Topik XIII: PENALARAN TIDAK LANGSUNG BERSIFAT DEDUKTIF (SILOGISME)

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
Logika Bahasa Ilmiah - 6 -
Advertisements

Istilah  Logika juga merupakan suatu aktivitas pikiran yang pada awalnya dapat dimulai melalui pengalaman indera atau observasi empiris sehingga terjadi.
PENALARAN DEDUKTIF silogisme
Pertemuan VIII – SILOGISME KATEGORIS
Tugas Bahasa Indonesia
PERTEMUAN XI PENALARAN DEDUKTIF
SILOGISME DAN ENTIMEN Iqbal Al Khazim S. Ikom 4/8/2017 BI/Ragam.
[SAP 8] SILOGISME KATEGORIS
PENALARAN deduktif – Silogisme kategoris
Deduksi Ati Harmoni
[SAP 9] SILOGISME HIPOTETIS
[SAP 6] KEPUTUSAN, PROPOSISI DAN KALIMAT
FILSAFAT DAN LOGIKA Topik 11 INDUKSI.
INFERENSI.
PENGANTAR FILSAFAT Topik 6 LOGIKA.
FILSAFAT DAN LOGIKA Topik 8 DEDUKSI.
PENALARAN Pengertian Penalaran merupakan suatu proses berpikir manusia untuk menghubung-hubungkan dat atau fakta yang ada sehingga sampai pada suatu kesimpulan.
Topik 10 RELASI-RELASI SILOGISME
FILSAFAT DAN LOGIKA Topik 9 SILOGISME.
Topik VI: TERM DAN KATA DALAM KALIMAT
Universitas Multimedia Nusantara Robert Bala, MA, Dipl
Topik X : KUANTITAS DAN KUALITAS PROPOSISI
Topik XII : PENALARAN / PENYIMPULAN
PARAGRAF DEDUKTIF DAN INDUKTIF
BAB XII SILOGISME KATEGORIS Pertemuan 12
BAHAN 11 DASAR-DASAR LOGIKA SEMESTER 1
Topik IX : PROPOSISI 1. Pengertian
Dasar Penalaran & Logika Berpikir
Materi 8 Logika.
Silogisme Kategoris Dasar-Dasar Logika
BAHAN 10 DASAR-DASAR LOGIKA SEMESTER I
NALAR DEDUKSI.
DEDUKTIF Metode berpikir deduktif adalah metode penarikan kesimpulan dari masalah umum ke masalah khusus. Hukum deduktif bahwa segala yang dipandang benar.
Kasus kebahasaan KULIAH KITA KALI INI TIDAK BERANGKAT DARI NOL KARENA SEMUA MATERI SUDAH PERNAH SAYA SAMPAIKAN PADA SEMESTER GASAL YANG LALU.
PENALARAN DEDUKTIF DAN INDUKTIF
SILOGISME DAN ENTIMEN.
V. Penalaran Langsung Zainul Maarif, Lc., M.Hum..
SISTEM PAKAR SEPTI EKA H ( ) SRIWAHYUNI ( )
SILOGISME DAN ENTIMEN Yanti Trianita, S.I.Kom 5/19/2018.
SALAH NALAR.
Materi 10 Penalaran deduktif.
PENALARAN DEDUKTIF DAN INDUKTIF
Silogisme Silogisme Kategorik
Filsafat, pengetahuan dan ilmu pengetahuan
BAHAN 11 DASAR-DASAR LOGIKA SEMESTER 1
Materi 9 Deduksi.
FILSAFAT ILMU DAN LOGIKA
MODUL X SILOGISME.
Penalaran Tujuan bab ini adalah agar para maha-siswa dapat bernalar dengan baik dalam penyusunan karya ilmiah yang ditulis. Penalaran yaitu proses berpikir.
DASAR-DASAR LOGIKA Drs. Muhammad YGG Seran, M.Si
TEKNIK INFERENSI Teknik inferensi adalah proses yang digunakan dalam sistem pakar untuk menghasilkan suatu informasi baru yang diperoleh dari informasi.
SALAH NALAR RINI ASTUTI S.I.Kom.
SILOGISME Disusun Oleh : Ririn Purwatiningsih
Sistem Pakar Team : Jusepto ( ) Irsyad Arismuda ( )
MODUL VIII Proposisi Deskripsi
UNSUR-UNSUR MEMBANGUN LOGIKA ILMIAH
Penalaran Proposisi ( reasoning ): suatu proses berfikir yang berusaha menghubungkan fakta/ evidensi yang diketahui menuju ke pada suatu kesimpulan. Proposisi.
Pardjono, Ph.D Filsafat Ilmu Program Pascasarjana UNY
PENYIMPULAN Kegiatan manusia yang bertitik tolak dari pengetahuan yang telah dimiliki bergerak ke pengetahuan baru. Pengetahuan yang telah dimiliki = titik.
Karina Jayanti,S.I.Kom.,M.Si
UNSUR – UNSUR LOGIKA.
Reza Praditya Yudha, M.Ikom
SALAH NALAR Karina Jayanti.
Pengertian dan Macam Macam Silogisme
Karina Jayanti, S.I.Kom.,M.Si
NALAR DEDUKSI.
ASPEK PENALARAN DALAM KARANGAN
BAHAN 11 DASAR-DASAR LOGIKA SEMESTER 1
BAHAN 10 DASAR-DASAR LOGIKA SEMESTER I
Universitas Multimedia Nusantara Robert Bala, MA, Dipl
Transcript presentasi:

Topik XIII: PENALARAN TIDAK LANGSUNG BERSIFAT DEDUKTIF (SILOGISME) 1. Pengertian Deduksi ialah proses pemikiran yang berpijak pada pengetahuan yang lebih umum untuk menyimpulkan pengetahuan yang lebih khusus. Bentuk standar dari penalaran deduktif adalah silogisme, yaitu proses penalaran dimana dari dua proposisi (sebagai premis) ditarik suatu proposisi baru (berupa konklusi)

2. Bentuk silogisme * Silogisme kategoris: terdiri dari proposisi-proposisi kategoris. * Silogisme hipotesis: salah satu proposisinya berupa proposisi hipotesis. Misalnya: Premis 1 : Bila hujan, maka jalanan basah Premis 2 : Sekarang hujan Konklusi : Maka jalanan basah. Bandingkan dengan jalan pikiran berikut: Premis 2 : Sekarang jalanan basah Konklusi : Maka hujan.

3. Silogisme Standar Silogisme kategoris standar = proses logis yang terdiri dari tiga proposisi kategoris. Proposisi 1 dan 2 adalah premis Proposisi 3 adalah konklusi Ump.: “Semua pahlawan adalah orang berjasa Kartini adalah pahlawan Jadi: Kartini adalah orang berjasa”. Kesimpulan hanya dicapai dengan bantuan proposisi dua

Jumlah term-nya ada tiga, yakni: pahlawan, orang berjasa dan Kartini. Masing-masing term digunakan dua kali. Sebagai S, “Kartini” digunakan 2 kali (sekali di premis dan sekali di konklusi) Sebagai P, “orang berjasa” digunakan 2 kali (sekali di premis dan sekali di konklusi) Term “pahlawan”, terdapat 2 kali di premis, tapi tidak terdapat di konklusi. Term ini disebut term tengah (M, singkatan dari terminus medius). Dengan bantuan term tengah inilah konklusi ditemukan (sedangkan term tengah sendiri hilang dalam konklusi).

Term predikat dalam kesimpulan disebut term mayor, maka premis yang mengandung term mayor disebut premis mayor (proposisi universal), yang diletakkan sebagai premis pertama. Term subyek dalam kesimpulan disebut term minor, maka premis yang mengandung term minor disebut premis minor (proposisi partikular), yang diletakkan sebagai premis kedua. Term mayor akan menjadi term predikat dalam kesimpulan; sedangkan term minor akan menjadi term subyek dalam kesimpulan Dengan demikian, kesimpulan dalam sebuah silogisme adalah atau “S = P” atau “S  P”. Kesimpulan itu merupakan hasil perbandingan premis mayor (yang mengandung P) dengan premis minor (yang mengandung S) dengan perantaraan term menengah (M).

4. Hukum-hukum Silogisme Karena M = P; sedang S = M; maka S = P Premis mayor M = P M = term antara Premis minor S = M P = term mayor Kesimpulan S = P S = term minor 4. Hukum-hukum Silogisme a. Prinsip-prinsip Silogisme kategoris mengenai term: 1) Jumlah term tidak boleh kurang atau lebih dari tiga 2) Term menengah tidak boleh terdapat dalam kesimpulan 3) Term subyek dan term predikat dalam kesimpulan tidak boleh lebih luas daripada dalam premis. 4) Luas term menengah sekurang-kurangnya satu kali universal.

b. Prinsip-prinsip silogisme kategoris mengenai proposisi. 1) Jika kedua premis afirmatif, maka kesimpulan harus afirmatif juga. 2) Kedua premis tidak boleh sama-sama negatif. 3) Jika salah satu premis negatif, kesimpulan harus negatif juga (mengikuti proposisi yang paling lemah) 4) Salah satu premis harus universal, tidak boleh keduanya pertikular.

5. Bentuk Silogisme Menyimpang Dalam praktek penalaran tidak semua silogisme menggunakan bentuk standar, bahkan lebih banyak menggunakan bentuk yang menyimpang. Bentuk penyimpangan ini ada bermacam-macam. Dalam logika, bentuk-bentuk menyimpang itu harus dikembalikan dalam bentuk standar. Contoh: “Mereka yang akan dipecat semuanya adalah orang yang bekerja tidak disiplin. Kamu kan bekerja penuh disiplin. Tak usah takut akan dipecat”. Bentuk standar: “Semua orang yang bekerja disiplin bukanlah orang yang akan dipecat. Kamu adalah orang yang bekerja disiplin. Kamu bukanlah orang yang akan dipecat”.