STIGMA DAN IDENTITAS SOSIAL Orang-orang Yunani, yang tampaknya mempunyai pemikiran yang kuat dalam hal visual, mengatakan bahwa istilah stigma mengacu pada tanda-tanda tubuh yang dirancang untuk mengekspos sesuatu yang tidak biasa dan buruk tentang status moral penanda.
Kemudian, di masa Gereja, dua lapisan metafora ditambahkan ke istilah: pertama disebut tanda-tanda tubuh rahmat suci yang berupa bunga erupsi pada kulit, yang kedua, sebuah kiasan medis untuk kiasan ini agama, disebut tubuh tanda-tanda gangguan fisik.
Biasanya, kita tidak menyadari bahwa kita telah membuat tuntutan atau menyadari apa yang bisa membuat mereka sampai memuncul pertanyaan yaitu apakah mereka akan terpenuhi atau tidak. Hal ini kemudian membuat kita menyadari bahwa selama ini kita telah membuat asumsi-asumsi tertentu seperti apa individu sebelum kami seharusnya.
Tiga jenis perbedaan Stigma adalah : Penghinaan terhadap tubuh seseorang yang mempunyai kelainan fisik Noda karakter individu dianggap sebagai kehendak yang lemah, nafsu dominan atau tidak wajar, keyakinan berbahaya dan kaku, dan ketidakjujuran, ini yang disimpulkan dari catatan yang dikenal, misalnya, gangguan mental, penjara, kecanduan, alkoholisme, homoseksualitas, pengangguran, upaya bunuh diri, dan perilaku politik yang radikal. ada stigma suku ras, bangsa, dan agama, ini menjadi stigma yang dapat ditularkan melalui garis keturunan pada semua anggota keluarga.
Sikap normal yang kita miliki terhadap seseorang dengan stigma, dan tindakan yang kita ambil kepadanya, sangat terkenal, karena tanggapan ini adalah bagaimana aksi sosial baik hati dirancang untuk melembutkan dan memperbaiki.
Lebih lanjut, kita dapat melihat bagaimana respon defensif terhadap situasi sebagai ekspresi langsung dari suatu kekurangan, dan kemudian melihat kedua kekurangan dan respon hanya sebagai balasan atas sesuatu yang dia maupun orang tuanya lakukan, dan bagaimana cara kita memperlakukan dia.
Dari beberapa ulasan diatas kita dapat menyimpulkan bahwa kalimat atau perkataan 'stigma' memiliki beberapa arti yang berbeda, tergantung penggunaannya dalam kalimat yang dapat memberikan maksud yang tepat pada kalimat tersebut.
identitas sosial lebih diartikan sebagai diri pribadi dalam interaksi sosial, dimana diri adalah segala sesuatu yang dapat dikatakan orang tentang dirinya sendiri, bukan hanya tentang tubuh dan keadaan fisiknya sendiri saja, melainkan juga tentang anak–istrinya, rumahnya, pekerjaannya, nenek moyangnya, teman–temannya, milikinya, uangnya dan lain–lain.
4 Dimensi dalam mengkonseptualisasikan identitas sosial : Persepsi dalam konteks antar kelompok. Daya tarik in- group Keyakinan saling terkait Depersonalisasi Keempat dimensi di atas, cenderung muncul ketika individu berada ditengah – tengah kelompok.
Komponen dalam Identitas Sosial : Diri pribadi Berfikir mengenai diri sendiri merupakan hal yang paling sering dilakukan oleh orang. Pada umumnya, orang akan berpusat pada dirinya sendiri. Sehingga, diri adalah pusat dari dunia sosial setiap orang. James membagi diri menjadi dua jenis. Pertama diri sebagai “DIRI”. Dan yang kedua diri sebagai “AKU”. Diri adalah aku sebagaimana dipersepsikan oleh orang lain sebagai objek (objective self) sedangkan Aku adalah inti dari diri aktif, mengamati, berfikir dan berkehendak (subjective self). Konsep diri pribadi Konsep diri adalah kumpulan keyakinan dan persepsi diri terhadap diri sendiri yang teroganisir.