Chilli...... is one of the vegetables that are consumed by most people in Indonesia and has a fairlyhigh market opportunities for both producers and consumers
Benefit, Role and Value of Economic of The Plant Generally, chilli has a lot of nutrients and vitamins. Such as calories, protein, fat, carbohydrate, calsium, vitamin A, B1 and vitamin C The main benefit for consumers is as chilli flavoring or seasoning food. Beside consumed freshly, hot pepper can also be enjoyed in processed form
Problems of Crop Cultivation High attack rates of disease can cause decreasing in yield and quality of peppers. The high attack rate of this disease can make the farmers do not want to raise chilli peppers in the wet season From many various disease that exist, antraknose disease is the most dominant problem that caused low productivity of Indonesian hot pepper.
Tujuan dan Sasaran Pemuliaan Tanaman Cabai The purpose of plant breeding antraknose resistant chilli is the consumers can enjoy highly nutritious chilli that free from pesticide residues or other chemical drugs Beside that, farmers can achieve higher margins due to cheaper production costs
Plant Genetics This plant breeding use the 14 genotype of the plant. They are C-1, C-2, C-3, C-4, C-5, C-7, C-8, C-9, C-15, C-18, C-19, C-28, C-47 and C-49. The result shows that C-15 caused antraknose resistance C. Acutatum. C-15 suspected containing certain biochemical compounds that are resistant to antraknose
While the C-18 believed to have a mechanism of physical resistance to disease of antraknosa. This resistance is controlled by many recessive genes which the recessive gene action is different to dominant genes
C-15 genotypes have a good general combining ability, so that this genotype can be a very good elders in the assembly of resistant varieties to antraknose It needs further research on the mechanism of resistance pepper to antraknose that caused by C. Acutatum.
Plant Breeding Methods To obtain Antraknosa resistant varieties of Hot pepper performed crosses between pure strain to establish cross combinations that have superior properties
pepper plants include to self-pollinated plants , although only have a small percentage for the occurrence of cross-pollination. This is caused by the structure of a closed flowerpetals, with a lower position of pistil
Disease-resistant chili pepper varieties obtained by crossing antraksnosa chili pepper (Capsicum frutescens L (P1 elders hold) with red pepper (Capsicum annuum L.) RS-07as an elder male (P2 elders, high producted) Variety of chili with antraksnosa disease resistacehybridisation gotten from chili pepper (Capsicum frutescens L) x red pepper
CLASSIFICATION Kingdom : Plantae (Plant) Subkingdom : Tracheobionta Subdivisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta Class : Liliopsida Subclass : Commelinidae Ordo : Zingiberales Famili : Musaceae Genus : Musa Species : Musa paradisiaca
OBJECTIVE Somaclonal variation and mutation induction in vitro to accelerate the banana (Musa sp) plant breeding.
PLANT GENETICS All cultivated bananas derives from wild banana Musa accuminata Colla (2x = 11) and Musa balbisiana Colla (2x = 11) have genome AA and BB, respectively. The encounter of pollen with the prospect pit that does not cleavage triploid accuminata (AAA) or combination with balbisiana (AAB and ABB). Generally the table banana (dessert) has pure accuminata (AA or AAA) genome while plantain or processed banana has AAB and ABB.
PLANT BREEDING METHOD Tissue culture Somaclonal variation Among a variety of tissue culture techniques, micropropagation plays a very important role in banana plant propagation. Somaclonal variation It is the genetic modification occurring both in the cell and in the tissue due to the use of in vitro technique
PLANT BREEDING METHOD In-Vitro mutation induction in Banana The primary advantage of mutation induction in the plant propagating in vegetative manner such as banana is the capability of changing one or several characters of cultivar without changing the genotype.
PLANT DEVELOPMENT Banana naturally proliferates in vegetative manner, with the shoot. The generative way cannot be done because banana is partenocarpy (no pit). Banana plant has high heterozygosity so that there is no good variety that is difficult to be developed. The banana development through network culture, somaclonal variation, induction in vitro producing genotype that is homozygote in nature. So that it is easier to propagate.
TAKSONOMI Kingdom : Plantae Subkingdom : Tracheobionta Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledonae Subkelas : Arecidae Ordo : Arales Famili : Araceae Genus : Anthurium Spesies : A. crystallianum, A. jemanii, A. hookeri, dll
PENGGUNAAN JENIS MEDIA DASAR DAN KINETIN UNTUK INDUKSI ORGANOGENESIS ANTHURIUM GELOMBANG CINTA (Anthurium plowmanii) SECARA IN VITRO The Effects of Basic Media Type and Kinetin on Organogenesis Induction of Anthurium Gelombang Cinta (Anthurium plowmanii) In Vitro Indah Pratiwi1, Nurul Khumaida2, Dewi Sukma2 1Mahasiswa Program Studi Hortikultura, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Faperta IPB 2Staf Pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura, Faperta IPB
PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman hias saling bergantian menjadi tren dan banyak dicari konsumen, contohnya adalah anthurium. Salah satu tren tanaman hias yang tercipta pada pertengahan tahun 2006 hingga awal 2008 dan menjadi prospek yang cerah dalam agribisnis adalah anthurium daun, salah satunya yaitu anthurium gelombang cinta (anthurium wave of love). Karena permintaan bibit anthurium yang meningkat, maka diperlukan metode perbanyakan alternatif secara massal dan tidak tergantung pada musim yaitu dengan kultur in vitro.
Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh jenis media dasar dan zat pengatur tumbuh kinetin serta interaksinya bagi pertumbuhan kecambah Anthurium gelombang cinta (Anthurium plowmanii) secara in vitro.
Perkembangan Tanaman Percobaan Tahap Pertama Kalus jumlah eksplan berkalus semakin meningkat dengan bertambahnya konsentrasi kinetin yang diberikan. Hal ini menunjukkan bahwa kinetin juga berpengaruh terhadap pembentukan kalus pada anthurium gelombang cinta (Anthurium plowmanii). Daun Jumlah daun selama pengamatan akan terus meningkat dan jumlahnya lebih besar karena kandungan hara yang terdapat pada media lebih baik dalam pembentukan daun.
Akar Hasil analisis ragam percobaan tahap pertama menunjukan perlakuan media dasar berpengaruh sangat nyata terhadap peubah jumlah akar per eksplan. Akar pada percobaan tahap pertama tumbuh baik dan terus memanjang melingkar
PERCOBAAN TAHAP KEDUA Tunas Perlakuan konsentrasi kinetin berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah total tunas baru per eksplan dan tinggi tunas. Daun Sitokinin dalam hal ini kinetin memiliki peran dalam menghasilkan tunas, oleh sebab itu konsentrasi kinetin yang optimum dapat meningkatkan jumlah daun. Akar Konsentrasi sitokinin yang tinggi akan menghambat pertumbuhan akar.
Genetika Anthurium gelombang cinta dan jemani adalah jenis Anthurium yang sering mengalami mutasi. Mutasi pada Anthurium dapat dibedakan menjadi 3 tipe, antara lain: tipe stabil yang artinya perubahan penampilan pada Anthurium abnormal tidak akan berubah lagi meskipun diperbanyak berulang-ulang. tipe tidak stabil yang artinya perubahan penampilan setelah mengalami penyimpangan masih akan berlanjut. Jadi, setiap kali diperbanyak secara vegetatif maka akan menghasilkan sosok yang berbeda-beda. tipe reversibel yang artinya perubahan penampilan yang penyimpangan akan mudah kembali ke bentuk aslinya.
METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap percobaan: Percobaan tahap pertama menggunakan eksplan berupa stek mikro hasil perkecambahan benih anthurium gelombang cinta yang berumur 16 minggu. Setiap media perlakuan pada percobaan tahap pertama ditambahkan 2.4-D dengan konsentrasi 0.45 μM. Percobaan tahap kedua merupakan subkultur eksplan yang berupa stek dari hasil percobaan tahap pertama. Percobaan tahap kedua dilakukan untuk meningkatkan multiplikasi dari eksplan yang digunakan. Secara umum kedua percobaan dapat tumbuh dengan baik.
Pendahuluan Jeruk merupakan salah satu komoditas hortikultura yang berfungsi sebagai sumber gizi, sumber pendapatan, dan sumber devisa negara. Besarnya kontribusi agroindustri jeruk dalam meningkatkan pendapatan akan menumbuhkan sentra pengembangan jeruk baru. Ketersediaan varietas unggul, baik mutu maupun produktivitas yang sesuai dengan kebutuhan konsumen menjadi mutlak yang harus dipenuhi dalam era pasar bebas. Untuk mencapai imbangan antara permintaan dan penawaran, maka produksi jeruk nasional perlu terus ditingkatkan.
Scientific classification Kingdom :Plantae Division :Magnoliophyta Class :Magnoliopsida Subclass :Rosidae Order :Sapindales Family :Rutaceae Subfamily :Aurantioideae Tribe :Citreae Genus :Citrus
Bahan Pemuliaan Tanaman Jeruk Bahan yang digunakan adalah tanaman tetua jeruk yang telah berproduksi (berumur 3-8 tahun), yaitu jeruk siam Pekanbaru, siam Madu, siam Banjar, siam Lubuk Minturun, siam Tlekung, Besar Nambangan, Besar Pasaman, Pamelo Ratu, Pamelo Raja, keprok Cina Konde, keprok Dancy, dan keprok K-51.
Lanjutannya Setelah itu dilakukan kastrasi. Kastrasi adalah proses membuang bagian bunga jantan pada tetua betina, dengan cara membuka mahkota bunga dan membuang serbuk sari sebelum terjadi persarian sendiri. Kastrasi dilakukan sehari sebelum penyerbukan, pada sore hari. Pada tanaman tetua betina dipilih bunga yang tumbuh normal dan bebas hama penyakit. Bunga dipilih yang masih kuncup yang diperkirakan keesokan harinya akan mekar. Mahkota bunga dibuka dengan menggunakan pinset kecil. Seluruh kepala sarinya dibuang dengan gunting kecil. Pembuangan kepala sari dilakukan dengan hati-hati agar tangkai putik tidak terluka atau patah. Bunga yang sudah dikastrasi selanjutnya dibungkus dengan kertas minyak agar tidak terserbuki oleh serbuk sari pada malai yang lain atau oleh serangga, hingga saat dilakukan penyilangan.
Penyilangan jeruk ini menghasilkan 22 kombinasi persilangan (Lihat Tabel). Hasil panen buah jeruk silangan sebanyak 126 buah dari 306 bunga yang disilangkan. Persentase silangan jadi tertinggi (83,3%) terdapat pada persilangan keprok Cina Konde x siam Banjar (tabel 1). Silangan yang tidak dapat dipanen rata-rata gugur 2 minggu setelah penyilangan. Ada beberapa penyebab gugurnya calon buah. Bunga jeruk biasanya akan tetap berkembang menjadi pentil meskipun tidak terserbuki. Calon buah yang demikian akan gugur dan tidak mampu membentuk buah, karena tidak dapat membentuk biji.
Kesimpulan Penyilangan pada tanaman jeruk merupakan proses penggabungan sifat melalui pertemuan tepung sari dengan kepala putik dan kemudian embrio berkembang menjadi benih. Secara teknis persilangan jeruk secara buatan dimulai dengan pemilihan tetua, dilanjutkan dengan kastrasi, bastarisasi, isolasi, dan pemeliharaan. Penyilangan jeruk ini menghasilkan 22 kombinasi persilangan jeruk siam, keprok, dan jeruk besar. Hasil silangan yang dipanen sebanyak 126 buah dari 306 bunga yang disilangkan, dengan persentase silangan jadi tertinggi pada persilangan keprok Cina Konde x siam Banjar (83,3%). Untuk mendapatkan varietas unggul baru jeruk diperlukan tahapan yang panjang dan waktu yang cukup lama, yaitu 6-15 tahun.
Kegunaan/Peran/Nilai Ekonomi Kacang Tanah biasa digunakan untuk membuat mentega, minyak goreng, keju, dan juga sabun. Hasil sampingan dari minyaknya dapat dibuat bungkil dan dibuat oncom melalui fermentasi jamur. Daunnya, selain digunakan untuk sayuran mentah/rebus, juga dapat digunakan sebagai pakan ternak dan pupuk hijau.
Permasalahan Budidaya Tanaman Kacang Low peanut productivity is one of the problems of peanut cultivation in Indonesia. This is due to the attack of rust disease caused by Puccinia arachidis.
Tujuan Pemuliaan Tanaman Kacang Tanah Perbaikan ketahanan varietas kacang tanah terhadap penyakit karat merupakan salah satu upaya penting untuk meningkatkan stabilitas hasil dan produksi kacang tanah. Penelitian bertujuan untuk mendapatkan pasangan silangan yang paling banyak berpeluang menghasilkan keturunan F1 tahan penyakit karat berdasarkan indikator nisbah potensi
Perkembangbiakan Tanaman Pada penilitian ini perkembangbiakan tanaman kacang tanah secara generatif, dengan melakukan persilangan menyerbuk sendiri yang mana merupakan pertemuan antara tetua jantan dengan tetua betina, dengan pemuliaan hibridasi
Genetik Tanaman Sebagai Tetua Jantan G1 = Populasi PI-405132 (Tahan) G2 = Populasi ICGV92088 (Tahan) G3 = Populasi ICGV87358 (Agak Tahan) G4 = Populasi ICGV91227 (Agak Tahan) Sebagai Tetua Betina G5 = Populasi Gajah (Rentan) G6 = Populasi Muneng (Rentan)
Metode Pemuliaan Tanaman Metode Pemuliaan Kacang Tanah dilakukan dengan persilangan hibridasi. Berikut merupakan kombinasi persilangan :
G7 = Populasi F1 dari Gajah x PI-4056132 G8 = Populasi F1 dari Gajah x ICGV 92088 G9 = Populasi F1 dari Gajah x ICGV 87358 G10 = Populasi F1 dari Gajah x ICGV 91227 G11 = Populasi F1 dari Muneng x PI-405132 G12 = Populasi F1 dari Muneng x ICGV 92088 G13 = Populasi F1 dari Muneng x ICGV 87358 G14 = Populasi F1 dari Muneng x ICGV 91227
Dari hasil persilangan, ternyata populasi F1 dari pasangan varietas gajah x galur ICGV 92088 dengan lokal Muneng x galur ICGV 92088 bereaksi agak tahan. Dapat diketahui populasi F1 dari persilangan tersebut bereaksi agak tahan, pada tanaman ditandai :
Gejala Penyakit Tingkat Serangan (%) Benjolan kecil dan besar terdapat pada daun bawah dan tengah Benjolan semakin jelas dan besar, menguning dan daun bawah mengering Benjolan semakin jelas dan besar, menguning dan daun bawah mengering, tetapi pembentukan spora amat banyak 11 – 20 21 – 30 31 – 40
Kesimpulan ICGV 92088 memiliki reaksi agak tahan, sebagai tetua maupun sebagai keturunan F1 dari persilangan dg varietas gajah maupun dg lokal Muneng, dan tingkat dominasinya y.i dominasi sebagian Galur ICGV 92088 memiliki indikasi kuat mengandung gen pengendali ketahanan terhadap penyakit karat
Negara pengeksport jagung indonesia Negara pengeksport jagung amerika cina Sampai tahun 2010 baru 50% petani jagung yang menggunakan jagung hibrida
Tanaman jagung mempunyai komposisi genetik yang sangat dinamis karena cara penyerbukan bunganya menyilang. Fiksasi gen-gen unggul (favorable genes) pada genotipe yang homozigot justru akan berakibat depresi inbreeding yang menghasilkan tanaman kerdil dan daya hasilnya rendah. Tanaman yang vigor, tumbuh cepat, subur, dan hasilnya tinggi justru diperoleh dari tanaman yang komposisi genetiknya heterozigot.
METODE Seleksi Berulang Timbal Balik (Reciprocal Recurrent Selection) Musim 1 pembuatan galur S1 Musim 2 pembuatan silang puncak (topcross) Musim 5 pembuatan galur S1 Musim 4 rekombinasi galur terpilih Musim 3 evaluasi silang puncak)
Musim 1 pembuatan galur S1 (tegap, berbunga sinkron, tahan hama penyakit ) 300-400 tanaman dipilih 300 tongkol dari hasil silang diri yang masih memenuhi karakter yang diinginkan masing-masing tongkol dipipil terpisah
Musim 2 pembuatan silang puncak (topcross) Tanaman galur S1 populasi A digunakan sebagai tetua betina, ditanam masing-masing satu baris dengan 10 tanaman dalam blok terisolasi. Pada tiap empat baris tetua betina ditanam populasi B(C0) sebagai tetua jantan. Kemudian dibuat persilangan S1 populasi B dengan populasi A(C0) dalam blok terisolasi. Dipilih 200-250 galur tetua betina yang berpenampilan baik dan hasil bijinya cukup untuk evaluasi silang puncak. Pada waktu panen dipilih 1-3 tongkol dari hasil silang diri untuk setiap galur terpilih. Tongkol terpilih dipipil dan dicampurkan biji dari tiap galur sehingga diperoleh galur S2 bulk.
Musim 3: Evaluasi silang puncak Sebanyak 200-250 hasil silang puncak yang penampilan galurnya baik dan memiliki benih S2 dievaluasi dalam percobaan berulangan. Bersamaan dengan evaluasi silang puncak dibuat galur S3 bulk seperti pada musim 2.
Musim 4: Rekombinasi galur terpilih hasil evaluasi silang puncak dipilih 15-20 galur yang memiliki kombinasi yang baik dengan populasi pasangannya Rekombinasi galur terpilih menggunakan galur S3 bulk. Dibuat persilangan diallel antara galur terpilih. Untuk memperoleh populasi baru, A(C1)F1 dan B(C1)F1 dicampur dengan jumlah benih yang sama dari hasil persilangan Musim 4: Rekombinasi galur terpilih
About of dragon fruit Dragon fruit is the fruit of several cactus species from the genera Hylocereus and Selenicereus. The fruit came from Mexico. Hylocereus blooms only at night.
About of dragon fruit The classification of dragon fruit as follows: Division: Spermatophyta (seed plants) Subdivisions: Angiospermae (seeds enclosed) Class: Dicotyledonae (two pieces) Order: Cactales Family: Cactaceae Subfamily: Hylocereanea Genus: Hylocereus Species: Hylocereus polyrhizus (red meat) Hylocereus undatus (white meat) Hylocereus costaricensis (super red meat) Selenicereus megalanthus (yellow skin, white flesh)
Savor of the Dragon fruit 1. as balancing blood sugar levels 2. cleanse the blood, strengthen kidney 3. healthy liver 4. beauty care 5. strengthen the workings of the brain 6. improve the sharpness of the eye
Savor of the Dragon fruit 7. reduce heat complaints within and thrush 8. stabilize blood pressure 9. reduces complaints whitish 10. reduce cholesterol 11. prevent colon cancer 12. prevent constipation 13. facilitate the feces
Problems of Dragon Fruit In nature available of dragon fruit that have not been able to satisfy customers: 1. dragon fruit available to form a large but less sweet taste 2. there is a dragon fruit has the shape of the small but sweet taste
a large shape but sweet taste Plant Breeding of Dragon Fruit X Hylocereus polyrhizus Selenicereus megalanthus a large shape but less sweet taste a small shape but sweet taste a large shape but sweet taste
Plant Breeding of Dragon Fruit In these crosses, carried out by hybridization breeding methods and selection of clones by using the procedure: 1. Crossbreeding between clones selected 2. Selection of superior F1 plants propagated vegetatively (forming new clones) 3. Testing of new clones
Plant Breeding of Dragon Fruit The results showed cross Hylocereus polyrhizus x Selenicereus megalanthus can improve the outcome of dragon fruit red types include diameter, fruit length, fruit weight and sugar content.
Bunga lili (Lilium sp.) merupakan salah satu komoditas tanaman hias penghasil bunga potong yang penting di dunia. Lili termasuk bunga potong yang mempunyai pasar tertinggi di Eropa bersama-sama dengan mawar, tulip, krisan, dan gerbera.
Klasifikasi ilmiah : Kerajaan:Plantae Divisi: Magnoliophyta Kelas: Liliopsida Ordo: Liliales Famili: Liliaceae Genus: Lilium Spesies: Lilium longiflorum
Bunga lili sering digunakan sebagai simbol kesucian dan kemurnian sehingga banyak dimanfaatkan dalam acara perkawinan, ritual keagamaan,maupun upacara kenegaraan
Salah satu kendala dalam budi daya lili secara tradisional adalah produktivitas tanaman yang rendah akibat pertumbuhan dan pembungaan yang tidak seragam.
Induksi pembungaan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan keseragaman pembungaan pada tanaman. Induksi dapat dilakukan secara eksogen dengan beberapa cara, antara lain dengan modifikasi panjang hari (fotoperiodesitas).
Selain modifikasi fotoperiodesitas, beberapa jenis zat pengatur tumbuh (ZPT) seperti GA3 juga diketahui dapat meningkatkan keseragaman pembungaan pada beberapa tanaman.
Tanaman lili yang diinduksi untuk berbunga, baik melalui aplikasi GA3 maupun hari panjang, memperlihatkan waktu berbunga yang lebih cepat. Kecepatan waktu inisiasi bunga pada tanaman lili yang diberi perlakuan GA3 dan hari panjang berkisar antara 94-135 hari dibandingkan kontrol. Namun, tanaman lili yang diberi perlakuan induksi juga memperlihatkan tinggi tanaman dan diameter batang yang lebih rendah dibandingkan kontrol pada setiap ukuran umbi yangdicoba.
Jumlah bunga per tanaman lili dipengaruhi oleh ukuran umbi Jumlah bunga per tanaman lili dipengaruhi oleh ukuran umbi. Secara umum, tanaman yang berasal dari umbi yang berukuran lebih besar menghasilkan bunga per tanaman yang lebih banyak.
Tanaman lili yang berasal dari daerah subtropis dan umumnya berbunga pada periode mendekati musim panas, ternyata masih dapat diinduksi pembungaannya dengan perlakuan hari panjang. Hal ini menunjukkan bahwa tanaman lili masih memiliki sifat genetis yang memberi respons pembungaan terhadap hari panjang walaupun telah beradaptasi dengan baik di daerah tropis Indonesia.
TAXONOMY Kingdom : Plantae Phylum : Magnoliophyta Class : Magnoliopsida Order : Sapindales Family : Anacardiaceae Genus : Mangifera Species : Mangifera indica
Abstract The mango is a fleshy stone fruit which is indigenous to the Indian subcontinent, belonging to the genus Mangifera, consisting of numerous species of tropical fruiting trees in the flowering plant family Anacardiaceae. Mango is the second most frequently cultivated tropical fruit worldwide. Most popular varieties of mango fruits are Tommy Atkins (South Africa), Osteen (Spain), Eden (Israel), and Ngowe (Kenya). Mango, together with pistachio and cashew, belongs to the Anacardiae family.
ECONOMIC VALUE In the country remains a favorite fruit mangoes in the season. Overseas mango is an exotic fruit that many fans and including the expensive imported fruits.
MANGO BREEDING METHODS Propagation by Seed (generative) 1. Open Crosses Identifield by Random Amplified Polymorphic DNA (RAPD) Propagation through vegetative 1. Okulation 2. Transplantation
Why RAPD??? The RAPD marker is an efficient tool which permits to obtain information on genetic similarity among mango plants and produces specific DNA fragments for a parentage test of hybrids selected in open crosses
Random Amplified Polymorphic DNA (RAPD) Random Amplified Polymorphic DNA (RAPD) is a molecular detection system based on PCR, a molecular technique to detect DNA diversity based on DNA duplication. RAPD is also a DNA marker that utilizes short oligonucleotide random primers (dekamer) to amplify genomic DNA of the organism.
RAPD kinds Ligase Chain Reaction A DNA amplification technique based upon the ligation of OLIGONUCLEOTIDE PROBES. The probes are designed to exactly match two adjacent sequences of a specific target Polymerase Chain Reaction In vitro method for producing large amounts of specific DNA or RNA fragments of defined length and sequence from small amounts of short oligonucleotide flanking DISC-PCR A technique that labels specific sequences in whole chromosomes by in situ DNA chain elongation or PCR (polymerase chain reaction)
The excess and deficiency of this method We can get excellent planting product than before An efficient hand pollination procedure deficiency : Needs well-trained people This method more sensitive with PCR reaction change
MALE STERILE TRANSFER FROM BOMBAY ONION INTO ONION AND MALE STERILE INHERITANCE
Use/Role/Economic Value of Plant Onion has high economic value because it is used as the main ingredient of cooking spice and processed taste enhance. The volatile oil contained in the onion can kill most staphylococcus and also streptococcus microbes that can cause thorax and pharynx inflammation. It can also kill diphtheria microbe, dysentery amoeba, and TBC microbe.
The Problems Of Plant Breeding The use of male sterile is the main condition to produce an efficient and commercial hybrid seed of onion, while in Indonesia, there is no male sterile onion.
OBJECTIVE /GOAL OF PLANT BREEDING To transfer the male sterile character from Bombay onion to onion and to find out the inheritance pattern of male sterile character.
Plant Proliferation Onion proliferates in natural vegetative manner, namely by lining tuber.
Classification Kingdom : Plantae (Tumbuhan) Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhanberpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil) Sub Kelas : Liliidae Ordo : Liliales Famili : Liliaceae (suku bawang-bawangan) Genus : Allium Spesies : Allium cepa
Plant Genetics Genotype of onion normal tuber is NMsMs, NMsms, and Nmsms. Genotype of Bombay onion’s male sterile is Smsms. If Smsms X Nmsms, all of springs F1 will be male sterile
EXPERIMENT MATERIALS The experiment materials used were : three genotypes of Bombay onion tuber as the male sterile elder or (PA): 8901, 8907, and 8908; three genotypes of onion tuber as the normal elder (PB): Cipanas 86, Cipanas 88, anda Maja; nine genotype of F1 tuber (product of crossbreeding PA1,2,3 X PB 1,2,3) and three genotypes of S1 tuber (product of normal elder breeding only).
PLANT BREEDING METHOD Crossbreeding to obtain F1 and S1 is by planting male sterile elder seed tuber and normal elder. All seed tuber is vernalized for 3 weeks before planted at temperature 5oC-10oC. The variable observed is, anther shape and color; microscopic observation during meiosis of pollen cell, pollen shape and color, pollen viability (marked with the pollen germination).
RESULT The population of F1 the product of male sterile elder and normal elder crossbreeding show 94%-100% clear categorized into sterile. Thus, all of F1 plant populations belong to male sterile or homogeneous population. Male sterile is controlled by the result of recessive gene interaction in the nucleus and cytoplasm.
CONCLUSION The transfer of male sterile characters from Bombay onion 8901, 8907, and 8098 to onion Cip 86, Cip 88, and Maja has been successful with the male sterile character inherited cytoplasmically.