PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN OLEH SRI SETYO KUSUMAWATI UNIVERSITAS MPU TANTULAR PERTEMUAN 6 TGL 2013
RULE OF LAW PENGERTIAN RULE OF LAW DAN NEG HUKUM Pengertian Rule of Law dan neg H pd hakekatnya sulit dipisahkan. Sementara pakar mendeskripsikan neg H dan Rule of Law hampir tdk dpt dikatakan sama, namun terdpt sementara pakar menjelaskan bhw meskipun tdk dpt dipisahkan namun masing2 memiliki penekanan masing2. Philipus M Hadjon menjelaskan bhw neg H menurut istilah bhs Bld rechtsstaat lahir dr perjuangan menentang absolutisme , yi kekuasaan raja yg sewenang2 utk mewujudkan neg berdasarkan pd suatu peratuan per UU an yg dlm proses perkembangannya memiliki ciri yg revolusioner. Gerakan masy yg menghendaki bhw kekuasaan raja maupun penyelenggara neg hrs dibatasi dan diatur melalui peraturan per UU an, dan pelaksanaan dlm hub dg sgl peraturan per UU an yg sering diistilahkan dg Rule of Law.
LANJUTAN Oleh krn itu menurut Hadjon Rule of Law lb memiliki ciri yg evolusioner, sedangkan upaya utk mewujudkan neg H lb memiliki ciri yg revolusioner, mis gerakan revolusioner di Perancis dan gerakan melawan absolutisme di Eropa, baik melawan kekuasaan raja, bangsawan maupun gol teologis. Menurut Fiedman , antara pengertian neg H atau rechtsstaat dan Rule of Law sebenarnya saling mengisi. Berdasarkan bentuknya Rule of Law adalah kekuatan publik yg diatur secara legal. Setiap organisasi atau persekutuan hidup dlm masy termasuk neg mendasarkan pd Rule of Law. Berdasarakan pengertian itu mk setiap neg yg legal senantiasa menegakkan Rule of law. Dlm hub ini pengertia Rule of Law berdasarkan substansi atau isinya sangat berkaitan dg peraturan per UU an yg berlaku dlm suatu neg.
LANJUTAN Konsekuensinya setiap neg akan mengatakan mendasarkan pd Rule of Law dlm khd kenegaraannya meskipun neg tsb adalah neg otoriter. Atas dasar itu maka diakui bhw sulit menentukan pengertia Rule of Law secara universal. Dlm neg yg menganut sistem Rule of Law hrs memiliki prinsip2 yg jelas, terutama dlm hub nya dg realisasi Rule of Law itu sendiri. Menurut Albert Venn Dicey memperkenalkan istilah The Rule of Law yg secara sederhana diartikan sbg suatu keteraturan H Menurut Dicey terdpt 3 unsur yg fundamental dlm Rule of Law, yi : Supremasi aturan2 H, tdk adanya kekuasaan sewenang2, dlm arti seseorang hanya boleh di hukum, jika memang melanggar H. Kedudukan yg sama di muka H. Hal ini berlaku baik bagi masy biasa maupun oleh pejabat neg. Terjaminnya hak2 asasi manusia oleh UU serta keputusan2 pengadilan.
LANJUTA N Hal yg hrs diperhatika bhw jika neg hanya berdasarkan prinsip tsb , maka neg terbatas dlm pengertian neg H formal, yi neg tdk bersifat proaktif melainkan pasif. Sikap neg dmk krn neg hanya menjalankan dan taat yg termakrub dlm konstitusi semata. Dlm pengertian ini seakan2 neg tdk berurusan dg kesejahteraan rakyat. Setelah pertengahan abad 20 mulai bergeser, bahkan neg hrs bertanggung jawab thd kesejahteraan rakyat . Gagasan ini dikenal dg welfare state, social welfare state atau neg H material. Perkembangan baru inilah yg kmd menjadi alasan utk melakukan revisi atau bahkan melengkapi pemikiran Dicey ttg neg H formal. Berdasar hs pertemuan Internasional Comission of Jurists (ICI) di Bangkok th 1965 dirumuskan syarat2 pemerintahan yg demokratis di bawah Rule of Law yg dinamis yi : (1) Perlindungan konstitusional, artinya selain menjamin hak2 individual, konstitusi hrs pula menentukan teknis prosedural utk memperoleh perlindungan atas halk2 yg dijamin. (2) Lembaga kehakiman yg bebas dan tdk memihak. (3) Pemilihan umum yg bebas. (4). Kebebasan menyatakan pendapat. (5) Kebebasan berserikat/berorganisasi dan beroposisi. (6) Pendidikan kewarganegaraan (Azhary, 1955 : 59).
LANJUTAN Dlm gagasan welfare state ternyata neg memiliki kewenangan yg relatif lb besar ketimbang format neg yg hanya bersifat neg H formal saja. Selain itu dlm welfare state yg terpenting adalah neg semakin otonom utk mengatur dan mengarahkan fungsi dan peran neg bagi kesejahteraan hidup masy. Sejalan dg kemunculan ide demokrasi konstitusional yg tak terpisahkan dg konsep neg H, baik rechtsstaat maupun rule of law, pd prinsipnya memiliki kesamaan yg fundamental serta saling mengisi. Dlm prinsip neg ini unsur penting pengakuan adanya pembatasan kekuasaan yg dilakukan secara konstitusional. Oleh krn itu terlepas dr adanya pemikiran konsep neg H dan rule of law adalah suatu realitas dr cita2 sebuah neg bangsa, termasuk neg Ind.
LANJUTAN Menurut Friederich J Stahl terdpt 4 unsur pokok utk berdirinya satu rechtsstaat yi : 1. Hak2 manusia. 2. Pemisahan atau pembagian kekuasaan utk menjamin hak2 itu 3. Pemerintahan berdasarkan peraturan2. 4. Peradilan administrasi dlm perselisihan. Jadi sifat neg H hanya dpt ditunjukkan jika alat2 perlengkapannya bertindak menurut dan terikat kpd aturan2 yg ditentukan lb dahulu oleh alat2 perlengkapan yg dikuasai utk mengadakan aturan2. Ciri2 neg H adalah : Pengakuan dan perlidungan hak2 asasi yg mengandung persamaan dlm bid pol, H, sos, ek dan kebudayaan. Peradilan yg bebas dr suatu pengaruh kekuasaan dan kekuatan lain yg tdk memihak. 3. Jaminan kepastian H, yi ketentuan H nya dpt dipahami, dilaksanakan dan aman dlm melaksanakannya.
NEG IND ADALAH NEG HUKUM Bagi neg Ind ditentukan secara yuridis formal bhw neg Ind adalah neg yg bedasarkan atas H. Hal ini tercantum dlm Pemb UUD 1945 al IV, yg secara eksplisit dijelaskan “ …… maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Ind dlm suatu UUD Neg Ind…. “. Hal ini mengandung arti bhw suatu keharusan neg Ind yg didirikan itu berdasarkan atas UUD Neg. Dg pengertian lain bhw Ind adalah neg H atau rechtsstaat dan bukan neg kekuasaan Di dlmnya terkandung pengertian adanya pengakuan thd prinsip H dan konstitusi, dianutnya prinsip pemisahan dan pembatasan kekuasaan menurut sistem konstitusional yg diatur dlm UUD, adanya prinsip peradilan yg bebas dan tdk memihak, yg menjamin persamaan setiap WN dlm H, serta menjamin keadilan bagi setiap orang termasuk thd penyalahgunaan wewenang oleh pihak penguasa. Dlm paham neg H itu, H lah yg menjadi komando tertinggi dlm penyelenggaraan neg. Dlm penyelenggaraan neg yg sesungguhnya memimpin adalah H itu sendiri.
LANJUTAN Berdasarkan pengertian tsb Neg Ind pd hakekatnya menganut prinsip “Rule of Law and not of Man” yg sejalan dg pengertian bhw kekuasaan dijalankan oleh H. Dlm neg H hrs diadakan jaminan bhw H dibangun dan ditegakkan menurut prinsip2 demokrasi. Krn prinsip supremasi H dan kedaulatan H itu sendiri pada hakekatnya berasal dr kedaulatan rakyat . Oleh krn itu prinsip neg H hendaklah dibangun dan dikembangkan menurut prinsip2 demokrasi atau kedaulatan rakyat. Prinsip neg H tdk boleh ditegakkan dg mengabaikan prinsip demokrasi yg diatur dlm UUD. Krn itu perlu ditegaskan bhw kedaulatan berada ditangan rakyat yg dilakukan menurut UUD yg diimbangi dg demokrasi. Menurut penjelasan UUD 1945, neg Ind adalah neg H yg berdasarkan PS dan bukan adanya perlindungan berdasarkan atas kekuasaan. PS sbg dasar neg yg mencerminkan jiwa bangsa Ind hrs menjiwai semua peraturan H dan pelaksanaannya.
LANJUTAN Ketentuan ini menunjukkan bhw di neg Ind dijamin adanya perlindungan hak2 asasi manusia berdasarkan ketentuan H, bukan kemauan seseorang yg menjadi dasar kekuasaan. PS sbg dasar neg yg mencerminkan jiwa bangsa Ind hrs menjiwai semua peraturan H dan pelaksanaannya, ketentuan ini menunjukkan bhw di neg Ind dijamin adanya perlindungan hak2 asasi manusia berdasarkan ketentuan H, bukan kemauan seseorang yg menjadi dasar kekuasaan. Menjadi kewajiban setiap penyelenggara neg utk menegakkan keadilan dan kebenaran berdasar PS yg selanjutnya melakukan pedoman peraturan2 pelaksanaan. Disamping sifat H yg berdasar PS, H memp fungsi pengayoman agar cita2 luhur bangsa Ind tercapai dan terpelihara.
LANJUTAN Utk menegakkan H demi keadilan dan kebenaran perlu adanya Badan2 Kehakiman yg kokoh kuat yg tdk mudah dipengaruhi oleh lembaga2 lainnya. Preside (pemimpin eksekutif) wajib kerjasama dg badan2 kehakiman utk menjamin penyelenggaraan pemerintahan yg bersih dan sehat. Dlm era reformasi bangsa Ind benar2 akan mengembalikan peranan H, aparat penegak H beserta seluruh sistem peraturan per UU an akan dikembalikan pd dasar2 neg H yg berdasarkan PS dan UUD 1945 hs amandemen 2002 yg mengemban amanat demokrasi dan perlindungan hak2 asasi manusia. Pemb H di Ind sesuai dg tujuan neg H, diarahkan pd terwujudnya sistem H yg mengabdi pd kepent nas terutama rakyat, melalui penyusunan materi H bersumber pd PS sbg sumber filosofi dan UUD 1945 sbg dasar konstitusional serta aspirasi rakyat sbg sumbet materialnya..
LANJUTAN Amandemen tdk dimaksudkan utk mengganti sama sekali UUD 1945 , akan ttp merupakan prosedur penyempurnaan thd UUD 1945 tanpa hrs langsung mengubah UUD nya sendiri. Amandemen lb merupakan perlengkapan dan rincian yg dijadikan lampiran otentik bagi UUD 1945 ( Mahfud,1999,64). Dg sendirinya amandemen dilakukan dg melakukan berbagai perubahan pd ps2 maupun memberikan tambahan2. Ide ttg amandemen thd UUD 1945 tsb didasarkan pd kenyataan sejarah selama Orde Baru dan Orde Lama, bhw penerapan thd ps2 UUD memiliki sifat “ multi interpretable “, shg mengakibatkan adanya sentralisasi kekuasaan terutama thd presiden. Orde Baru berupaya melestarikan UUD 1945 bahkan seakan2 bersifat keramat yg tdk dpt diganggu gugat.
LANJUTAN Hal yg sangat mendasar pentingnya amandemen UUD 1945 adalah tdk adanya sistem kekuasaan dg “ checks and balance “ terutama thd kekuasaan eksekutif. Bagi Ind proses reformasi thd UUD 1945 adalah merupakan suatu keharusan, krn akan mengantarkan bangsa Ind ke arah tahapan baru melakukan penataan thd ketatanegaraan. Amandemen thd UUD 1945 dilakukan sejak th 1999, dg memberikan tambahan dan perubahan thd Ps 9 UUD 1945. Amandemen kedua th 2000, ketiga th 2001 dan terakhir th 2002 dan disahkan tgl 10 Agustus 2002. Mulai saat tsb Ind memasuki babakan baru yg diharapkan membawa perbaikan tkt khd rakyat, krn dirumuskan dg melibatkan partisipasi rakyat, shg diharapkan struktur kelembagaan neg lb demokratis dan meningkatkan kesejahteraan rakyat.
HUKUM DASAR TERTULIS ( UUD ) Pengertian H Dasar dpt meliputi H Dasar Tertulis (UUD) dan H Dasar TdkTertulis (Convensi). H Dasar Terulis (UUD) sifatnya tertulis dan rumusannya tertulis serta tdk mudah berubah. Menurut E.C.S Wade dlm bukunya Constitutional Law UUD menurut sifat dan fungsinya adalah suatu naskah yg memaparkan kerangka dan tugas pokok dr badan2 pemerintahan suatu neg dan menentukan pokok2 cara kerja badan2 tsb. Pd prinsipnya mekanisme dan dasar setiap sistem pemerintahan diatur dlm UUD dan dpt menetapkan kekuasaan sbg Badan Legislatif, Eksekutif dan Yudikatif. UUD menentukan cara bgm pusat2 kekuasaan ini bekerjasama dan menyesuaikan diri satu sama lain. UUD merekam hub2 dlm suatu neg (Budiharjo, 1931,96).
LANJUTAN Dlm penjelasan UUD 1945 disebutkan bhw UUD 1945 bersifat singkat dan supel, memiliki 37 Ps, adapun ps2 lain hanya memuat aturan peralihan dan aturan tambahan. Hal ini mengandung makna, Telah cukup jika UUD hanya memuat aturan2 pokok, garis2 besar instruksi kpd pemth pusat dan lain2 penyelenggara neg utkmenyelenggarakan neg, khd neg dan kesejahteraan neg. Sifat yg supel (elastic) dimaksudkan senantiasa hrs ingat bhw masy hrs terus berkembang dinamis. Neg Ind akan terus tumbuh berkembang seiring dg perubahan zaman dan jangan tergesa2 memberikan kristalisasi dan bentuk kpd pikiran2 yg msh berubah. Sifat aturan tertulis bersifat mengikat, oleh krn itu makin supel sifatnya aturan itu makin baik. Hrs dijaga agar sistem dlm UUD jangan ketinggalan zaman.
LANJUTAN Menurut Padmowahyono , seluruh kegiatan neg dpt dikelompokkan yi : Penyelenggaraan khd neg. Penyelenggaraan kesejahteraan sos. Berdasarkan pengertian tsb sifay UUD 1945 adalah sbb : Sifatnya tertulis maka rumusannya jelas, merupakan suatu H positif yg mengikat pemth sbg penyelenggara neg maupun mengikat bagi setiap WN. Sifat singkat dan supel, memuat aturan2 yi aturan pokok yg setiap kali hrs dikembangkan sesuai dg perkembangan zaman serta memuat hak2 asasi manusia. Memuat norma2, aturan2 serta ketentuan2 yg dpt dan hrs dilaksanakan secara konstitusional. 4. UUD 1945 dlm tertib H Ind merupakan peraturan H pos yg teringgi, disamping sbg alat kontrol thd norma2 H pos yg tertib dlm hirarkhi tertib H Ind.
HUKUM DASAR TIDAK TERTULIS ( CONVENSI ) Convesi adalah H dasar yg tdk tertulis, yi aturan2 dasar yg timbul dan terpelihara dlm praktek penyelenggaraan neg meskipun sifatnya tdk tertulis. Convensi memp sifat2 sbb : Merupakan kebiasaan yg berulangkali dan terpelihara dlm praktek penyelenggaraan neg. Tdk betentangan dg UUD dan berjalan sejajar. Bersifat sbg pelengkap, shg memungkinkan sbg aturan2 Contoh2 Convensi a.l : 1. Pengambilan keputusan berdasarkan musyawarah mufakat. Menurut Ps 37 Ayat (1) dan (4) UUD 1945, sgl keputusan MPR diambil bedasarkan suara terbanyak. Akan ttp sistem ini dirasa kurang jiwa kekeluargaan sbg kepribadian bangsa , krn itu dlm praktek penyelenggaraan neg selalu diusahakan utk mengambil keputusan berdasarkan musyawarah utk mufakat.
LANJUTAN Pemungutan suara tetap ditempuh, jika usaha musyawarah utk mufakat sudah tdk dpt dilaksanakan . Hal ini merupakan perwujudan yg terkandung dlm PS yi Pokok2 Pikiran Kerakyatan dan Permusyawaratan/Perwakilan . 2. Praktek2 penyelenggaraan neg yg sudah menjadi H dasar tdk tertulis a l : a. Pidato Kenegaraan Presiden RI setiap tgl 16 Agustus di dlm Sid DPR. b. Pidato Presiden yg diucapkan sbg keterangan pemth ttg RAPBN pd minggu pertama bln Januari setiap th nya. Hal2 tsb secara tdk langsung merupakan realisasi UUD (sbg pelengkap), namun bila convensi ingin dijadikan rumusan tertulis, yg berwenang adalah MPR dan rumusannya bukan merupakan hukum dasar melainkan tertuang dlm TAP MPR.
KONSTITUSI Disamping pengertian UUD, digunakan juga istilah lain Konstitusi yg berasal dr bhs Inggris Constitution atau Constitute (bhs Bld). Dlm praktek ketatanegaraan umumnya pengertian konstitusi dpt memp arti : Lb luas dr pd UUD, krn UUD hanya meliputi H tertulis saja, dan msh terdpt konstitusi tdk tertulis yg tdk tercakup dlm UUD. Sama dg pengertian UUD. Dlm praktek ketatanegaraan RI pengertian konstitusi adalah sama dg pengertian UUD. Hal ini terbukti dg disebutnya istilah Kondtitusi RIS bagi UUD RI Serikat (Totopandoyo 198 : 25.26).