SO324 - REKAYASA TRANSPORTASI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA 2005

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
TRANSPORTASI PERKOTAAN
Advertisements

PERSIMPANGAN BERSINYAL
ANALISIS LALU LINTAS HARIAN RATA-RATA JALAN KYAI MOJO YOGYAKARTA
DAERAH MANFAAT JALAN (DAMAJA)
Pertemuan ke 3: KINERJA LALU LINTAS
ANALISIS KAPASITAS & ANALISIS TINGKAT PELAYANAN
PEJALAN KAKI Adhi Muhtadi.
Metode Survey Lalu-Lintas
Ekspresi Kinerja Lalu-Lintas
Kapasitas Simpang Simpang Bersinyal Simpang Tidak Bersinyal
ABSTRAK Pola pergerakan dalam sistem transportasi sering dijelaskan sebagai arus pergerakan (kendaraan, penumpang dan barang) yang bergerak dari zona asal.
VOLUME RUAS JALAN PADA SATU LAJUR DAN KECEPATAN SESAAT PADA JAM PUNCAK
Pertemuan ke-4: INDEKS TINGKAT PELAYANAN
MANUAL KAPASITAS JALAN INDONESIA’97
Konsep Dasar dan Parameter Geometrik Jalan Raya
Klasifikasi Jalan Jalan umum dikelompokan berdasarkan (ada 5)
Lalu lintas harian rata – rata
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS GUNADARMA
ARUS LALU LINTAS (TRAFFIC FLOW)
Latar Belakang Masalah
TEORI UMUM PERSIMPANGAN
KARAKTERISTIK ARUS L.L. PARAMETER LALU LINTAS KUANTITAS PENGUKURAN
PERSIMPANGAN BERSINYAL
KAPASITAS DAN TINGKAT PELAYANAN JALAN Pertemuan 6
SO324 - REKAYASA TRANSPORTASI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA 2005
SURVEY KECEPATAN.
PENGANTAR PERENCANAAN JALAN RAYA
SOAL LATIHAN 1 Suatu jalan bebas hambatan 3 lajur untuk satu jalur di daerah datar diketahui mempunyai arus lalu lintas 3500 kendaraan/jam yang terdiri.
ANALISIS KAPASITAS & ANALISIS TINGKAT PELAYANAN
REKAYASA TRANSPORTASI
PENGANTAR PERENCANAAN JALAN RAYA
MANUAL KAPASITAS JALAN INDONESIA (MKJI)
SURVEI JALAN DAN LALULINTAS
REKAYASA TRANSPORTASI
KAJIAN RUAS JALAN LUAR KOTA
SUPPLY Kapasitas Kendaraan (Vuchic, 1981) Kapasitas Total (Cv)
REKAYASA TRANSPORTASI
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS JAYABAYA
REKAYASA TRANSPORTASI
PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN
PENGANTAR PERENCANAAN JALAN RAYA
REKAYASA TRANSPORTASI
SURVEI JALAN DAN LALULINTAS
PENGANTAR PERENCANAAN JALAN RAYA
ANALISIS SIMPANG BERSINYAL MKJI 1997 Pertemuan 10
Latihan sistem transportasi
PRINSIP DASAR ANALISIS SIMPANG BERSINYAL Pertemuan 9
PENGANTAR PERENCANAAN JALAN RAYA
VOLUME LALU LINTAS Jumlah kendaraan melalui titik yang ditentukan selama periode waktu tertentu. Surveyor 1 QA Arah ke A Arah ke B QB Surveyor 2.
MODEL ANTRIAN Pertemuan 12
SO324 - REKAYASA TRANSPORTASI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA 2005
PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
LATIHAN Rencanakan jumlah lajur suatu jalan bebas hambatan di daerah perkotaan dimana : landai longitudinal 1.5%, bahu 2 m, lebar lajur 3 m dan keadaan.
ANALISIS KAPASITAS & ANALISIS TINGKAT PELAYANAN
PRINSIP DASAR ANALISIS SIMPANG BERSINYAL Pertemuan 8
KAPASITAS DAN TINGKAT PELAYANAN JALAN Pertemuan 5
PARAMETER PERENCANAAN
Ryan tofik FTSP/TEKNIK SIPIL
BAHAN KULIAH HKM LALIN OLEH : AIRI SAFRIJAL RAMBU-RAMBU DAN
Rekayasa Lalu Lintas 2 SKS - Semester VI RAMBU-RAMBU LALU LINTAS
Lima kunci menjadi pengemudi yang selamat
KONSEP PEMODELAN Untuk menyederhanakan suatu realita secara terukur
PENGANTAR PERENCANAAN JALAN RAYA
MANUAL KAPASITAS JALAN INDONESIA’97 KAJIAN RUAS JALAN.
Desain dan Pengendalian Persimpangan
Lampu Lalu Lintas & Metode Pengaturan Waktu Lampu Lalu-Lintas
Konsep Dasar dan Parameter Geometrik Jalan Raya Perencanaan geometrik merupakan bagian dari suatu perencanaan konstruksi jalan, yang meliputi rancangan.
Manajemen Pejalan Kaki
DOMINGGUS ZADRACH DUPE NIM ANALISIS KINERJA SIMPANG BERSNYAL KOTA DENPASAR ( Studi Kasus: Simpang Waturenggong Dan Simpang Dewi Sartika) PROGRAM.
MANUAL KAPASITAS JALAN INDONESIA (MKJI). LATAR BELAKANG  Meningkatnya kemacetan jalan dalam dan luar kota karena bertambahnya volume kendaraan.  Terbatasnya.
Transcript presentasi:

SO324 - REKAYASA TRANSPORTASI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA 2005 SIMPANG BERSINYAL SO324 - REKAYASA TRANSPORTASI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA 2005

CONTOH SIMPANG Simpang 3 Lengan dan 4 Lengan 1 2 3 4 3 1 2 Simpang 4 Lengan Bersinyal Simpang 3 Lengan Tidak Bersinyal 3 1 2

ISTILAH Interval Hijau Interval Kuning (Amber) Waktu Hijau Efektif Periode dari fase dimana sinyal hijau menyala Interval Kuning (Amber) Bagian dari fase dimana selama waktu tersebut sinyal kuning menyala Waktu Hijau Efektif Adalah interval hijau ditambah interval kuning. Pada suatu fase adalah waktu dimana kendaraan berjalan melewati simpang. Interval Semua Merah Adalah perioda setelah interval kuning dimana semua sinyal merah menyala. Interval Antar Hijau Adalah interval antara akhir sinyal hijau untuk satu fase dan permulaan sinyal hijau untuk fase lain, atau dengan kata lain merupakan jumlah Interval Kuning dan Semua Merah. Interval Pedestrian Adalah perioda dimana sinyal pedestrian menyala, biasanya berkisar sekitar 4 – 7 detik yang seluruhnya berada dalam interval hijau untuk kendaraan, kecuali di beberapa kota besar.

U ILUSTRASI SIMPANG B T S sinyal Jalur pemisah Jalur pedestrian Konflik Utama Konflik Kedua S

TEORI ANTRIAN TINJAU ARUS LALU LINTAS DI PERSIMPANGAN BERSINYAL Gb 3: Panjang Antrian v/s Waktu Gb 1: Arus Kedatangan Konstan Gb 2: Arus Keberangkatan v/s Waktu

TEORI ANTRIAN TINJAU KARAKTERISTIK GRAFIK BERIKUT Gb 4: Kendaraan v/s Waktu Gb 5: Karakteristik Grafik

PERENCANAAN WAKTU SINYAL Tahap Pra – Design (Pengumpulan Data) Karakteristik Fisik Simpang Jumlah Lajur Lebar Lajur Lebar Simpang Lebar Bahu, dsb. Karakteristik Lalu Lintas di Simpang Komposisi Lalu Lintas (%Bus dan %Truck) Volume Jam Puncak Volume 15 menit Puncak

PROSES PERENCANAAN Tahap Design (Menurut Metoda Webster RRL 1966) Buat Rencana Fase Sinyal Hitung Interval Antar Hijau Tiap Fase Hitung Interval Hijau Minimum Tiap Fase Berdasarkan Waktu Menyeberang Pedestrian Hitung Laju Arus Jenuh Tiap Pendekat (Lajur) Hitung Laju Arus Rencana Tiap Pendekat (Lajur) Menggunakan Volume Jam Sibuk dan Faktor Jam Sibuk Tentukan Pergerakan Kritis atau Pendekat Kritis dan Hitung Rasio Arus Kritis Hitung Waktu Siklus Optimum Hitung Interval Hijau Untuk Tiap Pendekat Menggunakan Rasio Arus Kritis (step 6) Hitung Kapasitas Tiap Pendekat (Lajur) Check Rasio Tiap Kapasitas Pendekat/Laju Arus Rencana, dan Check Rasio Tiap Interval Hijau/Interval Hijau Minimum Sesuaikan Skema Waktu Siklus Bila Diperlukan

1. RENCANA FASE SINYAL Sinyal 2 Fase: Sinyal 3 Fase: B U T S terlawan Simpang US & BT Fase 1 : US Fase 2 : BT Fase 1 : US Fase 2 : US Fase 3 : BT terlawan terlindung

TINJAU SIMPANG 4 LENGAN DUA FASE Skema B U T S Simpang 4 Lengan Bersinyal B U T S Fase 1 : U - S B U T S Fase 2 : B - T B U T S Simpang US & BT Fase 1 : US Fase 2 : BT

B U T S B U T S B U T S B U T S Simpang US & BT Fase 1 : US Simpang 4 Lengan Bersinyal B U T S Fase 1 : U - S B U T S Fase 2 : B - T B U T S Simpang US & BT Fase 1 : US Fase 2 : BT

2. INTERVAL ANTAR HIJAU Bila Tanpa Sinyal Pedestrian, interval antar hijau (I) berkaitan dengan: Jarak Henti (SD) Waktu Pengosongan Simpang (Tk) Waktu Menyeberang Pedestrian (Tp) Zona Dilema Untuk menghindari konflik yang menimbulkan tundaan maka diusahakan agar zona dilema dihilangkan (minimized) Ambil harga terbesar sbg. I Zona Dilema

Jarak Henti dihitung sesuai dengan ketentuan Bina Marga a. JARAK HENTI Jarak Henti dihitung sesuai dengan ketentuan Bina Marga Dimana: SD = Jarak henti (m = 3.28 ft ) V0 = Kecepatan kendaraan (km/jam) f = Koefisien gesekan G = Koefisien medan simpang

b. WAKTU PENGOSONGAN SIMPANG Waktu untuk pengosongan simpang Dimana: Tk = Waktu pengosongan simpang (detik) SD = Jarak henti (ft) l = Panjang kendaraan (ft) W = Lebar simpang (ft) V0 = Kecepatan kendaraan (mph)

c. WAKTU MENYEBERANG PEDESTRIAN Dimana: Tp = Waktu menyeberang (detik) W = Lebar simpang (ft) Vs = Kecepatan pedestrian (ft/det), biasanya diambil harga 4 ft/det

3. INTERVAL HIJAU MINIMUM Interval hijau minimum (gmin) diperoleh dari hubungan: gmin = Z+Tp-I (detik) dimana: gmin = Waktu hijau minimum (detik) Z = Interval hijau untuk pedestrian (detik) Tp = Waktu menyeberang pedestrian (dari step 2) I = Interval antar hijau (dari step 2) Nilai Z ambil harga yang pantas (5 – 7 det). Bila nilai gmin yang diperoleh < Z, ambil gmin=Z

4. LAJU ARUS JENUH (s) Jumlah maksimum kendaraan yang dapat melewati simpang selama interval hijau menerus 1 jam dalam kondisi lalu lintas dan jalan yang ada pada suatu group lajur. Nilai s sangat tergantung keadaan lalu lintas dan jalan dan berbeda untuk tiap daerah dan negara. Untuk suatu nilai headway (h) keadaan jenuh maka s = 3600 / h Nilai yang umum dipakai s = 1900 kendaraan/jam/lajur dengan headway keadaan jenuh 1.9 detik. Untuk masing-masing daerah terdapat Design Manual yang memberikan faktor penyesuaian terhadap nilai umum diatas dengan memasukkan parameter lebar lajur, gradien, belok kanan-kiri, lalu lintas pedestrian, dan komposisi lalu lintas. Laju arus jenuh berkaitan dengan kapasitas.

c = (g / C) s (kend/jam) dimana: 4. KAPASITAS (c) Penyesuaian terhadap laju arus jenuh guna perhitungan waktu sinyal sebenarnya. Adalah jumlah maksimum arus kendaraan tiap jam yang dapat melewati simpang pada keadaan lalu lintas, jalan, dan sinyal yang ada. Nilai kapasitas: c = (g / C) s (kend/jam) dimana: c = kapasitas g = Interval hijau efektif (det) C = Panjang siklus sinyal (det) s = Laju arus jenuh (kend/jam)

Pendekat Utara dan Selatan Pendekat Barat dan Timur 5. LAJU ARUS RENCANA (F) Tinjau hasil pengamatan pada suatu simpang pada jam sibuk disamping: Pendekat US  PHF = 0.91 Pendekat BT  PHF = 0.89 Maka Laju Arus Rencana : Pendekat US Fu = Fs = 545/0.91 = 599 smp/jam Pendekat BT Fb = Ft = 570/0.89 = 640 smp/jam Pendekat Utara dan Selatan Jam Sibuk Volume (smp) 17.00 – 17.15 120 17.15 – 17.30 135 17.30 – 17.45 150 17.45 – 18.00 140 Volume Jam Sibuk 545 Volume 15 menit puncak PHF 545/(4*150) = 0.91 Pendekat Barat dan Timur Jam Sibuk Volume (smp) 17.00 – 17.15 130 17.15 – 17.30 135 17.30 – 17.45 160 17.45 – 18.00 145 Volume Jam Sibuk 570 Volume 15 menit puncak PHF 570/(4*160) = 0.89