ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM RESPIRASI LUKY DWIANTORO
Perkembangan sistem respirasi pada masa intrauterine Janin mulai menunjukkan gerak pernapasan sejak usia sekitar 18 minggu. Perkembangan struktur alveoli paru sendiri baru sempurna pada usia 24-26 minggu.
surfaktan mulai diproduksi sejak minggu ke-20, tetapi jumlah dan konsistensinya sangat minimal dan baru adekuat untuk survival ekstrauterin pada akhir trimester ketiga. Aliran keluar-masuk yang terjadi pada pernapasan janin intrauterin bukanlah aliran udara, tetapi aliran cairan amnion. Seluruh struktur saluran napas janin sampai alveolus terendam dalam cairan amnion tersebut
Minggu 24 Paru-paru mulai mengambil oksigen meski bayi masih menerima oksigen dari plasenta. Untuk persiapan hidup di luar rahim, paru-paru bayi mulai menghasilkan surfaktan yang menjaga kantung udara tetap mengembang.
Minggu 25 Bayi cegukan, apakah anda merasakannya Minggu 25 Bayi cegukan, apakah anda merasakannya? Ini tandanya ia sedang latihan berhafas. Ia menghirup dan mengeluarkan air ketuban. Jika air ketuban yang tertelan terlalul banyak, ia akan cegukan. Beratnya 560 gram.
Minggu 27 Minggu pertama trisemester ketiga, paru-paru, hati dan sistem kekebalan masih harus dimatangkan. Namun jika ia dilahirkan, memiliki peluang 85% untuk bertahan. Panjangnya 23cm dengan berat 900 gram.
Minggu 32 Jari tangan dan kaki telah tumbuh sempurna, begitu pula dengan bula mata, alis dan rambut di kepala bayi yang semakin jelas. Lanugo yang menutupi tubuh bayi mulai rontok tetapi sebagian masih ada di bahu dan punggung saat dilahirkan. Dengan berat 1800 gram dan panjang 29 cm, kemampuan bertahan hidup di luar rahim sudah lebih baik apabila ia dilahirkan pada minggu ini.
Minggu 33 Vernix yang menutupi kulit bayi sudah cukup tebal Minggu 33 Vernix yang menutupi kulit bayi sudah cukup tebal. Paru-parunya hampir matang dan ia terus berlatih pernafasan setiap hari. Pada minggu ini, ia mulai berada dalam posisi kelahiran.
Minggu 34 Bayi yang dilahirkan pada minggu ini, paru-parunya sudah cukup matang. ukuran rata-ratanya 2250 gram dan 32 cm sehingga ia sudah mampu bertahan hidup tanpa bantuan peralatan medis.
Minggu 37 Meskipun sudah cukup bulan, bayi masih terus berkembang Minggu 37 Meskipun sudah cukup bulan, bayi masih terus berkembang. Ia mulai menghasilkan kortison, hormon yang membantu kematangan paru-paru untung mengambil udara tanpa bantuan.
PERUBAHAN ANATOMI DAN ADAPTASI FISIOLOGIS PADA IBU HAMIL PERUBAHAN SISTEM PERNAFASAN Ketidaknyamanan dan gangguan memperberat penyakit saluran respirasi Perubahan mukosa saluran respirasi
Diafragma naik atau terjadi desakan diafragma akibat dorongan rahim yang membesar Pernafasan menjadi lebih pendek dan dalam (frekuensi 14-15 x/menit) akibat peningkatan penggunaan oksigen Peningkatan konsumsi oksigen Progesteron menyebabkan hiperventilasi Penurunan kadar CO2 menyebabkan alkalosis
ADAPTASI /PERUBAHAN FISIOLOGI PADA BBL Selama dalam uterus, janin mendapatkan oksigen dari pertukaran gas melalui plasenta. Setelah bayi lahir, pertukaran gas harus melalui paru – paru.
a. Perkembangan paru-paru Paru-paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari pharynx yang bercabang dan kemudian bercabang kembali membentuk struktur percabangan bronkus proses ini terus berlanjut sampai sekitar usia 8 tahun, sampai jumlah bronkus dan alveolus akan sepenuhnya berkembang, walaupun janin memperlihatkan adanya gerakan napas sepanjang trimester II dan III.
Paru-paru yang tidak matang akan mengurangi kelangsungan hidup BBL sebelum usia 24 minggu. Hal ini disebabkan karena keterbatasan permukaan alveolus, ketidakmatangan sistem kapiler paru-paru dan tidak tercukupinya jumlah surfaktan.
b. Awal adanya napas Faktor-faktor yang berperan pada rangsangan nafas pertama bayi adalah : 1). Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar rahim yang merangsang pusat pernafasan di otak.
2). Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena kompresi paru - paru selama persalinan, yang merangsang masuknya udara ke dalam paru - paru secara mekanis. Interaksi antara system pernapasan, kardiovaskuler dan susunan saraf pusat menimbulkan pernapasan yang teratur dan berkesinambungan serta denyut yang diperlukan untuk kehidupan.
3). Penimbunan karbondioksida (CO2) Setelah bayi lahir, kadar CO2 meningkat dalam darah dan akan merangsang pernafasan. Berurangnya O2 akan mengurangi gerakan pernafasan janin, tetapi sebaliknya kenaikan CO2 akan menambah frekuensi dan tingkat gerakan pernapasan janin. 4). Perubahan suhu Keadaan dingin akan merangsang pernapasan.
c. Surfaktan dan upaya respirasi untuk bernapas Upaya pernafasan pertama seorang bayi berfungsi untuk : 1). Mengeluarkan cairan dalam paru-paru 2). Mengembangkan jaringan alveolus paru-paru untuk pertama kali.
Agar alveolus dapat berfungsi, harus terdapat survaktan (lemak lesitin /sfingomielin) yang cukup dan aliran darah ke paru – paru. Produksi surfaktan dimulai pada 20 minggu kehamilan, dan jumlahnya meningkat sampai paru-paru matang (sekitar 30-34 minggu kehamilan). Fungsi surfaktan adalah untuk mengurangi tekanan permukaan paru dan membantu untuk menstabilkandinding alveolus sehingga tidak kolaps pada akhir pernapasan.
Tidak adanya surfaktan menyebabkan alveoli kolaps setiap saat akhir pernapasan, yang menyebabkan sulit bernafas. Peningkatan kebutuhan ini memerlukan penggunaan lebih banyak oksigen dan glukosa. Berbagai peningkatan ini menyebabkan stres pada bayi yang sebelumnya sudah terganggu.
d. Dari cairan menuju udara Bayi cukup bulan mempunyai cairan di paru-parunya. Pada saat bayi melewati jalan lahir selama persalinan, sekitar sepertiga cairan ini diperas keluar dari paru-paru. Seorang bayi yang dilahirkan secar sectio sesaria kehilangan keuntungan dari kompresi rongga dada dan dapat menderita paru-paru basah dalam jangka waktu lebih lama.
Dengan beberapa kali tarikan napas yang pertama udara memenuhi ruangan trakea dan bronkus BBL. Sisa cairan di paru-paru dikeluarkan dari paru-paru dan diserap oleh pembuluh limfe dan darah.
Fungsi sistem pernapasan dan kaitannya dengan fungsi kardiovaskuler Oksigenasi yang memadai merupakan faktor yang sangat penting dalam mempertahankan kecukupan pertukaran udara. Jika terdapat hipoksia, pembuluh darah paru-paru akan mengalami vasokontriksi. Jika hal ini terjadi, berarti tidak ada pembuluh darah yang terbuka guna menerima oksigen yang berada dalam alveoli, sehingga menyebabkan penurunan oksigen jaringan, yang akan memperburuk hipoksia.
Peningkatan aliran darah paru-paru akan memperlancar pertukaran gas dalam alveolus dan akan membantu menghilangkan cairan paru-paru dan merangsang perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasi luar rahim.
Perubahan sistem respirasi / pernapasan yang terjadi Pada Lansia A. Perubahan Anatomi dan Fisiologi Sistem Respirasi pada lansia Pada usia lanjut terjadi perubahan-perubahan anatomik yang mengenai hampir seluruh susunan anatomik tubuh, dan perubahan fungsi sel, jaringan atau organ. .
1. Perubahan Anatomik Sistem Respirasi Menurut Stanley, 2006, perubahan anatomi yang terjadi pada sistem respiratory akibat penuaan sebagai berikut : a. Paru-paru kecil dan kendur. b. Hilangnya recoil elastic. c. Pembesaran alveoli. d. Penurunan kapasitas vital ; penurunan PaO2 dan residu.
e. Pengerasan bronkus dengan peningkatan resistensi. f. Klasifikasi kartilago kosta, kekakuan tulang iga pada kondisi pengembangan g. Hilangnya tonus otot toraks, kelemahan kenaikan dasar paru. h. Kelenjar mucus kurang produktif. Penurunan sensivitas sfingter esophagus. j. Penurunan sensivitas kemoreseptor
2. Perubahan-perubahan fisiologis Sistem Respirasi Proses penuaan menyebabkan beberapa perubahanstructural dan fungsional pada toraks dan paru – paru. Kita ketahui bahwa tujuan pernapasan adalah untuk pertukaran oksigen dan karbondioksida antara lingkungan eksternal dan darah.
Pada lansia ditemukan alveoli menjadi kurang elastic dan lebih berserabut serta berisi kapiler – kapiler yang kurang berfungsi, sehingga kapasitas penggunaan menurun karena kapasitas difusi paru – paru untuk oksigen tidak dapat memenuhi permintaan tubuh.
Daya pegas paru – paru berkurang, sehingga secara normal menahan thoraks sedikit pada posisi terkontraksi disertai dengan penurunan kekuatan otot rangka pada toraks dan diafragma. Karena dinding toraks lebih kaku dan otot pernapasan menjadi lemah, maka menyebabkan kemampuan lansia untuk batuk efektif menurun.
Dekalsifikasi iga dan peningkatan klasifiaksi dari akrtilago kostal juga terjadi. Membran mukosa lebih kering, sehingga menghalangi pembuangan secret dan menciptakan risiko tinggi terhadap infeksi pernapasan. (Maryam, 2008).
Sedangkan menurut Stokslager, 2003 perubahan fisiologis pada sisitem pernapasan sebagian berikut: 1. Pembesaran hidung akibat pertumbuhan kartilago yang terus-menerus. 2. Atrofi umum tonsil. 3. Deviasi trakea akibat perubahan di tulang belakang yang menua. 4. Peningkatan diameter dada anteropsterior sebagai akibat perubahan metabolism kalsium dan kartilago iga.
5. Kekakuan paru ; penurunan jumlah dan ukuran alveolus. 6. Kifosis. 7 5. Kekakuan paru ; penurunan jumlah dan ukuran alveolus. 6. Kifosis. 7. Degenerasi atau atrofi otot pernapasan 8. Penurunana kapasitas difusi 9. Penurunanan kekuatan otot inspirasi dan ekspirasi; penurunan kapasitas vital 10. Degenerasi jaringan paru, yang menyebabkan penurunan kemampuan recoil elastic paru dan peningkatan kapasitas residual.
11. Ventilasi buruk pada area basal (akibat tertutupnya jalan napas ) yang mengakibatkan penurunan area permukaan untuk pertukaran gas dan pertukaran tekanan oksigen. 12. Penurunan saturasi oksigen sebesar 5% 13. Penurunana cairan respiratorik sekitar 30%, peninggian risisko infeksi paru dan sumbat mukus. 14. Toleransi rendah terhadap oksigen
b. Sistem respirasi. Pada penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru b. Sistem respirasi. Pada penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru. Kapasitas parutetap, tetapi volume cadangan paru bertambah. Volume tidal bertambah untuk mengompensasi kenaikan ruang rugi paru. Udara yang mengalir ke paru berkurang.
Perubahan pada otot, kartilago dan sendi toraks mengakibatkan gerakan pernafasan terganggu dan kemampuan perengangan toraks berkurang. Umur tidak berhubungan dengan perubahan otot diafragma.
Apabila terjadi perubahan otot diafragma, otot torak menjadi tidak seimbang dan menyebabkan distorsi dinding toraks selama respirasi berlangsung. Kalsifikasi kartilago kosta mengakibatkan penurunan mobilitas tulang rusuk sehingga ekspansi rongga dada dan kapasitas ventilasi paru menurun.
Perubahan Sistem Respirasi pada Penuaan Perubahan Morfologis dan Struktur Thoraks 1. Kalsifikasi pada bronkus dan kartilago costae 2. Peningkatan kekakuan sendi kostovertebralis 3. Peningkatan diameter AP 4. Peningkatan kerja otot pernafasan, penggunaan otot bantu pernafasan
Perubahan FungsionalTHORAKS 1. Peningkatan tahanan dinding dada 2. Penurunan keefektifan 3. Penurunan volume tidal 4. Peningkatan exercise induce hyperpnea 5. Penurunan ventilasi sadar maksimal 6. Penurunan kekuatan batuk 7. Peningkatan resiko aspirasi
Perubahan Morfologis dan Struktur PARU 1. Peningkatan ukuran duktus alveolus 2. Penurunan jaringan penyokong 3. Peningkatan ukuran alveolus 4. Peningkatan pemenuhan alveolus
Perubahan Fungsional PARU 1. Penurunan area pertukaran gas 2. Peningkatan ruang rugi fisiologis 3. Penurunan elastisitas regangan paru 4. Penurunan kapasitas vital paru 5. Penurunan volume cadangan inspirasi
6. Peningkatan volume cadangan ekspirasi 7. Peningkatan volume residu dan volume residu fungsional. 8. Penurunan arus ventilasi paru 9. Penurunan distribusi ventilasi 10. Peningkatan penutupan aliran udara bebas 11. Peningkatan desaturasi arterial
12. Peningkatan tahanan terhadap aliran udara pada saluran udara yang kecil. 13. Pengurangan jaringan kapiler paru 14. Penurunan distribusi perfusi 15. Peningkatan hambatan kapasitas difusi 16. Peningkatan jaringan ikat pada tunika intima kapiler 17. Penurunan ventilasi untuk perfusi yang sebanding.