1. Paradoks Produktivitas Teknologi Informasi
Fenomena Gunung Es
Paradoks Produktivitas Teknologi Informasi Fenomena ketidakseimbangan antara besaran investasi yang dikeluarkan untuk keperluan teknologi informasi dengan ukuran total output yang dihasilkan dideskripsikan sebagai sebuah IT Productivity Paradox (paradoks produktivitas TI). Sebuah isu yang hingga saat ini masih hangat dibicarakan di kalangan akademisi maupun praktisi teknologi informasi semenjak tahun 1980-an.
Mengapa Paradoks Produktivitas Terjadi? Permasalahan analisa dan representasi data tidak memperlihatkan terjadinya peningkatan produktivitas; Manfaat yang diperoleh oleh teknologi informasi tidak terlihat karena adanya kerugian di area lain; dan Peningkatan produktivitas tidak terlihat karena adanya kegagalan penerapan teknologi informasi atau tingginya alokasi biaya teknologi informasi.
1. Analisa dan Representasi Data Produktivitas didefiniskan sebagai jumlah keluaran (output) dibagi dengan jumlah masukan (input). Besaran output dihitung dengan cara mengalikan jumlah produk yang dihasilkan dengan nilai (value) rata-rata dari produk tersebut; sementara besaran input diperoleh dari jumlah jam kerja yang dibutuhkan untuk menghasilkan seluruh output tersebut. Angka rasio yang diperoleh dari hasil pembagian antara output dengan input disebut labor productivity.
1. Analisa dan Representasi Data Jika sumber daya lain seperti besarnya investasi dan kebutuhan material dimasukkan sebagai bagian dari input, maka angka rasio yang didapat disebut multifactor productivity. Ternyata di dalam dunia teknologi informasi, rumusan sederhana ini belum tentu secara konkrit merepresentasikan terjadinya kenaikan atau penurunan produktivitas seperti yang dipergunakan pada proses manufaktur atau produksi. Hal ini disebabkan karena berbeda dan beragamnya asumsi terhadap variabel input maupun output yang digunakan.
1. Analisa dan Representasi Data Oleh karena itu, rumusan produktivitas yang secara konkrit merepresentasikan manfaat teknologi informasi per satuan investasi yang dialokasikan sangat sulit dicari. Riset membuktikan lebih banyak hasil perhitungan yang underestimate dampak produktivitas yang sebenarnya – dimana kenaikan produktivitas tersembunyi di balik angka-angka dengan asumsi yang keliru – dibandingkan dengan yang overestimate.
2. Kerugian Area Lain Pada dasarnya organisasi seperti perusahaan merupakan sebuah sistem yang terdiri dari berbagai entitas yang saling terkait satu dengan yang lainnya. Misalnya penggunaan sebuah aplikasi teknologi informasi di salah satu divisi berhasil meningkatkan produktivitas karyawan yang berada di dalamnya. Karena produktivitasnya meningkat, maka perusahaan dapat mengurangi jumlah karyawannya pada divisi tersebut dan memindahkannya ke divisi lain.
2. Kerugian Area Lain Akibatnya secara total sistem, jika diukur produktivitasnya, nampak tidak terjadi peningkatan yang berarti – karena pada divisi baru tersebut, karyawan yang ada hanya akan menjadi beban tambahan overhead semata. Contoh lainnya adalah penerapan e-commerce yang mengharuskan perusahaan memiliki armada ekspedisi atau kurir tambahan untuk dapat memenuhi delivery dalam kurun waktu 24 jam yang terkesan menurunkan produktivitas perusahaan Kedua contoh di atas memperlihatkan bagaimana manfaat dari teknologi informasi di satu tempat ter-offset dengan kerugian di tempat lain dalam sebuah organisasi sehingga produktivitas secara keseluruhan hampir tidak memperlihatkan peningkatan yang signifikan bahkan dapat terjadi penurunan hasil perhitungan produktivitas yang ada.
3. Beban Biaya Teknologi Informasi Kesimpulan yang ketiga ini bersumber dari kenyataan bahwa teknologi informasi memang tidak memberikan kontribusi apapun terhadap tingkat produktivitas – bahkan cenderung memperburuk kinerja produktivitas perusahaan secara keseluruhan. Hasil kajian memperlihatkan adanya dua penyebab utama terjadinya hal ini.
3. Beban Biaya Teknologi Informasi Gagalnya penerapan teknologi informasi karena berbagai faktor penyebab internal maupun eksternal. Tingginya biaya pemeliharaan dan pengembangan teknologi informasi yang harus ditanggung perusahaan. Sehingga walaupun secara bisnis telah terjadi peningkatan output, membengkaknya biaya overhead pemeliharaan maupun pengembangan teknologi informasi telah menyebabkan tingginya faktor input yang dibutuhkan sehingga secara langsung berdampak pada perhitungan produktivitas.
Kesimpulan Dengan memahami dan mempelajari fenonema paradoks tersebut, terlihat betapa sulit dan kompleksnya permasalahan yang harus dihadapi dalam rangka mencari relasi antara besaran investasi yang dialokasikan dengan manfaat yang diperoleh oleh perusahaan terkait dengan peningkatan produktivitas. Filosofi ”business is business” akan mendominasi manajemen pengambil keputusan dalam menentukan apakah perusahaan perlu untuk mengalokasikan sejumlah sumber dayanya untuk mengembangkan teknologi informasi. Pada kenyataannya masih banyak manajemen yang yakin bahwa tidak ada perusahaan yang bisa survive dewasa ini tanpa melibatkan teknologi informasi melalui semboyan ”in IT we trust”.
Investasi TI Investasi teknologi informasi adalah investasi di bidang perangkat keras dan piranti lunak yang digunakan oleh sebuah organisasi untuk menyelesaikan fungsi bisnis terlepas dari teknologi yang dilibatkan baik itu komputer, telekomunikasi, ataupun lain-lainnya. Investasi teknologi informasi merupakan pengeluaran yang dilakukan organisasi yang berupa pengeluaran untuk telekomunikasi dan jaringan, sistem informasi, dan software baru, dukungan lanjut, dan operasi terhadap infrastruktur dan pusat data (data center) yang tersedia, yang secara langsung mempengaruhi kemampuan organisasi untuk mencapai peningkatan performa misi, pengambilan keputusan manajemen, dan efisiensi operasional.
Investasi TI Secara umum investasi TI bermanfaat untuk menekan biaya-biaya operasi perusahaan, meningkatkan produktifitas dan menyelesaikan masalah bisnis yang spesifik. Investasi TI juga merupakan keputusan yang diambil oleh organisasi untuk meningkatkan sumber daya dari pengeluaran biaya yang nyata dari TI dengan harapan manfaat dari pengeluaran tersebut bertemu atau mencapai nilai dari apa yang diharapkan.
Investasi TI Investasi TI meliputi: Hardware adalah semua mesin dan peralatan dalam sistem komputer. Contoh: PC, mouse, keyboard, dan sebagainya. Software adalah instruksi elektronik step-by-step yang memberitahukan perangkat keras komputer apa bagaimana melakukan sebuah tugas. Contoh: operating system, utility software, dan application software. Network/jaringan adalah sebuah sistem komunikasi yang menghubungkan dua atau lebih komputer. Contoh: LAN, WAN, dan MAN. Brainware adalah pemakai komputer atau orang yang mengoperasikan komputer (user). Contoh: operator, programmer, sistem analis, dan database administrator, Fasilitas. Contoh: ruangan, AC, dan lain sebagainya.
Efektivitas Investasi TI Efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas,kualitas dan waktu) telah tercapai dimana makin besar persentase target yang dicapai, makin tinggi efektifitasnya. Jadi, efektivitas investasi teknologi informasi adalah mengukur sejauh mana pencapaian tujuan investasi di bidang perangkat keras dan piranti lunak dalam suatu perusahaan telah tercapai sesuai dengan yang telah direncanakan.
Perlunya Investasi di Bidang TI Fondasi untuk melakukan bisnis (seperti e-business dan e-commerce); Produktivitas meningkat karena penggunaan TI sebagai alat untuk inovasi; Kesempatan dan keuntungan strategik, dalam hal ini mengambil peluang pasar, membangun produk baru, dan menciptakan jasa baru yang sangat memerlukan investasi di TI; Memberikan peluang bisnis baru dan akan mendapat keuntungan strategik dari pesaing apabila dapat memberikan perbedaan atau keunikan dibanding pesaingnya.