Guru yang tak puas dengan pekerjaannya ©S.Belen Webaddress:
Guru yang tak puas dengan pekerjaannya Ada seorang guru yang tidak puas dengan pekerjaannya. Pada suatu hari ia melihat seorang saudagar kaya yang amat berkuasa. Karena, ia bisa menyuruh apa saja kepada para pelayannya sesuka hatinya. Maka, ia berdoa kepada Tuhan agar menjadi saudagar kaya. Dan, Tuhan mengabulkan doanya. Ia pun menjadi saudagar kaya!
Suatu hari ia melihat seorang pejabat tinggi mengendarai mobil sedan mewah ……..lewat di tengah pasar. Ia dan para saudagar lain terpaksa membungkukkan badan untuk menghormati pejabat tinggi itu. Dalam hati ia berpikir, betapa berkuasanya sang pejabat tinggi itu. Dan, ia pun berdoa kepada Tuhan agar bisa menjadi pejabat tinggi. Dan, Tuhan mengabulkan doanya. Ia pun menjadi pejabat tinggi!
Namun, rupanya pejabat tinggi itu merasa amat terganggu oleh sengat terik matahari. Ternyata matahari lebih berkuasa dari pejabat tinggi itu. Maka, ia berdoa agar dapat menjadi matahari. Dan, Tuhan pun mengabulkan doanya. Ia pun berubah menjadi matahari! Namun, ternyata matahari dapat ditutup awan. Maka, ia berdoa agar dapat menjadi awan. Dan, Tuhan masih tetap mengabulkan doanya.
Namun, ternyata awan masih kalah dengan angin. Angin dapat membawa awan ke mana pun ia mau. “Wah, betapa berkuasanya angin”, pikirnya. Maka, ia pun berdoa agar menjadi angin. Dan, Tuhan tetap mengabulkan doanya. Tapi, ternyata angin tak dapat menerbangkan debu tanah dari bukit tanah liat. Berarti bukit tanah liat-lah yang paling perkasa dan berkuasa. Angin ternyata tak berkutik. Maka, ia berdoa agar menjadi bukit tanah liat.
Ketika menjadi bukit tanah liat, ia rasakan betapa sakitnya dipukul dan ditusuk linggis. Linggis digunakan para siswa untuk menggali tanah liat. Karena, disuruh gurunya untuk membuat kendi, vas bunga, dan patung. Ia pun berpikir. Wah, yang lebih hebat rupanya linggis. Tapi, linggis bergantung kepada kemauan siswa. Tetapi, siswa pun hanya mengikuti perintah guru.
Berarti yang jauh lebih hebat dan berkuasa adalah guru. Maka, ia berdoa: “Tuhan, jadikanlah aku seperti semula, seorang guru! Karena, ternyata gurulah yang paling hebat dari semua yang lain!”