KETERAMPILAN DASAR WAWANCARA Sumber: Ivey, Ivey & Zalaquett (2010): Chapter 3, 4, 5 & 6 Hersen & Hasselt(1998): Chapter 2 & 3 Morrison (2008): Chapter 1, 2, 3, 4 & Appendix E MATA KULIAH : TEKNIK WAWANCARA DIBUAT TAHUN : 2010 STATUS PERBAIKAN : REVISI TAHUN PERBAIKAN : 2012 DOSEN : HENNY WIRAWAN , DENRICH SURYADI, THEOZIPHA NATHASA, CINDY INDRIYANI PK-FP-02-08
KETERAMPILAN DASAR WAWANCARA Kemampuan membina rapport Empati Attending behavior Teknik bertanya Keterampilan observasi Active listening, terdiri dari: Encouraging Refleksi konten cerita (parafrase) dan refleksi perasaan klien (reflection of feeling) Menyimpulkan (summarizing) Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara (www.psikologi.tarumanagara.ac.id)
Kemampuan Membina Rapport Rapport is a warm, comfortable environment and a relationship that encourages the client to speak freely and honestly about whatever topics are relevant to the interview Senyum hangat, sambutan yang bersahabat, jabat tangan, percakapan kecil. Perhatikan budaya Jangan lupa mempersilakan klien untuk duduk Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara (www.psikologi.tarumanagara.ac.id)
Kemampuan Membina Rapport Terkadang rapport akan tercipta secara berangsur-angsur. Sikap i-ter merupakan kuncinya. Hindari raut muka datar Ekspresi kepedulian serta ketertarikan akan membuat i-tee nyaman. Jangan menampakkan wajah yang ‘judgemental’ Perhatikan karakteristik ruangan, termasuk sediakan kursi dengan tinggi setara (tidak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah kedudukannya) Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara (www.psikologi.tarumanagara.ac.id)
Kemampuan Membina Rapport Jangan menerima telepon dan hindari hal-hal yang dapat mengganggu jalannya percakapan, agar dapat memusatkan perhatian sepenuhnya dan secara tulus menunjukkan ketertarikan dengan perkataan klien. Untuk menjalin rapport yang baik, i-tee harus tahu bahwa i-ter mengerti, namun jangan ‘sok tahu’ “I’ve never been in that position, so I just can only imagine how you felt” Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara (www.psikologi.tarumanagara.ac.id)
Kemampuan Membina Rapor Jaga sikap anda ketika menghadapi cerita dari i-tee yang membuat andapun tercengang Ex : PTSD mantan tentara perang Hati-hati dengan humor yang dilontarkan Dengarkan bahasa i-tee dan gunakanlah Perhatikan reaksi i-tee terhadap bahasa yang anda gunakan, lalu atur cara bicara anda Hindari jargon-jargon psikologi Perhatikan tingkat pendidikan i-tee dan sesuaikan bahasa anda Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara (www.psikologi.tarumanagara.ac.id)
Empathy The effectiveness of empathic response depends on quality of rapport with the client. The accuracy of your perceptions of what the client’s affect, your understanding of what happened to the client, and finally, what your client’s role may have been in the experience. Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara (www.psikologi.tarumanagara.ac.id)
Empathy Empathic response allows your client to know that you are accepting, understanding, and confirming his or her “world” without making judgement about that world. The key to this process is remaining focused on your client at all times. Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara (www.psikologi.tarumanagara.ac.id)
Attending Behavior Kunci dari attending behavior adalah mengurangi kuantitas bicara interviewer dan memberikan klien waktu untuk menceritakan tentang diri mereka. You can’t learn about the other person or the problem while you are doing the talking! (Role Play – bicara dan mendengar ><) The usefulness of silence Terkadang empati cukup ditunjukkan dalam keadaan hening namun ditunjang dengan sikap empati nonverbal, seperti kontak mata, dsb. Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara (www.psikologi.tarumanagara.ac.id)
Attending Behavior Attending is easiest when you focus your attention on the client rather than on yourself. Note what the client is talking about, ask questions, and make comments that relate to your client’s topic. Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara (www.psikologi.tarumanagara.ac.id)
4 Critical Dimensions of Attending Behavior Visual : Pattern of eye contact Tatap klien, jangan alihkan pandangan. Vocal Qualities : Tone & speech rate Nada & kecepatan bicara Anda mengindikasikan seberapa besar ketertarikan dan rasa empati Anda terhadap cerita klien. Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara (www.psikologi.tarumanagara.ac.id)
4 Critical Dimensions of Attending Behavior Verbal Tracking : Following the client or changing the topic Jangan mengubah tujuan pembicaraan yang telah ditetapkan sejak awal. Interviewer harus peka dalam memilih pernyataan klien yang harus diberi perhatian khusus dan yang harus diabaikan agar wawancara tetap fokus pada tujuan awal. Body Language : attentive and authentic Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara (www.psikologi.tarumanagara.ac.id)
Questioning technique: OPEN QUESTION Sifatnya tidak mengarahkan Klien lebih dibebaskan untuk mengekspresikan perasaannya. Dengan open question kita akan mendapatkan informasi yang lebih kaya dari klien. Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara (www.psikologi.tarumanagara.ac.id)
Questioning technique: OPEN QUESTION Open questions sebagai pembuka Apa yang bisa saya bantu? Open questions untuk mengelaborasi dan memperkaya cerita klien Dapatkah Anda menceritakan lebih lanjut? Open questions untuk memperjelas sudut pandang klien Apa yang kamu maksud dengan menyakiti? Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara (www.psikologi.tarumanagara.ac.id)
Questioning technique: CLOSED QUESTION Adalah pertanyaan yang merujuk pada jawaban tertentu. Bersifat mengarahkan Jawaban dari closed question ini akan pendek dan sebatas ‘ya’ dan ‘tidak’ Namun terkadang akan menjadi leading question dan membuat klien merasa konselornya memiliki agenda tertentu pada kliennya. Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara (www.psikologi.tarumanagara.ac.id)
Questioning technique: CLOSED QUESTION Closed question akan membuat klien menjadi terpengaruh dengan pemikiran konselor dan menjadi terdistorsi. Contoh : “ Apakah anda marah?” Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara (www.psikologi.tarumanagara.ac.id)
The Abuse of Question Being Intrusive Interrogating the client Controlling client explores Using ‘why’ questions Satisfying counsellor’s needs Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara (www.psikologi.tarumanagara.ac.id)
Being Intrusive Tugas pertama pewawancara adalah membuat klien percaya pada kita (interviewer). Ketika klien sulit bicara pada pewawancara, jangan paksa klien untuk bicara karena akan membuat klien terganggu dan tidak percaya pada pewawancara. Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara (www.psikologi.tarumanagara.ac.id)
Interrogating the client Menanyakan hal yang bersifat personal dengan daftar pertanyaan yang sangat panjang akan membuat klien merasa ditekan dan diinterogasi. Hal ini akan membuat klien justru takut berbicara dan menyembunyikan informasi penting. Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara (www.psikologi.tarumanagara.ac.id)
Controlling Client Explores Pertanyaan yang terus menerus ditanyakan akan membuat klien tidak mampu mengungkapkan perasaan yang sesungguhnya. Klien seharusnya diijinkan untuk mengungkapkan seluruh emosi dan perasaannya. Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara (www.psikologi.tarumanagara.ac.id)
Using ‘Why’ Questions Jangan gunakan kata ‘Mengapa’ Pertanyaan dengan ‘mengapa’ tidak akan dapat mengungkap hal yang berada di ‘dalam diri’ klien, melainkan justru hanya mengungkap hal yang ‘di luar diri’ klien. Pertanyaan ‘mengapa’ justru akan memunculkan rasionalisasi klien saja. Membuat klien merasa ia harus bertanggung jawab akan segala sesuatu Lebih baik menggunakan ‘Apa’, ‘Bagaimana’, dan ‘Kapan’ Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara (www.psikologi.tarumanagara.ac.id)
Satisfying Interviewer’s Needs Bertanya hanya untuk memuaskan rasa ingin tahu pewawancara hanya akan membuat klien merasa terganggu. Merefleksikan kembali hal yang telah dibicarakan akan membantu pewawancara untuk dapat memancing inti masalah klien tanpa bertanya terlalu banyak. Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara (www.psikologi.tarumanagara.ac.id)
ISTIRAHAT
Observation Skills Keterampilan Observasi berfokus pada 3 area Perilaku Non Verbal Perilaku Verbal Konflik, diskrepansi, dan inkongruensi Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara (www.psikologi.tarumanagara.ac.id)
Observation: NONVERBAL Behavior Ekspresi Wajah Alis dinaikkan, bibir dirapatkan, bibir menganga, dan sebagainya merefleksikan emosi klien. Bahasa Tubuh Postur tubuh, posisi duduk, gerakan tangan, tarikan napas, dsb. Hindari stereotype Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara (www.psikologi.tarumanagara.ac.id)
Observation: VERBAL Behavior Sellective Attention Clients tend to talk about what counselors are interested in and willing to hear Key Words Perhatikan kata-kata yang ditekankan/diberi perhatian oleh klien Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara (www.psikologi.tarumanagara.ac.id)
Observation: DISCREPANCIES & CONFLICT Pewawancara/ konselor/ terapis harus mewaspadai diskrepansi antara tindakan verbal dan nonverbal klien selama wawancara. Inkongruensi bisa mengindikasikan bahwa klien merasa tidak nyaman untuk mendiskusikan masalah tertentu atau bahwa klien tidak sepenuhnya bersikap jujur. Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara (www.psikologi.tarumanagara.ac.id)
Active Listening Skills: Encouraging Encouragers: A variety of verbal and nonverbal means that the counselor or therapist can use to prompt clients to continue talking. Including head nods, open gestures, and positive facial expressions that encourage the client to keep talking. Probing: exploring client’s statement to discover more stories about what the client has said; to make client explain more about his/ her statement. Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara (www.psikologi.tarumanagara.ac.id)
Active Listening Skills: Encouraging NONVERBAL ENCOURAGEMENT Berikan jarak 10-15 detik untuk diam, jangan berbicara tanpa henti. Namun jangan terlalu lama, karena akan terlihat anda tidak tertarik atau tidak mendengarkan. Gunakan body language dan kontak mata namun jangan berlebihan Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara (www.psikologi.tarumanagara.ac.id)
Active Listening Skills: Encouraging VERBAL ENCOURAGEMENT Gunakan ‘hmm..’, ‘Ya…’, ‘oke..’, ‘lalu..’ Ulangi kata terakhir yang baru saja diucapkan i-tee dengan nada yang berbeda. Uraikan perkataan yang diucapkan oleh i-tee sebelumnya Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara (www.psikologi.tarumanagara.ac.id)
VS Reflection of content (Paraphrasing) Reflection of feelings Focuses on the content and clarifies what has been communicated. The paraphrase will indicate to the client that you have heard what has been said and encourage him/her to move further to the discussion. Reflection of feelings Identify the key emotions of a client and feed them back to clarify affective experience. Often combined with paraphrasing &summarizing. Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara (www.psikologi.tarumanagara.ac.id)
Active Listening Skills: Reflection of Content Used to be called as PARAPHRASING: feeds back to the client the essence of what has just been said by shortening and clarifying client comments. Paraphrasing is not parroting; it is using some of your own words plus the important main words of the client. The goal of paraphrasing is facilitating client exploration and clarification of issues. Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara (www.psikologi.tarumanagara.ac.id)
Parroting Dalam parroting, konselor hanya mengulang perkataan klien. Ini hanya akan bermanfaat untuk memberikan garis besar cerita klien atau ketika meminta klien meneruskan pernyataannya yang belum selesai. Jangan terlalu sering melakukan parroting Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara (www.psikologi.tarumanagara.ac.id)
Active Listening Skills: Reflection of Feeling How to identify client’s emotion? Through labeling client behavior with affective words such as “sad”, “mad”, “glad” and “scared” (primary emotions) – p. 198 Sad unhappy, depressed, tearful, etc. Mad angry, annoyed, hostile, etc. Glad happy, relaxed, comfortable, etc. Scared frightened, anxious, worried, etc Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara (www.psikologi.tarumanagara.ac.id)
Distinguishing Between Thought & Feeling Klien kadang menggunakan kata ‘saya rasa’ untuk mendeskripsikan pikirannya, padahal perasaan dan pikiran jelas berbeda. Perasaan umumnya diungkapkan hanya dengan 1 kata. Contoh: ‘Sedih’, ‘Marah’ Pikiran umumnya diungkapkan dengan untaian kata, bukan hanya 1 kata Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara (www.psikologi.tarumanagara.ac.id)
Active Listening Skills: Summarizing Similar to paraphrases but are used to clarify and distill what the client has said over a longer time span. Summarizations may be used to begin or end an interview, to move to a new topic, or to clarify complex issues. Very useful for organize thinking about what is happening on the interview. Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara (www.psikologi.tarumanagara.ac.id)
Active Listening Skills 4 dimensions of accurate paraphrasing and summarizing: A sentence stem : sometimes using client’s name. Names help personalize the session. Key words: The client’s exact own key words that they use to describe their situation. The essence of what the client has said in briefer and more clear form. A check out: Implicitly or explicitly, check with the client to see that what you have fed back to him or her is accurate. Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara (www.psikologi.tarumanagara.ac.id)