Model Komunikasi Massa Dwiyatna Widinugraha S.Sos., M.A.
Model Komunikasi Massa Model komunikasi massa adalah sebuah konsep yang menjelaskan proses dan makna dari komunikasi massa. 4 (empat) elemen yang mendasari dibuatnya sebuah model komunikasi massa: 1. Audience 2. Pesan 3. Kondisi geografis antara audience & komunikator 4. Media massa (Hiebert, Ungurain, dan Bohn,1985)
Model Dasar Komunikasi Massa Model yang dikemukakan oleh Shannon – Weaver dianggap para pakar sebagai model dasar komunikasi massa. Ciri khas dari model ini adalah adanya unsur pemancar sebagai alat meluaskan pesan. Pemancar, dalam media massa modern dapat berupa pemancar televisi, server internet, dan provider handphone.
Model Alir Dua Tahap Model yang diperkenalkan oleh Josep A. Devito (1997) ini menjelaskan bahwa peran media massa tidak terlalu besar terhadap masyarakat. Pesan media barulah berarti jika ada opinion leader yang terlibat. Hal ini disebabkan opinion leader memiliki kemampuan untuk berkomunikasi antar-persona dengan audience.
Model ini cocok dengan lingkungan pedesaan, namun tidak cocok dengan lingkungan perkotaan, dimana penduduknya lebih mempercayai media dibanding seorang pemimpin opini.
Model Alir Banyak Tahap Model alir banyak tahap (multi-step flow model) merupakan pengem-bangan dari model alir 2 tahap. Model ini menjelaskan bahwa ada hubungan timbal balik dari media ke khalayak (yang juga berinteraksi satu sama lain), kembali ke media, kemudian kembali lagi ke khalayak, dan seterusnya. (Josep A. Devito,1997)
Khalayak dapat secara efektif mempengaruhi media dengan 4 hal: a. Menyampaikan keluhan individual b. Mengorganisasikan tekanan masyarakat c. Mendesak pihak yang berwenang d. Mengadu ke badan legislatif (Hall dan Campbell, 1998)
Model Melvin De Fleur Dalam model De Fleur, sumber dan pemancar tidak berada di satu posisi, atau sumber dengan pemancarnya berbeda tahapannya dalam komunikasi massa. Model ini menekankan fakta bahwa gangguan boleh mencampuri banyak hal dalam proses komunikasi massa. Kesimpulan dari model ini, yakni untuk mencapai berbagai pengertian makna pesan antara sumber dengan tujuan.
Model Gamble dan Gamble Dalam model ini, peralatan media massa menjadi alat utama yang harus ada dalam komunikasi massa. Titik pandang model ini adalah sumber pesan mengalirkan pesan, yang ”diedit” oleh pekerja informasi, kemudian disebarkan melalui peralatan media massa, dan diterima oleh audience, yang selanjutnya memberikan umpan balik.
Model ini juga menekankan bahwa posisi pekerja media dan masyarakat adalah sama, yakni sama-sama dapat menjadi komunikator maupun komunikan. Sedangkan media salurannya hanya menjadi alat bantu saja.
Model Bryant dan Wallace Secara umum, model ini dikenal sebagai model untuk mengamati arus pesan dalam media elektronik. Secara khusus, model ini tidak memasukkan gatekeeper dalam proses peredaran pesan, sehingga media dianggap sebagai ”dewa informasi” karena seluruh pesan dari media dapat langsung diterima secara utuh pada masyarakat.
Model Gelombang Air/ Model HUB Model yang diperkenalkan oleh Ray Hiebert, Donald Ungrait, dan Thomas Bohn ini menggambarkan proses komunikasi seperti reaksi gelombang air di permukaan, saat sebuah benda dilemparkan ke dalam sebuah kolam. Ciri khas dari model ini adalah komunikasi dianggap sebagai sesuatu hal yang dinamis dan berputar terus-menerus.
Dengan banyaknya proses yang harus dilalui pesan sebelum sampai pada audience, maka model HUB ini mempercayai bahwa ada gangguan atau bahkan pemutarbalikkan fakta yang turut serta dalam proses penyebaran pesan.
Model Black and Whitney Model ini dikenal sebagai model umum komunikasi massa karena tidak menggambarkan secara detail sebuah proses penyampaian pesan melalui media massa. Namun dengan kesederhanaannya ini, model Black and Whitney juga dianggap penting karena memasukkan unsur kesengajaan dari sumber untuk mempengaruhi mass audience.
Model Westley dan Mclean Model ini menekankan pentingnya peran gatekeeper dalam proses komunikasi massa. Dengan adanya gatekeeper yang diperankan oleh seorang reporter dan editor maka pesan yang sampai akan mengalami distorsi. Proses distorsi tersebut terjadi karena saat menyampaikan pesan, reporter dan editor menyesuaikannya dengan keadaan dirinya.