PERTANIAN PERTEMUAN 8 Powerpoint Templates.

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
SISTEM PEREKONOMIAN FENARO Rai.E - Mak.
Advertisements

STRATEGI POKOK Kebijakan Fiskal Kebijakan Perbankan/Keuangan
Data produksi ( ) • Produksi padi, pada tahun 2007 mencapai 57,05 juta ton gabah kering giling (GKG) atau mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya.
TABEL INPUT OUTPUT REGIONAL.
Kerangka Dasar dan Manfaat Tabel I-O, asumsi dan Keterbatasannya
Makalah Kunci (Keynote Speech)
Pengangguran Pertemuan 9.
Workshop Rehabilitasi & Rekonstruksi Usaha Peternakan Sapi
PERTANIAN DAN INDUSTRI
B. Kombaitan dan Ridwan Sutriadi
Pengantar Ilmu Ekonomi
KEBIJAKAN PUBLIK.
Contoh Kasus Kebijakan Pertanian di Indonesia
ALIRAN STRUKTURALIS Adalah aliran pengembangan ide dasar sosialisme yang muncul di akhir 1940 dan 1950an. Teori strukturalis percaya bahwa pembangunan.
MASALAH POKOK PEMBANGUNAN
Pengangguran di Indonesia
KEBIJAKAN DAN REVITALISASI PERTANIAN
Bahan Kuliah Pembangunan Pertanian
PERTANIAN DALAM PEREKONOMIAN NEGARA
Pertumbuhan Ekonomi, Perubahan Struktur Ekonomi dan Krisis Ekonomi
ANALISIS DAN PEMANFAATAN TABEL IO ANALISIS DAMPAK
KEBIJAKAN EKONOMI MAKRO DAN MIKRO Eny Lia purwandari A
Teori Makro Ekonomi Perekonomian Terbuka
Pertemuan 8 Perkembangan Sektor Pertanian
Kebijakan Sektor Pertanian dan Pertambangan di Indonesia
SEKTOR PERTANIAN.
PEMBANGUNAN SEKTOR PERTANIAN DI INDONESIA
Berita Resmi Statistik
Peranan Pertanian di Dalam Pembangunan Ekonomi
PERANAN DAN KEDUDUKAN AGRIBISNIS DALAM PEREKONOMIAN NASIONAL
PANGAN Segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan bagi konsumsi manusia, termasuk.
Peranan Usaha Mikro, Usaha Kecil Dan Menengah (UMKM)
STIE DEWANTARA ASPEK EKONOMI & SOSIAL Studi Kelayakan Bisnis, Sesi 8.
KEBIJAKAN PERDAGANGAN DI NEGARA-NEGARA BERKEMBANG DAN MAJU
Strategi Pembangunan Pertanian di Indonesia
Garapan Drs. Puji Suharjoko
Gambaran Umum Ekonomi Internasional
PENYEDIAAN DAGING NASIONAL
Pendapatan Nasional, Pertumbuhan dan Struktur Ekonomi
PENYUSUN KELOMPOK 11 Indun Ifana ( ) Ahmad Burhanudin ( ) Mohammad Setian ( ) Devie Erwine P ( ) Abdu Rofi’ud.
MODEL PEREKONOMIAN EMPAT SEKTOR
PERUBAHAN DAN PERTUMBUHAN STRUKTUR EKONOMI INDONESIA
Teori Makro Ekonomi Perekonomian Terbuka
PERDAGANGAN INTERNATIONAL
KONDISI SOSIAL EKONOMI PERTANIAN DI INDONESIA
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
PEMBANGUNAN PERTANIAN
PERDAGANGAN INTERNASIONAL
Definisi dan Arti Penting Agroindustri
MODEL PEREKONOMIAN EMPAT SEKTOR
Rapat Panitia Anggaran DPR RI Tentang Asumsi Makro APBN 2009 dan RAPBN 2010 Bank Indonesia Jakarta, 1 Juni 2009.
Peranan Pertanian dalam Pembangunan Perekonomian Di Indonesia
PERDAGANGAN INTERNASIONAL
MODEL PEREKONOMIAN EMPAT SEKTOR
BAHAN AJAR EKONOMI Kelas X Semester 2.
NERACA PEMBAYARAN KURS VALUTA ASING DAN PERTUMBUHAN EKONOMI
Peran dan Perkembangan Agribisnis di Indonesia
SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEMBANGUNAN DI INDONESIA
PERANAN PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI NASIONAL
PEREKONOMIAN TERBUKA (OPEN ECONOMY)
PERANAN PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN
Industri pangan berbasis hasil UNGGAS
Peranan Sektor Industri di Indonesia
Agribisnis dalam Perekonomian Indonesia
PENGANTAR EKONOMI MAKRO
PERDAGANGAN INTERNASIONAL
KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MENGHADAPI MASALAH EKONOMI
MK :Manajemen Agrobisnis SKS : 2/1 Dosen : Dr. Ir. Rini Widiati, MS
EKONOMI MIKRO dan EKONOMI MAKRO STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR MATERI PEMBELAJARAN.
PEMBANGUNAN PERTANIAN
Transcript presentasi:

PERTANIAN PERTEMUAN 8 Powerpoint Templates

Peranan Sektor Pertanian Menurut Simon Kuznets (1964), pertanian di negara sedang berkembang (Low Developing Countries/LDCs) memiliki empat kontribusi terhadap pertumbuhan dan pembangunan ekonomi nasional, yaitu: Ekspansi dari sektor-sektor ekonomi lainnya sangat bergantung pada pertumbuhan output di sektor pertanian, baik dari sisi permintaan maupun dari penawaran. Kuznet menyebutnya sebagai kontribusi produk Pertanian berperan sebagai sumber penting bagi pertumbuhan permintaan domestik bagi produk-produk dari sektor-sektor ekonomi lainnya. Kuznet menyebutnya kontribusi pasar. Sebagai suatu sumber modal untuk investasi di sektor-sektor ekonomi lainnya. Dalam proses pembangunan ekonomi terjadi transfer surplus tenaga kerja dari pertanian (pedesaan) ke industri dan sektor-sektor perkotaan lainnya. Kuznet menyebutnya kontribusi faktor-faktor produksi.

Sektor Pertanian Sub sektor: Sub sektor bahan makanan. Subsektor perkebunan. Sub sektor kehutanan. Sub sektor peternakan. Sub sektor perikanan.

Sub sektor bahan makanan Produksi Konsumsi Kebijaksanaan padi/beras

Sub sektor perkebunan Pola Perusahaan Inti Rakyat (PIR). Pola Unit Pelayanan Pengembangan (UPP). Pola Swadaya. Pola Perusahaan Perkebunan Besar.

Sektor Kehutanan Berdasasrkan tata guna: Hutan lindung. Hutan produksi terbatas. Hutan produksi tetap. Hutan produksi yang dapat dikonversi.

Sub sektor Peternakan Peternakan rakyat: Skala usaha kecil dan modal terbatas. Teknologi sederhana dan pengelolaan tradisional. Bersifat padat karya dan berbasis keluarga serumah. Produktivitas dan mutu produk rendah.

Sub sektor Perikanan Kenaikan produksi perikanan: Pertambahan jumlah rumah tangga perikanan. Produktivitas.

Sebagai sumber penting bagi surplus neraca perdagangan (sumber devisa), baik lewat ekspor hasil-hasil pertanian maupun peningkatan produksi pertanian dalam negeri menggantikan barang impor (substitusi impor). Kuznet menyebutnya kontribusi devisa. 1. Kontribusi Produk Kontribusi produk pertanian terhadap PDB diukur dengan rumus: PDB = Pp + PNP

Di dalam perekonomian terbuka, besarnya kontribusi produk terhadap PDB dari sektor pertanianbaik lewat pasar maupun lewat keterkaitan produksi dengan sektor-sektor non pertanian, misalnya industri manufaktur juga sangat dipengaruhi oleh kesiapan sektor itu sendiri dalam menghadapi persaingan dari luar. Dari sisi pasar, produk pertanian Indonesia di pasar domestik dibanjiri oleh produk luar (impor), sedangkan dari sisi keterkaitan banyak produk manufaktur yang kesulitan mendapatkan bahan baku, padahal produk tersebut berlimpah namun lebih ditujukan untuk memenuhi kebutuhan ekspor karena harga jualnya kompetitif.

 2. Kontribusi Pasar Kontribusi pasar untuk produk pertanian dibandingkan sektor nonpertanian tergantung pada: Pertama, dampak dari keterbukaan ekonomi dimana pasar domestik juga diisi dengan barang-barang impor. Jenis teknologi yang digunakan di sektor pertanian yang menetukan tingkat mekanisasi dan modernisasinya.

3. Kontribusi faktor-faktor produksi Kontribusi faktor-faktor produksi di ukur dengan produktivitas. Jika sektor pertanian mengalami kelebihan supply tenaga kerja, maka ada kecenderungan mereka beralih ke sektor industri. Hal ini mengakibatkan produktivitas di sektor pertanian semakin menurun digantikan oleh peran sektor industri yang makin meningkat. Untuk meningkatkan kontribusi sektor pertanian harus terjadi surplus di sektor pertanian dengan cara meningkatkan kinerja (teknologi, infrastruktur, SDM), meningkatakan permintaandi mana mereka mampu menditingkatkan sisi permintaan, serta nilai tukar antara produk pertanian dan non pertanian.

4. Kontribusi Devisa Kontribusi sektor pertanian terhadap peningkatan devisa ditunjukkan dengan peningkatan ekspor atau pengurangan tingkat ketergantungan terhadap impor komoditi pertanian. Namun harus tetap menambah kapasitas produksi dan meningkatkan daya saing produk agar tidak terjadi trade-off di pasar domestik. Kinerja dan Peran Sektor Pertanian di Indonesia Pangsa produk pertanian terhadap PDB pada tahun 1993 sebesar 17,9%, turun menjadi 16,4% tahun 2001. sebaliknya sektor industri meningkat dari 22,3% menjadi 26,0% pada tahun yang sama. Dari sisi produk, komoditas pertanian yang dihasilkan dan berhasil diekspor cukup banyak, namun dilihat dari total ekspor nasional, kontribusi pertanian terhadap ekspor nasional sangat kecil. Tahun 2002 hanya 4,47%, bila dibandingkan dengan industri sebesar 69,0%. Dari sisi kontribusi terhadap kesempatan kerja, pada tahun 1980-an sektor pertanian menyerap lebih dari 50% tenaga kerja (31,6 juta) pada tahun 90-an menjadi 40,7 juta.

Dalam masalah ketahanan pangan, produk pertanian Indonesia saat ini ternyata belum dapat memenuhi permintaan domestik terhadap bahan pangan terutama beras. Peningkatan jumlah kebutuhan pangan berkorelasi positif dengan peningkatan jumlah penduduk, tingkat pendidikan dan kesadaran akan gizi. Berdasarkan perkiraan Husodo (2002), kebutuhan pangan per kapita selama satu tahun pada tahun 2001 mencapai 133 kg (beras). Ini belum ditambah dengan kebutuhan lain seperti ikan, ayam, daging, telur, dan sebagainya. Dalam 10 – 20 tahun terakhir, ketergantungan negara-negara sedang berkembang (LDC’s) terhadap impor pangan semakin tinggi.

Menurut data FAO, impor pangan LDC’s tahun 1995 sekitar 170 juta ton, dan diperkirakan akan meningkat menjadi 270 juta ton pada 2030. Dalam hal beras, setiap tahunnya Indonesia harus mengimpor beras 2 juta ton. Selain itu, tingkat ketergantungan terhadap impor atas beberapa komoditi pangan lainnya seperti kedelai, jagung, gula pasir, sayuran, dan buah-buahan juga semakin tinggi. Hal ini berakibat pada neraca perdagangan pertanian Indonesia atas produk tersebut selalu negatif.