syiah dan Sunni -Wahabi -Kebijakan Dalam dan Luar Negeri.
TANTANGAN-TANTANGAN PARTAI POLITIK MASA KINI ( Stefano Bartolini dan Peter Mair ) Parpol Berhenti/gagal menjalankan fungsi-fungsi yang merupakan kunci.
PERMASALAHAN POLITIK MODERN
KEKUASAAN POLITIK (THE POWER OF POLITIC)
BAB 08 KEKUASAAN DAN WEWENANG
Mengenal Gerakan Mahasiswa
Pertemuan 2 NEGARA DAN BANGSA Matakuliah: O0032 – Pengantar Ilmu Politik Tahun: 2008.
Pertemuan 11 MODEL-MODEL SISTEM POLITIK Matakuliah: O0032 – Pengantar Ilmu Politik Tahun: 2008.
TEKNIK POLLING DAN OPINI PUBLIK Pertemuan 9
Politik Luar Negeri Indonesia
BAB 4 ETIKA BISNIS 1. ETIKA DALAM ORGANISASI
NEGARA BERKEMBANG DAN SISTEM PEMBAGIAN KERJA INTERNASIONAL BARU
DINAMIKA KEHIDUPAN SOSIAL
LIES RAHMAWATI HARTINI ETI KUDRATI
Dr. Dewi Kurniasih, S.IP.,M.Si.
Pendahuluan: Pandangan tentang Perubahan Sosial
Perubahan Sosial & Dinamika Pemerintahan
Partai Politik & Pemilu
Dr. Dewi Kurniasih, S.IP.,M.Si.
AGAMA DALAM PERUBAHAN SOSIAL
BAB 4 ETIKA BISNIS 1. ETIKA DALAM ORGANISASI
Kerjasama Bilateral Indonesia-Arab Saudi
MEMBUAT MEDIA PENGAJARAN
KONFIGURASI SISTEM GLOBAL
GEOPOLITICS OF ARABIC WORLD The Real Situation in Tunisia
SISTEM EKONOMI Pertemuan 4.
Ayu Purpandini Krismas Suharyati Mona Lumban Siantar Pahroni
Pertemuan 3 KEKUASAAN Matakuliah : O0032 – Pengantar Ilmu Politik
3. Kebijakan Pemerintah dalam bidang keagamaan
BUDAYA POLITIK DI I N D O N E S I A
ANDRIAS DARMAYADI, M.SI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
Demokrasi.
Apa dan Mengapa Demokrasi?
Pengalaman KAPAL Perempuan
SMP Kelas 3 Semester 1 BAB V
Perubahan Sosial Modrenisasi.
Dinamika Pembangunan Desa
BAB 08 KEKUASAAN DAN WEWENANG
Komunikasi Penyuluhan Penyuluh sebagai agen perubahan
1. Konsep Masyarakat Madani Pengertian Masyarakat Madani
“FUNGSI BAHASA MERUPAKAN INDENTITAS PENUTURNYA”
MUNCULNYA NEGARA MODERN
Hak Asasi Manusia Modul 3 Disusun Oleh SUHARSO
MUNCULNYA NEGARA MODEREN
Negara, Demokrasi Dan Dinamika Kekuatan Politik Masa Reformasi
KEBIJAKAN OTONOMI DAERAH FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
Kekuasaan dan wewenang
Hak dan Kedudukan Wanita dalam Islam
NILAI-NILAI DEMOKRASI
Militer dan Budaya Politik Indonesia
BAB 08 KEKUASAAN DAN WEWENANG
Pembangunan Politik Dalam Konteks Hubungan Etnik Di Malaysia
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH.
KEWARGANEGARAAN Ary Handayani 1. Menggali sumber sosiologis & politis tentang pendidikan kewarganegaraan di Indonesia Membangun argumen tentang dinamika.
SOSIOLOGI POLITIK - PROPAGANDA AMERIKA SERIKAT
Masyarakat Multikultural dan Partikularisme Masyarakat.
GLOBALISASI DAN PERUBAHAN KOMUNITAS LOKAL Materi Sosiologi Kelas XII Bab 2. (Kurikulum Revisi 2016) Bagian 3.
Transcript presentasi:

LEGITIMASI POLITIK NEGARA TIM-TENG Hartanto, S.I.P, M.A

Mengapa Legitimasi Legitimasi dalam suatu pemerintahan merupakan hal yang sangat vital dan wajib ada, karena tanpa adanya legitimasi menurut Max Weber sebuah peraturan, rezim, atau sistem pemerintahan akan sulit dan membutuhkan tenaga ekstra untuk mencapai suatu kapabilitas manajemen konflik yang dalam hal ini sangat esensial bagi kestabilan jangka panjang sebuah negara serta pemerintahan yang baik.

Apa itu Legitimasi Hak moral seseorang atau suatu rezim pemerintahan untuk memimpin dan mengatur negaranya dan mendapatkan dukungan serta rasa hormat dari warga negaranya (Hudson. 1997: 1-2)

Mengapa Isu Legitimasi Penting Persoalan legitimasi di negara-negara Arab saat ini merupakan isu sentral pemerintah mengingat akhir-akhir ini banyak terjadi gelombang demonstrasi, pemberontakan atau bahkan kudeta di beberapa negara Arab, sebut saja Tunisia, Mesir, dan Libya yang ketiganya menuntut Presiden masing-masing untuk segera turun jabatan. Lalu di Jordania dan Yaman yang walaupun belum terjadi peristiwa perubahan rezim yang signifikan, namun gelombang demonstrasi yang terjadi sudah dalam skala besar.

Lanjutan Kemudian Arab Saudi yang mau tidak mau juga harus meninjau beberapa peraturannya dan memberi sedikit kelonggaran kepada rakyatnya (khususnya wanita) dalam dunia perpolitikan, demi mencegah demonstrasi serupa terjadi di wilayahya. Jika gelombang kerusuhan dan demonstrasi ini sudah sedemikian banyaknya maka yang patut dipertanyakan apakah para pemimpin dan pemerintah di negara tersebut telah memiliki atau bahkan kehilangan legitimasinya untuk memimpin.

Babak Baru Perpolitikan Arab Dunia perpolitikan Arab saat ini dapat dikatakan memasuki babak baru, setelah sebelumnya berabad-abad hidup dalam sistem monarkhi, tentunya dunia perpolitikan Arab akan sangat sulit jika dihadapkan pada perubahan sistem intenasional yang semakin lama menuntut untuk dilakukan demokratisasi. Permasalahannya disini adalah demokrasi ala barat yang ingin diterapkan bertentangan dengan nilai-nilai identitas yang nantinya akan membangun legitimasi dalam pemerintahan itu sendiri.

Sumber Legitimasi Pemimpin Negara-Negara Arab Adapun sumber legitimasi bagi para pemimpin di dunia Arab menurut Hudson terbagi menjadi dua yakni internal dan eksternal. Sumber legitimasi internal beberapa negara Arab adalah identitas mereka sendiri sedangkan legitimasi eksternal dapat diperoleh dari influence seperti perspektif ancaman, kekuatan, janji dan dukungan dari rezim negara tetangganya. Serta legitimasi juga diberikan kepada mereka yang setia terhadap all Arab concern yakni Palestina (Hudson. 1997: 5).

Permasalahan Legitimasi di Timur- Tengah Untuk menjelaskan permasalahan legitimasi yang ada di negara-negara Timur Tengah Hudson menggunakan tiga pendekatan modernisasi dalam sistem politik model transformasionis, mosaik dan mobilisasi sosial.

Model transformasionis berbicara tentang perubahan mendasar masyarakat dari tingkat tradisional menuju rasional melalui jalan revolusi. Artinya masyarakat Arab sekarang sedang mengalami modernisasi melalui revolusi yang nantinya akan menghapus nilai nilai tradisional dan menubuhkan nilai-nilai baru yang bersifat lebih rasional.

Namun hal ini menjadi suatu tantangan tersendiri bagi negara-negara Arab karena pada kenyataannya nilai-nilai tradisional dalam masyarakat masih sangat kental dan sulit untuk dihapuskan. Namun bukan berarti nilai-nilai baru yang rasional tidak bisa ditumbuhkan karena berdasarkan pandangan Marxis-Liberalis, dasar-dasar fundamental yang kuat nantinya akan dapat menggerakkan kesadaran masyarakat dan mendorong pada munculnya legitimasi yang baru dan rasional (Hudson, 1977: 7-8).

Model kedua adalah mosaik dimana ia sangat bertentangan dengan model pertama diatas dan memandang bahwa revolusi yang menghasilkan legitimasi yang baru dan rasional itu tidak mungkin terjadi, kecuali jika dengan menggunakan kekuatan yang besar dan usaha-usaha yang brutal dan koersif. Sebaliknya ia menganggap bahwa nilai- nilai primordial akan akan terus ada di tengah-tengah pusaran modernisasi dan dikendalikan oleh pihak-pihak yang memiliki kekuatan besar (Hudson, 1977: 9).

Kemudian model yang ketiga yakni mobilisasi sosial yang memandang bahwa modernisasi merupakan hal yang kontradiktif kadang berguna dan kadang malah memperburuk legitimasi. Dikatakan berguna ketika modernisasi semakin menuntut adanya integrasi politik dalam negeri yang sejalan dengan perkembangan ekonomi, media massa, pendidikan, urbanisasi dll yang kesemuanya itu mengarah pada politisasi institusi publik dan nantinya membutuhkan pembagian elit untuk mengatur berbagai bidang.

Ketika elit semakin berintegrasi dengan masyarakat dalam hal peng-akomodasi-an berbagai bidang maka legitimasi akan semakin mudah dicapai. Sebaliknya modernisasi juga dapat menghambat legitimasi, ketika akibat perkembangan sistem informasi banyak muncul kelompok- kelompok yang mengatasnamakan etnis, agama, bahasa dll hal ini tentu dapat melelemahkan legitimasi pemerintah itu sendiri (Hudson, 1977:12).

Secara garis besar legitimasi yang didapat oleh para pemimpin Arab didapatkan dari proses tradisi, positive affectual, kepercayaan rasional terhadap suatu nilai, emosi dan pengakuan terhadap legalitas. Namun yang paling banyak digunakan adalah legitimasi berdasarkan kekuasaan yang legal. Ke’legal’an ini biasanya berdasarkan nilai-nilai islam yang sudah sekian lama terintegrasi dalam sistem pemerintahan dan kehidupan sosial kemasyarakatan, sehingga agama seringkali dijadikan alat untuk menyatakan legitimasi suatu pemerintahan (Hudson, 1977: 17).

Adapun strategi yang dilakukan untuk membangun legitimasi adalah dengan cara personal, ideologis dan struktural. Cara-cara personal yang dimaksud disini seperti ke’tokoh’an yang kuat dan dicintai masyarakat, contoh Ayatollah Khomeini di Iran yang menjadi simbol kebanggaan dan semangat masyarakat setempat.

Kemudian secara ideologi, legitimasi juga dibangun melalui Islam yang mana merupakan agama sekaligus ideologi dalam sistem perpolitikan negara Arab. Kemudian secara struktural berarti legitimasi yang dibangun berdasarkan susunan prosedur bagi para pengikutnya. Hal ini tidak dapat dipungkiri memiliki peran yang cukup signifikan karena terbukti bahwa keberhasilah birokrasi (struktur pemerintahan) dalam mengatur masyarakatnya dapat dijadikan dasar legitimasi untuk kembali memimpin negara tersebut (Hudson, 1977:19).

Simpulan legitimasi di negara-negara Arab memang sulit untuk dicapai mengingat komponen masyarakat yang begitu plural dan heterogen serta cenderung etnosentris. Hal ini diperparah dengan kenyataan bahwa identitas bangsa dan etnis mereka yang belum jelas dan saling tumpang tindih. Belum lagi di dalam negara-negara Arab banyak kelompok-kelompok subnasional ataupun supranasional yang juga turut menghambat legitimasi pemerintahan setempat seperti Hamas di Palestina, Taliban di Afghanistan dan lain sebagainya.

Kuis Saat ini timur tengah kembali lagi menjadi topic pembicaraan yang hangat. Setelah keberhasilan pendudukan Amerika di Irak, timur tengah seperti menjadi objek berita yang tidak akan pernah berhenti. Salah satunya ialah mengapa di timur tengah selalu terjadi problems tentang legitimasi politik bagi pemerintahan yang berkuasa. Ada apa dengan legitimasi politik tersebut, apa penyebab rakyat di Negara-negara timur-tengah sangat sulit memberikan pengakuan pada penguasa yang memerintah di kawasan timur tengah. Cobalah kalian identifikasi mengapa legitimasi politik di Irak sulit terjadi.