UKURAN MORTALITAS Nunik Puspitasari, S.KM, M.Kes

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
UKURAN NILAI PUSAT UKURAN NILAI PUSAT ADALAH UKURAN YG DAPAT MEWAKILI DATA SECARA KESELURUHAN JENIS UKURAN NILAI PUSAT : MEAN , MEDIAN, MODUS KUARTIL,
Advertisements

Fertilitas Andri Wijanarko,SE,ME
Statistika Deskriptif: Distribusi Proporsi
START.
UKURAN MORTALITAS Nunik Puspitasari, S.KM, M.Kes
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
UKURAN PERKAWINAN & PERCERAIAN
TENDENSI SENTRAL.
UKURAN FERTILITAS.
Tabel Kematian (Life Tabel)
BADAN KOORDINASI KELUARGA BERENCANA NASIONAL DIREKTORAT PELAPORAN DAN STATISTIK DISAJIKAN PADA RADALGRAM JAKARTA, 4 AGUSTUS 2009.
DASAR-DASAR DEMOGRAFI
Bab 6B Distribusi Probabilitas Pensampelan
Proyeksi Penduduk Zainul Hidayat
Pertumbuhan Penduduk Oleh : Rouhdy Rangga ( )
Coba dicermati lagi !!! Bagian mana yang sulit ?
PARDOMUAN B.M.SIANIPAR MORTALITAS.
UKURAN PENYEBARAN DATA
Rabu 23 Maret 2011Matematika Teknik 2 Pu Barisan Barisan Tak Hingga Kekonvergenan barisan tak hingga Sifat – sifat barisan Barisan Monoton.
Soal Latihan.
Pengujian Hipotesis Parametrik 2
Luas Daerah ( Integral ).
UKURAN-UKURAN DALAM ANALISIS DEMOGRAFI
Media Geografi Media Pembelajaran ini dibuat hanya untuk kalangan sendiri di lingkungan SMP 1 Karangmojo. Bagi yang menghendaki meniru atau mengcopy media.
Analisis Regresi Kelompok 3 3SK1
PENGUKURAN GEJALA PUSAT / NILAI PUSAT/UKURAN RATA-RATA
Bulan FEBRUARI 2012, nilai pewarnaan :
AREAL PARKIR PEMERINTAH KABUPATEN JEMBRANA
DISTRIBUSI NORMAL.
Permasalahan lingkungan hidup dan penanggulangannya
PENGUJIAN HIPOTESA Probo Hardini stapro.
UKURAN FREKUENSI PENYAKIT
Ukuran Frekuensi Epidemiologi
BAB V PENGUJIAN HIPOTESIS
UKURAN FREKUENSI PENYAKIT
DISTRIBUSI FREKUENSI.
Statistika Deskriptif: Distribusi Proporsi
7. RANTAI MARKOV WAKTU KONTINU (Kelahiran&Kematian Murni)
UKURAN LOKASI DAN VARIANSI
Korelasi dan Regresi Ganda
DISTRIBUSI PELUANG Pertemuan ke 5.
KELAS XI SEMESTER GANJIL
TEMU - 4 TUJUAN Diakhir kuliah mahasiswa memiliki pengetahuan tentang konsep dasar epidemiologi deskriptif.
ASPEK KEPENDUDUKAN.
DASAR-DASAR DEMOGRAFI PELATIHAN PENDAYAGUNAAN HASIL PENDATAAN KELUARGA
Junaidi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jambi
MASALAH KEPENDUDUKAN DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA
Pengukuran masalah kesehatan
UKURAN MORBIDITAS & MORTALITAS DALAM EPIDEMIOLOGI
Ukuran Frekuensi Epidemiologi
UKURAN EPIDEMIOLOGI DAN INTEPRETASI DATA
TEMU – 7 TUJUAN Diakhir kuliah mahasiswa mampu mengidentifikasi sumber-sumber kesalahan dalam pengukuran angka kesakitan dan kematian.
STANDARISASI Sebagaimana telah disebutkan pada bahasan sebelumnya, bahwa banyak variabel yang mempengaruhi angka kematian, antara lain: Umur / komposisi.
Ukuran dasar.
KEPENDUDUKAN-DEMOGRAFI
Ukuran DEMOGRAFI.
Bab II Dinamika Penduduk
MORTALITAS ( KEMATIAN)
BAB. 5 MORTALITAS.
Epidemiologi Deskriptif (2)
PENGUMPULAN, ANALISIS DATA TINGKAT KABUPATEN
Dinamika Penduduk Pertemuan ke 5.
MORTALITAS ILSA WAHYUNI ( ) KELOMPOK 6 FITRIANI AHMAD
MORTALITAS (KEMATIAN).
KEPENDUDUKAN-DEMOGRAFI
Nama Kelompok Tomi I. O. Suwandi M. Fery P. Dany F. Arif H. M.
MORTALITAS Rizka Esty Safriana, SST., M.Kes. Faktor penyebab dinamika penduduk: 1.Kelahiran (Fertilitas) 2.Kematian (Mortalitas) 3.Imigrasi ?  Kematian.
STATISTIK KESEHATAN (ANGKA KEMATIAN) PERTEMUAN 11
UKURAN PERKAWINAN DAN PERCERAIAN
UKURAN MORTALITAS Nunik Puspitasari, S.KM, M.Kes
Transcript presentasi:

UKURAN MORTALITAS Nunik Puspitasari, S.KM, M.Kes Dept. Biostatistika dan Kependudukan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga

Pengukuran mortalitas membutuhkan ketepatan dalam: Kelompok orang yang akan diukur (yang dimaksudkan) Tipe peristiwa yang akan diukur (kematian umum, kematian bayi, kematian ibu, dll) Penentuan interval waktu Perbedaan pada setiap faktor dari ketiganya akan menyebabkan banyak perbedaan ukuran kependudukan terhadap kematian Yang penting diperhatikan dalam pengukuran tingkat mortalitas adalah‘PENYEBUT’ (denominator)

KONSEP PYL Perlu diingat: Konsep “jumlah tahun hidup orang” (person-years lived) sering untuk menyatakan besarnya jumlah penduduk yang mengalami risiko suatu peristiwa Perlu diingat: Jumlah penduduk baik pada awal tahun maupun pada akhir tahun adalah suatu angka yang sangat berbeda dengan “jumlah tahun hidup orang”

Menghitung “jumlah tahun hidup orang” pada jumlah penduduk yang besar  akan dibutuhkan waktu lama Karena itu dilakukan perkiraan dengan asumsi : jumlah kelahiran, kematian, masuk dan keluarnya penduduk (migrasi) terjadi merata selama periode yang ingin diketahui. Berdasarkan asumsi tersebut maka jumlah orang yang hidup pada pertengahan tahun (30 Juni atau 1 Juli) adalah perkiraan yang baik terhadap “jumlah tahun hidup orang”

Penduduk yang hidup pada pertengahan tahun disebut: ‘PENDUDUK PERTENGAHAN’ (penduduk sentral) Perlu diperhatikan: Untuk daerah yang jumlah penduduknya sedikit / kecil atau menghitung ukuran mortalitas tertentu maka “jumlah penduduk tengah tahun” bukan perkiraan yang baik untuk menghitung PYL. Contoh: Angka Kematian Bayi (AKB): - jumlah bayi di suatu daerah biasanya tidak banyak - bayi adalah orang yang baru menjalani kehidupan < 1 tahun - ancaman kematian pada bayi sangat besar

Pada populasi kecil, untuk menghitung penduduk pada tengah tahun biasanya dengan cara: Penduduk pada tanggal 1 Januari tahun x ditambah dengan penduduk pada tanggal 1 Januari tahun x+1 kemudian dibagi dua. Contoh: Jumlah penduduk Kota Surabaya tanggal 1 Januari 2000 = 2.599.796 jiwa, sedangkan pada tanggal 1 Januari 2001 = 2.613.315 jiwa. Maka jumlah penduduk tengah Kota Surabaya tahun 2000 = (2.599.796 + 2.613.314) / 2 = 2.606.555 jiwa

Angka Kematian Kasar Crude Death Rate ( CDR ) Banyaknya orang yang meninggal pada suatu tahun dibagi jumlah penduduk pada pertengahan tahun tersebut Biasanya CDR dinyatakan untuk tiap 1000 orang atau (0/00) Persamaan CDR : Jumlah kematian CDR = Jumlah penduduk tengah tahun

D = jumlah kematian dalam satu tahun Keterangan: D = jumlah kematian dalam satu tahun P = jumlah penduduk pada pertengahan tahun K = konstanta (1000) D CDR = x k P

Contoh : Jumlah penduduk Kota Malang pada tanggal 31 Desember 2000 = 756.982 jiwa, dan pada 31 Desember 2001 = 763.644 jiwa. Maka penduduk tengah tahun Kota Malang tahun 2001 = (756.982 + 763.644) / 2 = 760.313 jiwa. Apabila ada 856 kematian selama tahun 2001 maka CDR Kota Malang tahun 2001 = (856 / 760.313 ) x 1000 = 1,13 0/00 atau 1,13 tiap 1000 penduduk

CDR adalah angka kasar. Mengapa ? Risiko kematian untuk setiap kelompok penduduk : tidak sama untuk semua variabel Meskipun angka kasar, tetapi CDR sudah umum dipakai diseluruh dunia

Kelebihan CDR: Mudah dihitung dengan cepat, karena itu bisa segera diinformasikan ke masyarakat Dapat memberi kesimpulan awal/ petunjuk pendahuluan mengenai tingkat kematian, serta bisa juga diketahui trend-nya Dapat untuk menyelidiki fluktuasi kematian pada periode waktu tertentu Tidak memerlukan data kematian berdasarkan kriteria tertentu

Kelemahan CDR: Tidak menggambarkan kematian berdasarkan kriteria / variabel tertentu Hasilnya merupakan angka rata-rata, sedangkan tingkat kematian anata kelompok dalam populasi mungkin berbeda Kurang aman untuk tujuan komparasi / perbandingan, sehingga harus hati-hati

Angka Kematian Menurut Umur Age Specific Death Rate ( ASDR ) Di ASDR = x k Pi Di : Jumlah kematian penduduk kel. umur i Pi : Jumlah penduduk tengah tahun kel. umur i k : konstanta (1000) Grafik ASDR mempunyai pola khas yaitu seperti huruf ‘U’ Jumlah kematian penduduk umur i ASDR = x k Jumlah penduduk tengah tahun umur i

Hubungan CDR dan ASDR CDR adalah jumlah timbangan ASDR yang ditimbang Penimbangnya adalah proporsi jumlah penduduk dalam tiap kelompok umur pada penduduk tengah tahun

CDR pada contoh penduduk di atas adalah 40 0/00 Kelompok umur Jumlah penduduk tengah tahun Jumlah kematian tahun x Tingkat kematian tahun (0/00) 0 – 34 > 35 2000 1000 40 80 20 Jumlah 3000 120 (CDR) CDR pada contoh penduduk di atas adalah 40 0/00 Angka ini adalah jumlah dari dua angka kematian menurut umur (ASDR) : 20 dan 80 yang ditimbang

Cara penghitungannya : 2000 1000 CDR = ( x 20 ) + ( x 80 ) 3000 3000 40 80 = + 3 3 = 40 per 1000 penduduk ( 40 0/00 ) Hubungan di atas dapat dinyatakan dengan persamaan: Pi CDR =  ( ) DRi i P

Pembuktian bahwa CDR adalah suatu fungsi tingkat kematian menurut umur maupun distribusi umur, diperlihatkan pada tabel berikut: Jumlah penduduk tengah tahun Populasi A B C 0 – 4 5 – 39 > 40 1500 4000 500 5000 Jumlah kematian 120 40 50 20 60 ASDR (0/00) 80 10 100 5 CDR (0/00) A = 33,3 B = 21,7 21,7

STANDARISASI Sebagaimana telah disebutkan pada bahasan sebelumnya, bahwa banyak variabel yang mempengaruhi angka kematian, antara lain: Umur / komposisi umur Tempat tinggal (desa, kota) Pekerjaan Jenis kelamin (hampir secara universal wanita lebih rendah tingkat kematiannya dari pada pria, hampir pada semua kelompok umur) Status perkawinan (pada umur dewasa, mereka yang kawin lebih rendah tingkat kematiannya dari pada bujangan, janda / duda, dan cerai )

STANDARISASI Standarisasi dilakukan untuk menyingkirkan / mengendalikan pengaruh berbagai variabel pada pengukuran angka kematian Cara standarisasi ada dua yaitu: Standarisasi langsung (Direct standarisation) Standarisasi tak langsung (Indirect standarisation)

STANDARISASI LANGSUNG (Direct standarisation) Standarisasi langsung dilakukan dengan syarat ada data:  a. Untuk populasi standar: Jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur Jumlah penduduk seluruhnya  b. Untuk populasi yang distandarisasi Jumlah kematian berdasarkan kelompok umur Selain itu Populasi standar dan populasi yang akan distandarisasi harus diketahui CDR nya

Contoh: Kelomp umur (th) Populasi A Populasi B Penduduk tengah tahun Tingkat kematian (x1000) 0 – 44 > 45 2000 3000 35 50 4000 1000 25 75 5000 CDR: 44 CDR: 35

a. CDR populasi B yang distandarisasi (Populasi A sebagai standar) CDRB standarisasi =  PiA DRiB i =  PiA 2000 x 25 3000 x 75 = + 5000 5000 = 10 + 45 = 55 per 1000 penduduk ( 55 0/00 )

b. CDR populasi A yang distandarisasi (Populasi B sebagai standar) CDRA standarisasi =  PiB DRiA i =  PiB 4000 x 35 1000 x 50 = + 5000 5000 = 28 + 10 = 38 per 1000 penduduk ( 38 0/00 )

Interpretasi : a. CDR populasi B yang distandarisasi dan populasi A sebagai standar Sebelum distandarisasi : CDRA > CDRB (440/00) (350/00) Sesudah distandarisasi : CDRA < CDRB (440/00) (550/00) CDRB < CDRB (Sebelum stand.) (Sesudah stand.)

CDR populasi A yang distandarisasi dan populasi B sebagai standar Sebelum distandarisasi : CDRA > CDRB (440/00) (350/00) Sesudah distandarisasi : (380/00) (350/00) CDRA > CDRA (Sebelum stand.) (Sesudah stand.)

Standarisasi Tidak Langsung (Indirect Standarisation) Standarisasi tidak langsung dapat dilakukan apabila: a. Populasi standar diketahui: ASDR nya CDR nya   b. Populasi yg akan distandarisasi diketahui:  Jumlah penduduk menurut kelompok umur Jumlah kematian seluruhnya (yang sesungguhnya)

Prosedur standarisasi tak langsung: Susun populasi yang akan distandarisasi menurut kelompok umur. Tentukan populasi standar yang diketahui ASDR nya. ASDR populasi standar diterapkan pada populasi yang akan distandarisasi. Hitung expected death pada setiap kelompok umur, dengan persamaan: jumlah penduduk menurut kelompok umur x ASDR populasi standar. Jumlahkan seluruh expected death nya.

ISDR = SMR x CDR populasi standar Hitung Standarized Mortality Ratio (SMR ) pada populasi yang distandarisasi dengan persamaan: Hitung Indirect Standarized Death Rate dengan persamaan: Actual death SMR = Expected death ISDR = SMR x CDR populasi standar

Contoh : Umur ASDR populasi A (x 1000) Populasi B Jumlah Penduduk Expected Death 0 – 4 5 – 14 15 – 24 25 – 44 45 – 64 > 65 4,37 0,45 1,02 1,76 10,44 68,94 567.104 504.028 401.294 597.025 487.071 201.238 2.478 227 409 1.051 5.085 13.873 2.475.760 23.123

Diketahui : CDR Populasi A = 8,860/00 CDR Populasi B = 9,080/00 Jumlah seluruh kematian populasi B yang sesungguhnya = 22.487 jiwa Dihitung : Actual death SMR = Expected death 22.487 SMR = = 0,972 23.123

Indirec Standarized = SMR x CDR pop stand = 0,972 x 8,86 = 8,61 per 1000 penduduk atau (8,610/00)

Interpretasi : Sebelum standarisasi CDRA < CDRB (8,860/00) (9,080/00) Sesudah standarisasi CDRA > CDRB (8,860/00) (8,610/00) CDRB > CDRB (9,080/00) (8,610/00) (Sebelum stand.) (Sebelum stand.)

Angka Kematian Bayi (AKB) Infant Mortality Rate (IMR) Kematian bayi pada tahun pertama kehidupan selalu menjadi pusat perhatian, karena pencatatan penduduk usia 0 s/d <1 th biasanya tidak bagus dan sering kabur Jumlah kematian bayi (0 - < 1 th) IMR = x 1000 Jumlah seluruh kelahiran hidup pada satu tahun tertentu

Selain itu kadang kalau suatu populasi mempunyai CDR rendah belum tentu IMR/AKB nya juga rendah, karena biasanya IMR merupakan penyumbang jumlah kematian terbesar untuk CDR IMR sebenarnya adalah ukuran yang kurang akurat karena penyebut /denominatornya (population expose to risk) tidak proporsional Rumus IMR seharusnya: D0 - <1 IMR = P0 - <1

 Karena mencari jumlah P0 - <1 ini sulit (kalau tidak ada sensus) maka yang dipakai adalah B (jumlah lahir hidup)  pendekatan B ini dianggap sudah memadai untuk mewakili ‘population expose to risk’ Penghitungan jumlah bayi yang mati pada pada awal kehidupannya sering kurang akurat karena: Banyak bayi yang meninggal tidak lama setelah dilahirkan dan biasanya tidak tercatat dengan baik  sebagai peristiwa kelahiran maupun sebagai peristiwa kematian. Seringkali tidak diperoleh kepastian apa yang disebut dengan ‘lahir hidup’, bahkan dikalangan medis pun ada yang tidak dapat membedakan  mana yang dinamakan lahir mati, aborsi dan kematian bayi.

Numerator (pembilang) pada rumus IMR menunjukkan kelahiran yang terjadi pada tahun tersebut dan tahun sebelumnya Jadi kematian bayi yang berumur 0 - < 1 tahun adalah kematian dari bayi yang lahir pada tahun tersebut dan yang lahir pada tahun sebelumnya Tahun Jumlah kelahiran Jumlah kematian Tahun 1 B1 D1’ D1” Tahun 2 B2 D2’ D2” Tahun 3 B3 D3’ D3”

Kalau menurut rumus semula: Namun untuk menghitung kematian bayi tersebut harus dihitung berdasarkan tahun kalender, dengan demikian harus dilakukan penyesuaian (adjustment) Ada 2 (dua) cara untuk melakukan penyesuaian (adjustment): Menyesuaikan pembilang agar sesuai dengan penyebutnya. Memyesuaikan penyebut agar sesuai dengan pembilangnya. D2’ + D2” IMRtahun 2 = B2

Penjelasan Cara 1: Menyesuaikan pembilang agar sesuai dengan penyebutnya Biasanya digunakan faktor pemisah (separation factor) yang datanya bisa diambil dari penduduk yang sama atau penduduk lain dengan kondisi hampir sama atau sama Besarnya separation factor (f) = D2” f = D2’ + D2”

Jadi persamaan IMR untuk tahun 2 menjadi: (dengan cara 1) Keterangan : D2 = D2’ + D2” f D2 (1 – f) D2 IMR2 =  +  x k B1 B2  

Penjelasan Cara 2: Memyesuaikan penyebut agar sesuai dengan pembilangnya Cara hampir sama dengan cara 1 Juga dicari faktor pemisahnya (separation factor) namun sampai sekarang belum diketahui dengan pasti besarnya faktor pemisah tersebut, tetapi diperkirakan besarnya sama dengan separation factor pada cara 1 yaitu: D2” f = D2’ + D2”

Jadi persamaan IMR untuk tahun 2 menjadi: Keterangan : D2 = D2’ + D2 IMR2 = x k f B1 + (1 – f) B2

Contoh: 3800 3650 3325 Tahun Jumlah kelahiran Jumlah kematian 5 12 Tahun 2010 3650 7 9 Tahun 2011 3325 8 10

Terima Kasih