BERFIKIR dan SIKAP ILMIAH BERBAGAI GAYA BERFIKIR Gaya berfikir yg dpt dikaitkan dg metode ilmiah dianggap sbg alat ampuh utk mencari dan mendptkan kebenaran. Ada beberapa gaya berpikir ilmiah Rasionalisme (bukti struktur formal) Eksistensialisme (proses informasi) Idealisme (pemikiran yg sangat interpretatif) Emperisme (dpt diamati, data konkrit)
Rasionalisme. Penalaran merupakan sumber pengetahuan utama Rasionalisme. Penalaran merupakan sumber pengetahuan utama. Penalaran adalah kemampuan berfikir menurut suatu alur kerangka berfikir tertentu. Kaum rasionalis menggunakan metode deduktif dalam menyusun pengetahuannya. Existentialism seeks authentic existence rather than certain knowledge. Emperisme. Fakta yg tertangkap lewat pengalaman manusia merupakan sumber kebenaran. Pengetahuan manusia bukan didptkan lewat penalaran rasional yg abstrak tetapi lewat pengalaman yg kongkrit. Gejala-gejala alamiah menurut anggapan kaum emperis adalah bersifat konkret dan dpt dinyatakan lewat tangkapan pancaindera manusia. Idealisme. Premis yg digunakan dalam penalarannya didptkan dari ide yg menurut anggapannya jelas dan dpt diterima.
PROSES BERFIKIR/PENALARAN Penalaran adalah proses berfikir yg membuahkan pengetahuan. Agar pengetahuan yg dihasilkan mempunyai dasar kebenaran maka proses berfikir hrs dilakukan dg cara tertentu. Suatu penarikan kesimpulan baru dianggap sahih (valid) kalau proses penarikan kesimpulan tsb dilakukan menurut cara tertentu. Cara penarikan kesimpulan yg umum adalah menggunakan logkan induktif dan deduktif. Pengertian yg disampaikan tsb melalui dua cara yaitu eksposisi dan argumentasi. Eksposisi terdiri dari pernyataan deskriptif yg tdk disertai alasan-alasan. Argumentasi memungkinkan utk memberi penjelasan, arti, pembelaan, menantang dan menjajaki pengertian.
INDUKSI DAN DEDUKSI Deduksi. Cara berfikir menggunakan pernyataan yg bersifat umum ditarik kesimpulan yg bersifat khusus (matematika disusun secara deduktif). Deduksi merupakan bentuk inferensi yg bertujuan utk menarik kesimpulan sbg akibat dari alasan-alasan (premis) yg diajukan yg mencerminkan suatu suatu bukti. Alasan yg digunakan utk menarik kesimpulan hrs sesuai dg kenyataan (benar). Kesimpulan tdk dibenarkan secara logis kalau; 1) satu atau lebih premis tdk benar, 2) bentuk argumentasi tdk sahih. Penggunaan deduksi membutuhkan pelatihan yg teratur.
INDUKSI DAN DEDUKSI Induksi. Cara berfikir utk menarik suatu kesimpulan yg umum dari berbagai kasus yg bersifat khusus individual. Melakukan induksi adalah menarik kesimpulan dari satu atau lebih fakta-fakta atau bukti-bukti. Kesimpulan menjelaskan fakta dan fakta mendukung kesimpulan.
Gabungan induksi dan deduksi Induksi timbul waktu kita mengamati suatu fakta dan bertanya-tanya –mengapa demikian ?. sbg jawaban dpt diajukan penjelasan sementara (hipotesis). Deduksi adalah proses kita menguji hipotesis apakah dpt menjelaskan fakta. Contoh sederhana: Anda menekan tombol lampu dan lampu tdk menyala. Anda bertanya mengapa lampu tdk menyala ? Anda menarik kesimpulan (hipotesis) utk menjawab pertanyaan dan menjelaskan fakta bahwa bola lampunya putus. Anda menggunakan hipotesis tsb utk menyimpulkan (deduksi) bahwa lampu tdk menyala waktu tombol lampu ditekan. Dari pengalaman diketahui bahwa bola lampu yg putus tdk dpt menyala.
FAKTA 1 ? HIPOTESIS FAKTA 2 induksi deduksi deduksi Fakta 1 = menekan tombol lampu dan lampu tdk menyala ? Fakta 2 = lampu baru menyala bila tombolnya ditekan
FAKTA 1 FAKTA 2 FAKTA 3 HIPOTESIS ? induksi deduksi deduksi Fakta 1 = hasil kerja buruk Fakta 2 = selalu terlambat masuk Fakta 3 = kunjungan per hari dibawah rata-rata kinerja
SIKAP ILMIAH Peralatan berfikir otak Sikap ilmiah jiwa Sikap ilmiah merupakan operasionalisasi dari sifat ilmiah yg dimiliki seseorang pekerja ilmiah. Sikap dan sifat ilmiah tsb menggambarkan dan merupakan manifestasi jiwa. Bersikap berarti mandiri, oleh karena itu dpt diharapkan dari seseorang yg memiliki sikap ilmiah akan dihasilkan kerja ilmiah yg baru, yg dihasilkan secara mandiri. Jiwa ilmiah merupakan dasar bagi sifat atau watak ilmiah yg akan dioperasionalkan menjadi sikap ilmiah dan selanjutnya merupakan syarat yg hrs ada utk menghasilkan kerja ilmiah.
Ada tujuh macam sikap sbg keseluruhan dan yg merupakan pengejewantahan jiwa ilmiah (Brotowidjaja, 1988) SIKAP INGIN TAHU SIKAP KRITIS SIKAP TERBUKA SIKAP OBYEKTIF SIKAP RELA MENGHARGAI KARYA ORANG LAIN SIKAP BERANI MEMPERTAHANKAN KEBENARAN SIKAP MENJANGKAU KEDEPAN