TUGAS CIVIC EDUCATION Review Film Wakil Rakyat
St . AsriYamdhani Jatnika 20110520103 IP - C FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN
Diperankan oleh Tora Sudiro (Bagyo), Revalina S Diperankan oleh Tora Sudiro (Bagyo), Revalina S. Temat (Ani), Vincent (Jereng), Zainuddin (Joe Project P), dan beberapa pemain Srimulat seperti Tarzan (Wibowo)—film ini menurut saya tidak jelek. Ya, bagi saya yang tidak pernah membuat naskah film, main film, atau menyutradarai film, Wakil Rakyat merupakan tontonan segar dan ringan.
Ringan? Tema yang terlintas dari judulnya memang tentang politik, namun bagi saya ada satu hal politis nan sosiologis yang menarik dalam film ini: mendukung kepentingan orang banyak atau mencari dukungan dari orang demi kepentingannya sendiri.
Dalam film ini, diceritakan dua partai besar yang sedang “menebar pesona” kepada rakyat. PPTH (Partai Perjuangan Tiada Henti) dan PSK (Partai S.. K.. // maaf saya lupa kepanjangannya). Bagyo, sarjana S1 yang bekerja sebagai sekuriti di suatu gedung (dan kemudian dipecat), menolong seorang artis yang sedang naik daun (Atika) dalam aksi perampokan. Hal ini membuat Bagyo terkenal sebagai “pahlawan” yang punya banyak penggemar. PPTH melihatnya sebagai suatu kesempatan untuk mendulang suara di pemilu apabila PPTH mengajak Bagyo menjadi salah satu caleg dari partainya.
Ketika diminta, jelas Bagyo menolak karena tidak mengerti tentang politik. Tapi Wibowo, petinggi PPTH mengatakan bahwa caleg itu tidak perlu mengerti politik... Dan Bagyo pun tergiur dengan posisi itu. Namun keadaan ini membuat hubungan Bagyo dan pacarnya, Ani, semakin renggang karena orangtua Ani adalah pendukung fanatik PSK (musuh PPTH). Ani juga merasa Bagyo mengalami star syndrome karena ketenarannya. Padahal, Bagyo tidak pernah melupakan Ani walaupun sudah menjadi orang terkenal.
Bagyo pun diutus untuk berkampanye di daerah terpencil di Wadasrejo, Yogyakarta. Ia mendapat tempat kampanye di sana karena ada caleg lain yang iri padanya sehingga menyuap asisten Wibowo agar Bagyo ditempatkan di daerah terpencil. Di sana, Bagyo belajar mengenai banyak hal tentang kehidupan. Salah satunya, ketika ia harus memperkenalkan diri sebagai caleg dalam rangkaian kampanye PPTH di Sleman (Yogya), ia melihat seorang wanita yang sedang kesakitan karena akan melahirkan, namun tak ada seorang pun yang menolongnya. Jiwa sosial Bagyo tumbuh, maka ia dan anak buahnya (Jereng) berusaha untuk menolong wanita itu hingga tidak sempat datang pada kampanye PPTH. Bagyo dinilai mempermalukan partai, lalu dikeluarkan dari daftar caleg PPTH.
Hal itu malah membuat Bagyo lebih bahagia, karena selain dapat menyambung cintanya lagi bersama Ani, masyarakat di daerah terpencil Yogya yang ia pernah singgahi itu memberi ucapan terima kasih kepada Bagyo atas kebersamaan dan bantuan yang telah ia berikan kepada desa itu lewat siaran televisi.
Lepas dari sinopsis, mari sedikit membahas hal penting di sana Lepas dari sinopsis, mari sedikit membahas hal penting di sana. Ketika Bagyo lebih memilih menolong orang yang kesusahan daripada berkampanye untuk kepentingan partainya (pada film ini, partai cenderung mementingkan kepentingan kelompoknya saja, bukan kepentingan rakyat), hal itu menunjukkan keikhlasan untuk mendukung kepentingan rakyat, dan mengesampingkan usaha politis untuk didukung rakyat. Rakyat kini mendambakan kontribusi wakilnya di legislatif, bukan sekedar "angin surga" dari mereka.
Pesan layanan masyarakat : Jangan lupa untuk memilih (lagi) di pemilu presiden! Ayo, berikan suara kita kepada orang yang berhak menerimanya!
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. 4: 58)