Dimensi dan Tipe Penelitian
Tidak ada satu tipe penelitian tunggal yang digunakan untuk meneliti suatu gejala tertentu, pengklasifikasian ini dinamakan dimensions of research (Newman) Adanya ragam klasifikasi tipe penelitian menunjukkan belum ada kesamaan klasifikasi dari para ahli metodologi penelitian. Beberapa dimensi klasifikasi ; Paradigma, Manfaat / Maksud / hasil akhir, tujuan, waktu, subyek.
Dimensi Klasifikasi 1. Paradigma : - Paradigma adalah ‘basis kepercayaan’ (metaphysics) utama dari sistem berpikir. Basis dari ontologi, epistemologi dan metodologi. - Paradigma dalam pandangan filosofis, memuat pandangan awal yang membedakan, memperjelas dan mempertajam orientasi berpikir seseorang.
Paradigma dengan demikian membawa konsekuensi praktis perilaku, cara berpikir, interpretasi dan kebijakan dalam pemilihan terhadap masalah. Paradigma memberi representasi dasar ‘yang sederhana’ dari informasi pandangan yang kompleks. Sehingga orang dapat memilih untuk bersikap dan mengambil keputusan.
Berpikir Paradigmatik – 3 konsepsi paradigma Positivistivisme Konstruktivisme / Interpretatif Critical Theory
Kedudukan Paradigma dalam Penelitian (Denzin & Lincoln) (Neuman) : Inquiry Aim : Positivisme, melihat tujuan penelitian untuk mengadakan penjelasan, prediksi, kontrol, terutama untuk melihat sejauh mana hukum alam berlaku dalam kehidupan sosial. Konstruktivisme : tujuan kegiatan penelitian adalah untuk mengadakan ‘pemahaman’ dan rekonstruksi social action Critical : menitikberatkan pada perlu adanya kritik untuk melakukan transformasi dan pemberdayaan manusia
Theory : positivisme ; melihat kedudukan teori dalam penelitian ibarat ‘dogma’ karena selalu bersandar pada logika deduktif, aksioma dan hukum. Konstruktivisme ; menempatkan teori sebagai langkah menyusun deskripsi dan pemahaman terhadap kelompok masyarakat yang hendak ditelitinya. Critical : memberi kritik terhadap kemapanan guna membantu masyarakat menemukan kondisi yang lebih baik.
Nature of Knowledge : Positivisme, untuk mengetahui sifat ilmu pengetahuan sosial, kelompok ini menempatkan hipotesis sebagai fakta dan hukum. Konstruktivisme : ilmu pengetahuan sebenarnya adalah rekonstruksi pemikiran individu yang kemudian dikembangkan sebagai konsensus masyarakat. Critical : melihat sifat pengetahuan sebagai akibat dari struktur dan pemahaman sejarah.
Role of common sense : positivisme, melihat bahwa aturan kebenaran berasal dari akal sehat dan jumlahnya beberapa saja. Konstruktivisme, melihat bahwa kekuatan teori berasal dari kehidupan keseharian yang harus dapat digunakan oleh warga masyarakat secara maksimal. Critical, melihat bahwa aturan kebenaran bukan dari ‘kesadaran palsu’ (yang biasanya dibuat kekuasaan), karen hal itu berada di luar kondisi obyektif
Scope of explanation : positivisme, lingkup penjelasan keilmuan terletak pada angka (Nomothetic) yang mengandung kepastian yang tidak bisa ditolak. Konstruktivisme, tidak sependapat, yang terpenting adalah penjelasannya (Ideographic), karena akan memuat rasional yang menjadi latar belakang suatu tindakan. Critical, mixed nomothethic dan ideographic
True explanation : Positivisme, ‘penjelasan sejati’ bagi perkembangan ilmu pengetahuan adalah hubungan antara logika, hukum alam dan data / fakta yang dapat dicapai. Konstruktivisme, kesesuaian dari kehendak baik mereka yang menyadari sedang belajar. Critical, kesediaan dari masyarakat dengan peralatan yang dibutuhkan untuk ‘mengubah dunia’.
Good evidance : positivisme, kepercayaan terhadap kebenaran, diletakkan pada pengamatan yang tepat dan dapat diulang kembali. Konstruktivisme, meletakkan kepercayaan itu pada konteks interaksi sosial. Critical, mendapatkan kepercayaan itu pelaporan dengan suatu teori.
Goodness / quality criteria : positivisme, kriteria kebenaran berupa nilai konvensional yang bersifat ‘keras’, kebenaran yang berada di dalam dan di luar lingakarn data harus bersifat obyektif. Konstruktivisme, kriteria kebenaran harus dapat dipercaya, asli dan benar. Citical, kriteria kebenaran harus bersifat kesejarahan dan dapat mengikis ketidaktahuan.
Value : Postivisme, melihat nilai berada ‘di luar’ kegiatan penelitian dan menyangkal adanya pengaruh karena ilmu pengetahuan adalah ‘bebas nilai’. Konstruktivisme, berada ‘di dalam’ dibentuk bersama, menjadi bagian integral dari interaksi sosial. Critical, ‘di dalam’ kegiatan penelitian, dibentuk bersama antara peneliti dengan obyeknya. Semua pengetahuan harus diawali dari tempat kedudukan nilai ada yang benar dan ada yang salah.
Ethics, positivisme, etika berasal dari ‘luar’ dan menolak manipulasi. Konstruktivisme, berasal dari ‘dalam’, proses mencari relevansi dan problema khusus. Critical, berasal dari dalam, mencari kebenaran.
Voice ; Positivisme, menempatkan peneliti sebagai “disinterested scientist”, yaitu informan, pengambil keputusan dan perantara perubahan. Konstruktivisme, peneliti sebagai “passionate participant, kemampuan fasilitator yang banyak memberi alternatif dan kemampuan merekonstruksi setiap pemikiran. Citical, menempatkan peneliti sebagai “transformative – intellectual” yang condong sebagai aktivis dan pengacara bagi golongan masyarakat kecil tertindas.
Training : Positivisme, menempatkan kegiatan penelitian sebagai pengembang teknik dan pendekatan kuantitatif dalam substansi teori. Konstruktivisme dan critical, tetap berpegang pada resosialisasi terhadap pendekatan kualitatif dan kuantitatif dalam pendekatan historis dan memberi wewenang untuk mengadakan perubahan dan pemberdayaan.
Accomodation : Positivisme, memberi akomodasi yang dapat diukur. Konstruktivisme dan critical, menyatakan bahwa akomodasi tidak dapat diukur secara pasti
Hegemony ; Positivisme, kekuasaan untuk mengadakan penelitian dalam bentuk kontrol, publikasi, penyimpanan data, promosi dan jabatan peneliti. Konstruktivisme dan critical, kekuasaan untuk menyelenggarakan penelitian, sangat ditemtukan oleh pengakuan dan masukan.