PENGEMBANGAN BUDAYA KOTA TANGERANG Fakultas Ilmu Komunikasi Disampaikan di Bappeda Kota Tangerang 7 Desember 2009 Oleh : Dr. Eko Harry Susanto, M.Si ekohs@centrin.net.id Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara Jakarta
PENGEMBANGAN BUDAYA KOTA TANGERANG Perkembangan yang pesat harus diikuti dengan tindakan responsif terhadap kebutuhan dan perubahan dalam masyarakat. Pemerintah kota diharapkan memiliki rencana pebgembangan budaya yang dinamis, yang dapat menjawab kebutuhan masyarakat.
PENGEMBANGAN BUDAYA KOTA TANGERANG Kebudayaan merupakan semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat. (Soerjono Soekanto, 1998). Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan fisik maupun material diperlukan untuk menguasai alam sekitarnya, demi kepentingan masyarakat.
Pengembangan Budaya Pengembangan budaya berpijak kepada komitmen untuk menerapkan pendekatan kebudayaan yang humanis (FISIP UI - 2009) Peduli terhadap aspirasi dan potensi budaya masyarakat lokal sebagai modal untuk mendukung kesejahteraan rakyat
Pengembangan Budaya Pengembangan budaya yang menghasilkan orientasi yang mampu mendorong partisapasi masyarakat dalam pemeliharaan budaya berkelanjutan.
Fokus Pengembangan Budaya Melaksanakan Gerakan Sadar Budaya dan Kampanye Hidup dalam Kemajemukan Penyelenggaraan Pertemuan dan Dialog Budaya Pengembangan Media Kebudayaan
Fokus Pengembangan Budaya Penghargaan kepada media yang peduli terhadap budaya Kota Tangerang Penulisan Sejarah Kota Tangerang Penyelenggaraan Festival Kesenian dalam skala lokal, nasional maupun internasional
Fokus Pengembangan Budaya Pertukaran para pegiat kebudayaan di tingkat nasional maupun internasional Pemugaran dan pemeliharaan Benda Cagar Budaya dan pembangunan lanjutan gedung bersejarah lainnya (Sumber : Adaptasi dari Pembangunan Kebudayaan Bappenas – 2005)
KESADARAN BUDAYA DAN KEMAJEMUKAN Dalam konteks pengembangan Kebudayaan Kota Tangerang Salah satu faktor yang diharapkan mampu mendukung pengembangan budaya adalah, kesadaran budaya dan hidup dalam bingkai kemajemukan
Kompleksitas Kemajemukan Perkembangan teknologi transportasi, komunikasi dan informasi mengakibatkan mobilitas masyarakat tinggi. Akses informasi terbuka, orang dapat berinteraksi dengan budaya lain dan Informasi bersifat inklusif (Samovar dan Mc. Daniel -2007) 10
Kompleksitas Kemajemukan Migrasi terjadi dengan pesat. Bangsa – bangsa di dunia mengalami diaspora karena berbagai faktor sosial, ekonomi dan politik Sekat geografis, etnik, jarak dan waktu diikat oleh kepentingan konsumerisme
Kompleksitas Kemajemukan Kontak Antar Budaya Kontak Antar Kultur, sejalan dengan tuntutan kebutuhan dari setiap kelompok budaya. Kelompok budaya memiliki karakteristik berbeda dalam mempercayai nilai – nilai ketika berinteraksi Budaya bisa tampak dari sikap, perilaku, komunikasi verbal dan non verbal
Kompleksitas Kemajemukan Hubungan dan interaksi domestik semakin meningkat dalam satu wilayah, akibat masuknya kelompok masyarakat dalam sub kultur. Kultur baru dan sub kultur mempengaruhi perilaku dalam interaksi Kultur atau sub kultur baru bisa tampak dalam satu wilayah kelompok etnik
Kompleksitas Kemajemukan Setting wilayah dan kultural Berbagai Situasi dalam interaksi berpengaruh terhadap perubahan dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat pendatang. Masyarakat setempat juga mengadopsi nilai – nilai dari pendatang. Pengaruh interaksi antar budaya tampak dalam sistem pendidikan, keluarga dan tempat kerja
Interaksi Berbasis Budaya Dalam keanekaragaman budaya diperlukan kontak antar manusia yang berbasis kepada kebudayaan Pola semacam ini sering dikaitkan dengan Komunikasi Antar Budya, yang menitikberatkan pada hubungan antar kelompok etnik 15
Interaksi Berbasis Budaya Komunikasi Antar Budaya adalah komunikasi yang terjadi diantara orang - orang yang berbeda budaya. Lingkup budaya dalam interaksi terikat oleh kesadaran internasional, domestik dan pribadi
Interaksi Berbasis Budaya Perbedaan budaya terkait dengan nilai, sikap, kepercayaan, worldview dan organisasi sosial Budaya dalam arti luas segala hasil kegiatan manusia dengan manusia lainnya ataupun dengan lingkungannya 17
Interaksi Berbasis Budaya Kesadaran Internasional adalah adaptif terhadap pengaruh globalisasi. Bukan berarti selalu menerima tetapi bisa menolak yang negatif Kesadaran domestik adalah kesediaan menerima kelompok lain yang sejalan Kesadaran individual dalam interaksi antar budaya adalah kesediaan individu menerima atau memberikan nilai – nilai budaya yang bermanfaat terhadap kelompok lain 18
Interaksi Berbasis Budaya Pluralisme dalam skala domestik maupun internasional adalah representasi dari komunikasi intercultural yang berjalan dengan baik. Pluralime menghadapi tantangan ketika masyarakat merasa bahwa nilai – nilai yang dianut tidak sejalan dengan etnik l dari budaya yang berbeda. 19
Interaksi Berbasis Budaya Semangat eksklusivisme dan etnosentrisme tidak menghasilkan interaksi dan komunikasi komunikasi interkultural yang efektif. Eksklusivisme adalah nilai sikap tidak mau berbaur, karena merasa nilai yang dimiliki lebih unggul Etnosentrisme merupakan sikap dan perilaku, yang menganggap etniknya paling unggul 20
Keanggotaan Kelompok Budaya (Young Yun Kim-1994) World Regions Nations Ethnic/ Racial Groups Sociological Groups Individuals
Keanggotaan Kelompok Budaya (Young Yun Kim-1998) Keanggotaan Dalam Kelompok Budaya terdiri dari : Individu – Individu yang memiliki perilaku egosentris sesuai dengan karakteristiknya Kelompok Kelompok Social merupakan tingkatan dimana kelompok budaya individu sebagai anggotanya.
Keanggotaan Kelompok Budaya (Young Yun Kim-1998) Budaya dalam Kelompok Etnik atau Ras, merupakan rujukan dari kelompok sosial yang ada dibawahnya. Nations sebagai tingkatan budaya nasional sebagai referensi kelompok – kelompok etnik yang ada. World Regions merupakan sistem global, budaya bangsa – bangsa di dunia sebagai anggotanya.
Keanggotaan Kelompok Budaya (Young Yun Kim-1998) Konteks Sosial dalam Interaksi Antar Budaya Business/ Organizational Context Therapeutic / Conseling Context Political Context Technology Transfer/ Development Context Immigrant Acculturation Context Sojourner Adjustment Context Educatinal Context
Konteks Sosial dalam Interaksi Antar Budaya Bisnis dan organisasi Politik Akulturasi para imigran Konteks Pengaturan Tempat Tinggal Konteks Pendidikan Tranfer Teknologi dan Pembangunan Terapi dan Konseling
Pengembangan Manusia Antar Budaya Penggunaan bahasa nasional, dan tidak memaksakan penggunaan bahasa daerah. Penyajian kebudayaan (kesenian), yang adil melalui media elektronik nasional. Sosialisasi yang merata di lembaga pendidikan dan kantor, untuk menerima mahasiswa, pegawai dari berbagai etnik.
Pengembangan Manusia Antar Budaya Melaksanakan kontak antar suku etnik melalui kegiatan (misalnya olahraga, kesenian) Perkawinan antar suku, sepanjang ada kecocokan Pembangunan daerah yang merata. Jangan ada daerah yang merasa ditelantarkan. (Deddy Mulyana, 2008)
Penghambat Interaksi Antar Budaya Menurut Samovar, Porter dan Jain, (1981 : 192-200 : Perbedaan tujuan berkomunbikasi. Maksudnya, ketika seseorang mau berkomunikasi sudah memiliki tujuan ataupun kemauan berbeda. Misalnya, Satu orang ingin menyelesaikan masalah, lainnya justru tidak mau menyelesaikan masalah
Penghambat Interaksi Antar Budaya Etnosentrisme Menganggap bahwa etniknya lebih baik, dalam berbagai sifat dan perilaku dibandingkan dengan etnik lain. Ketidakpercayaan (lack of trust) Tidak percaya terhadap kelompok lain,karena berdasarkan pengalaman ataupun hanya mendengar dari orang lain saja.
Penghambat Interaksi Antar Budaya Penarikan Diri (Withdrawl) Menarik diri dari interaksi atau komunikasi, karena merasa ada perbedaan dalam berbagai hal, seperti sikap dan perilaku. Ketiadaan Empati Maksudnya,tidak bisa merasakan dalam posisi sebagai orang dari kelompok etnik maupun bangsa yang berbeda.
Penghambat Interaksi Antar Budaya Stereotip Adalah menilai seseorang, secara emosional, dengan menggeneralisir, atau menganggap semua orang dari kelompok itu sama sifat dan perilakunya. Jarak kekuasaan. Merupakan, jarak yang terjadi akibat adanya kekuasaan yang berbeda. Misalnya : orang atau kelompok yang memiliki kekuasan, bisa menjaga jarak dengan kelompok lain.
Penghambat Interaksi Antar Budaya Prasangka. Manifestasinya : Antilocution : mendiskusikan kelompok lain dari segi negatifnya Avoidance : menghindar dari kelompok yang tidak disukai. Discrimination : Mengucilkan kelompok tertentu dalam pergaulan dan interaksi sosial, ekonomi maupun politik,karena ketidaksukaan.
Penghambat Interaksi Antar Budaya Prasangka. Manifestasinya : Antilocution : mendiskusikan kelompok lain dari segi negatifnya Avoidance : menghindar dari kelompok yang tidak disukai. Discrimination : Mengucilkan kelompok tertentu dalam pergaulan dan interaksi sosial, ekonomi maupun politik,karena ketidaksukaan.
Penghambat Interaksi Antar Budaya Prasangka. Manifestasinya : Violence, serangan fisik terhadap orang atau kelompok lain, karena emosi yang meningkat Extermination, pemusnahan satu per satu atau secara massal terhadap kelompok yang tidak disuakai
Penghambat lain Dalam Pengembangan Budaya Mentalitas Masyarakat Statik : Orientasi kebelakang, lebih terpukau oleh masa lampau, kurang tanggap terhadap masa depan yang lebih faktual sebagai tantangan Fatalistik, Menyerah pada nasib, inipun produk dari sejarah kemiskinan dan kesengsaraan umumnya yang kronis. Menimbulkan ketidakpercayaan diri dan ketergantungan yang besar terhadap entitas – entitas dominan
Penghambat lain Dalam Pengembangan Budaya Kurang inovatif dan kreatif. Sulit berinovasi dan berkreasi bagi kesejahteraan masyarakat secara luas Sifat indolent, lamban atau malas, banyak orang tidak merasa dikejar waktu . Tidak menghargai waktu, atau menguasai waktu berjalan linier pula dengan pemikiran diakronik ataupun cyclus.
Penghambat lain Dalam Pengembangan Budaya Menilai tinggi dan mempertahankan adat istiadat dan aturan serta prosedur (yg negatif) Kurang sadar mutu , karena terlampau terpikat pada apa yang sudah ada dan dianggap terbaik, maka mentalitas bekerja asal selesai dan asal ada hasilnya sangat menonjol.
Penghambat lain Dalam Pengembangan Budaya Sikap tertutup, kurang terbuka pada yang lain atau yang datang dari luar merupakan sikap dan perilaku yang khas. Pikiran atau pandangan dan cara – cara alternatif sebagai bahan pengambilan keputusan kurang dikenal dan agak sulit meyakinkan pada orang bermentalitas tradisionalistik.
Penghambat lain Dalam Pengembangan Budaya Mentalitas kebersamaan sangat menonjol dibanding individual, memang mengandung nilai – nilai yang baik . Namun bisa berpotensi menimbulkan Konformisme, penyakit ketergantungan dan mematikan sikap kemandirian.
Strategi Meningkatkan Interaksi Antar Budaya Pahami diri sendiri (know yourself) Memahami diri sendiri penting untuk melakukan komunikasi dengan kelompok lain. Dengan demikian, dia bisa memposisikan diri dan tidak canggung dalam berinteraksi dengan kelompok lain
Strategi Meningkatkan Interaksi Antar Budaya Penggunaan bahasa yang sama Jika ingin hubungan antar budaya berjalan lancar, harus menggunakan bahasa (dalam arti luas) yang sama dengan kelompok lain. Atau jika bahasanya memang sudah sama, gunakan maksud yang sama ketika berhubungan dengan kelompok lain.
Strategi Meningkatkan Interaksi Antar Budaya Sediakan waktu (take time) Sediakan waktu untuk memahami karakter orang lain, sehingga tidak menilai dari aspek negatif saja. Selain itu, berikan kesempatan kepada orang dari kelompok lain untuk berbicara. Dengan demikian dapat diketahui maksudnya.
Strategi Meningkatkan Interaksi Antar Budaya Perhitungan Setting Dalam komunikasi dengan kelompok lain harus memperhitungkan situasi dan kondisi yang berlaku di kelompok lain. Tingkatkan Kemampuan Berkomunikasi (communication style) Usahakan terus meningkatkan kemampuan berkomunkasi, dengan memepelajari bahasa dan budaya kelompok lain
Strategi Meningkatkan Interaksi Antar Budaya Tumbuhkan Umpan Balik Membuka kesempatan kepada kelompok lain, agar memberi umpan balik. Jadi tidak mendominasi pembicaraan Kembangkan Empati Mengembangkan empati, dengan memposisikan diri sendiri sebagai orang dari kelompok lain penting untuk meningkatkan hubungan
Strategi Meningkatkan Interaksi Antar Budaya Perhatikan kesamaan dari budaya yang berbeda Jika ingin meningkatkan interaksi antar budaya, gunakan kesamaan agar hubungan dengan kelompok lain lebih erat. Tidak mempersoalkan perbedaan yang terdapat di kelompok lain.
Strategi Meningkatkan Interaksi Antar Budaya Tanggung jawab etis Etika dalam berkomunikasi dengan kelompok lain perlu dijaga, mengingat pelanggaran terhadap etika berbicara akan berakibat buruk. (Samovar dan Porter, 1988) Jika etika Komunikasi kelompok lain tidak diketahui. Gunakan etika yang universal, yang intinya menghormati ketika orang lain berbicara.
Diskusi Dalam merumuskan , mengkoordinasikan, melaksanakan pengembangkan kebudayaan, selayaknya mengaitkan dengan hakikat kemajemukan masyarakat, yang sangat kental di Kota Tangerang.
Diskusi Eksistensi keanekaragaman etnik, pada satu sisi merupakan kekuatan dalam pengembangana budaya, tetapi jika tidak dikelola dengan baik justru akan menimbulkan dampak m negatif.
Diskusi Pengembangan budaya harus selaras dengan aspirasi dan karakter masyarakat yang beragam. Bukan berarti semua kemauan harus diakomodasikan, tetapi setidak – tidaknya, dalam kebiijakan pengembangan budaya tetap memperhatikan kebhinekaan .
Penutup Pengembangan Kebudayaan merupakan salah satu daya pendukung terhadap eksistensi keberhasilan pemerintahan Kota Tangerang JIka pengembangan budaya, terintegrasi dengan bidang lain, maka pelayanan publikpun akan semakin baik.
Referensi Buku Kim, Young Yun.1994. “Searching for Creative Integration”, Methods for Intercultural Communication Research, William B. Gudykunst and Young Yun Kim, Sage Publication Mulyana, Deddy. 2008. “Menjadi Manusia Antar Budaya” , dalam Komunikasi Antar Budaya, Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat, Bandung : Rosda Karya. Samovar, Larry A and Richard E. Porter .1988. Communication Between Culture, Belmonth - California : Wadsworth Publishing Company Samovar, Larry A, Ricahard E. Porter & Edwin R.Mc.Daniel.2007. Communication Between Culture, Sixth Edition, Australia : Thomson – Wadsworth International Student Edition. Soekanto, Soerjono. 1998. Sosiologi.Jakarta : UI Press
Dokumen Lain FISIP – Universitas Indonesia. 2009. Panduan Program Studi Pascasarjana Bappenas. 2005. Pembangunan Sosial Budaya Keputusan Walikota Tangerang No. 15 Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Perencanaan Pembangunan Daerah