Awam Dalam Kiprah Pewartaan Injil Vincentius Tjahjono Santoso Girisonta, 29-30 Januari 2014
Bahan referensi : EVANGELII NUNTIANDI (Mewartakan Injil), imbauan Apostolik Bapa Suci Paulus VI, tentang Karya Pewartaan Injil dalam Zaman Modern, 8 Desember 1975 Mat 28 : 18-20 Yesus mendekati mereka dan berkata:”Kepada- Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.”
Jadi : Mewartakan Injil adalah suatu PERINTAH, bukan tawaran atau saran.(EN 5) Merupakan PERINTAH kepada SELURUH ANGGOTA GEREJA, bukan kepada hirarki atau orang tertentu saja Kaum awam adalah juga ANGGOTA GEREJA, bahkan bagian terbesar dari Gereja Jadi kaum awam pun harus terlibat aktif dalam pewartaan INJIL. Mewartakan Injil adalah TUGAS PERUTUSAN sampai AKHIR ZAMAN, bukan pada zaman tertentu saja.
Bagaimana agar dapat mewartakan Injil? Renungan Yoh 1:35 – 42 Seorang pewarta Injil harus terlebih dahulu mengalami PERJUMPAAN PRIBADI dengan Yesus. Seorang Pewarta Injil adalah SAKSI. Kita tidak bisa membagikan apa yang tidak kita miliki. Tugas Pewarta Injil adalah “membawa orang kepada Yesus”, BUKAN sekedar BERCERITA tentang Yesus, atau MENJELASKAN tentang Yesus.
MEMBAWA ORANG KEPADA YESUS Berarti membimbing orang lain MENEMUKAN YESUS di dalam hidupnya, BERJUMPA DENGAN YESUS dalam setiap peristiwa hidupnya secara nyata. Berarti, kita sebagai Pewarta Injil harus MASUK KE DALAM “KEHIDUPAN” orang –orang yang akan kita bawa kepada Yesus. Kita harus masuk ke dalam mereka. Bukan mereka yang harus masuk dalam “dunia” kita. Yoh 1 : 35 – 51; Cara yesus “menyapa” Andreas, Simon Petrus, Filipus, dan Natanael berbeda – beda, menurut karakter pribadi masing-masing.
Kalau Begitu, Bagaimana Mewartakan Injil di Zaman Modern ini?
ISI POKOK dari pewartaan Injil bersifat hakiki, subtansi, tidak boleh diubah-ubah, yaitu mengenai Allah yang diwahyukan oleh Yesus Kristus, dalam Roh kudus, atau Penebusan dalam Yesus Kristus (EN 26-27) Sedangkan METODE – METODE yang digunakan untuk pewartaan harus selalu berubah, disesuaikan dengan waktu, situasi dan budaya (zaman nya), inilah tantangan bagi kita semua (EN 40). Tetapi harus diwaspadai juga, jangan kita “terjebak” menjadikan “alat” sebagai “tujuan”.
Itulah sebabnya pewartaan Injil harus selalu menggunakan metode yang sesuai dengan zaman nya dan karakter orang/masyarakat yang akan menerima Injil . Ini merupakan SYARAT MUTLAK, sekaligus TANTANGAN TERBESAR kita. KITA HARUS BISA MASUK MELALUI PINTU MEREKA, DAN KELUAR MELALUI PINTU KITA.
“Bagi Gereja sarana utama bagi Penginjilan adalah kesaksian hidup kristen yang otentik,.....” “Manusia modern lebih senang mendengarkan kesaksian daripada para pengajar. Dan bila mereka mendengarkan para pengajar, hal itu disebabkan karena para pengajar tadi merupakan saksi-saksi” (EN 41)
Di sinilah kaum awam mengambil PERAN PENTING Dunia modern lebih membutuhkan “saksi”, tidak sekedar pengajaran-pengajaran Kesaksian kaum awam, baik melalui gaya hidupnya, perbuatannya, pergumulannya, pemikirannya, dan kata-katanya merupakan ujung tombak pewartaan Kabar Gembira di zaman ini
Kaum awam harus berperan aktif dalam menghadirkan KERAJAAN ALLAH di dunia ini Kaum awam harus dapat mensharingkan pengalaman perjumpaan pribadinya dengan Yesus dalam segala kegiatan kongkrit dalam kehidupan Kaum awam sangat berpotensi untuk menguatkan / meyakinkan sesama kaum awam, karena mereka adalah saksi
Kaum awam seperti apa yang dibutuhkan Gereja zaman ini untuk mewartakan Injil? Kaum awam yang “mau berjuang” bergumul dalam kehidupannya sendiri baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, pekerjaan, menggereja, dan bermasyarakat Kaum awam yang sudah mengalami perjumpaan pribadi dengan Yesus dan Yesus hidup dalam dirinya Ini berarti kaum awam yang memiliki hidup rohani yang dalam, yang dapat senantiasa berjumpa dengan Yesus dalam setiap kejadian hidupnya
Inilah kekhasan pewartaan kaum awam yang melengkapi/menyempurnakan pewartaan Kabar Gembira oleh Gereja Ini berarti bahwa peranan kaum awam sama sekali tidak mengurangi apalagi menggantikan peranan hirarki dan kaum rohaniwan Kaum awam tidak memiliki dasar pengetahuan iman, ajaran Gereja, Kitab Suci, dll karena ini bukan fokus pelayanan mereka Hirarki Gereja-lah yang tetap memegang otoritas semua pengajaran Gereja Maka evangelisasi merupakan kerja seluruh Gereja
INILAH EVANGELISASI BARU
EVANGELISASI tidak mungkinlah tanpa karya ROH KUDUS. (EN 75)
Teknik – teknik evangelisasi adalah baik, tapi bahkan teknik yang paling maju pun tidak dapat mengantikan karya ROH KUDUS yang lembut (EN 75) ....kami (para Bapa sinode) mendorong semua penginjil, entah siapapun mereka itu, untuk berdoa terus menerus kepada ROH KUDUS. (EN 75)
Bunda Maria, yang sejak pagi Pentakosta, mendampingi para Rasul, dengan doa nya, senantiasa menjadi BINTANG EVANGELISASI. Bunda Maria, Bunda Bintang Evangelisasi, doakanlah kami, Amin!