KINERJA SEKTOR MONETER Proses pemulihan perekonomian global yang terus berjalan di tahun 2010 didukung oleh perekonomian di kawasan Asia, terutama Cina.

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
EKONOMI INTERNASIONAL
Advertisements

TUGAS-TUGAS BANK INDONESIA
Erkembangan Perekonomian Indonesia : Refleksi Kondisi Perekonomian Dunia O l e h A v i l i a n i 0 2 A g u s t u s
SISTEM MONETER INTERNASIONAL
Kebijakan moneter A. Ika Rahutami.
Bank Sentral dan Kebijakan moneter
KEBIJAKAN FISKAL DAN MONETER
KEBIJAKAN FISKAL DAN KEBIJAKAN MONETER
7. Bank Indonesia Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.
UANG DAN BANK SENTRAL DI INDONESIA
Outline A. Kondisi Perekonomian Global
Sistem Nilai Tukar.
KEBIJAKAN EKONOMI MAKRO DAN MIKRO Eny Lia purwandari A
OVERVIEW 1/20 Bab ini membahas pendekatan dalam analisis sekuritas di pasar modal melalui top-down approach, yaitu analisis terhadap berbagai variabel.
DATA MAKRO 2009 KULIAH 14. LAPORAN INFLASI (Indeks Harga Konsumen) Berdasarkan perhitungan inflasi tahunan Bulan TahunTingkat Inflasi November
Sistem Keuangan dan Perbankan Indonesia
REVIEW ON PUBLIC FINANCE
Jumlah Uang Beredar (JUB)
PENDAHULUAN.
Bank Sentral dan Kebijakan moneter
SISTEM NILAI TUKAR RUPIAH
KEBIJAKAN MONETER DAN PENERAPANNYA
Outline Pendahuluan Alur Pikir Ringkasan Perekonomian Global
BANK INDONESIA - II.
Garapan Drs. Puji Suharjoko
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penyusunan SSH
BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAIN
BANK adalah sebuah lembaga intermediasi keuangan umumnya didirikan dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan menerbitkan promes.
BANK INDONESIA - II.
Penentuan Kurs Mata Uang
BANK INDONESIA - II.
BAB X INDEKS MUSIMAN DAN GERAKAN SIKLIS
TEORI JUMLAH UANG BEREDAR
IKHTISAR PEREKONOMIAN 2010 DAN PROSPEK 2011
BANK INDONESIA Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia yang merupakan lembaga negara independen dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya,
PENGANTAR ILMU EKONOMI INFLASI DAN DEFLASI
BAB XIII. ANALISIS EKONOMI
Rapat Panitia Anggaran DPR RI Tentang Asumsi Makro APBN 2009 dan RAPBN 2010 Bank Indonesia Jakarta, 1 Juni 2009.
UANG, BANK, DAN KEBIJAKAN MONETER
BAHAN AJAR EKONOMI Kelas X Semester 2.
TUGAS-TUGAS BANK INDONESIA
KURS.
Jumlah Uang Beredar (JUB)
Kebijakan moneter.
STABILITAS EKONOMI DI SUSUN OLEH : RIFANDI SETYO HADI ( )
UANG.
SISTEM MONETER INTERNASIONAL
Kebijakan Moneter.
BAB XIII. ANALISIS EKONOMI
PENGARUH KEBIJAKAN FISKAL DAN MONETER DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA
TEORI JUMLAH UANG BEREDAR
EKONOMI MONETER II KEBIJAKAN MONETER.
NAMA : LUKMAN JATI U NO : 26 KELAS : XMIA7.
EKONOMI MONETER I KEBIJAKAN MONETER.
Penentuan Kurs Mata Uang
Bank dan Lembaga Keuangan
PEREKONOMIAN INDONESIA
Perkembangan Perekonomian Indonesia Setelah Krisis Moneter
PENGANTAR EKONOMI MAKRO
Garis Besar Materi Penyebab Krisis Moneter Indonesia
EKONOMI MONETER I KEBIJAKAN MONETER.
KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MENGHADAPI MASALAH EKONOMI
Kebijakan Fiskal dan Moneter dalam Model IS-LM
UANG DAN BANK SENTRAL DI INDONESIA
BANK INDONESIA Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia yang merupakan lembaga negara independen dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya,
Perkembangan Ekonomi Indonesia dan Prospek Ekonomi Sektoral
EKONOMI MONETER I KEBIJAKAN MONETER.
1.DEWI SRI HANDAYANI 2. AZIDATIN AHDINI 3. AMALIA FAJRIAH 4. ELMAYANA 5. ATRIANI 6. BQ APRILIA HIDAYATI 7. AHMAD RIZA SADIK 8. ELVAN KURNIAWAN 
EKONOMI MIKRO dan EKONOMI MAKRO STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR MATERI PEMBELAJARAN.
Kebijakan Fiskal dalam Hutang Pemerintah dan Pengaruhnya Bagi Perekonomian Negara Nama : Zuda Karimatur Rohmah NIM :
Transcript presentasi:

KINERJA SEKTOR MONETER Proses pemulihan perekonomian global yang terus berjalan di tahun 2010 didukung oleh perekonomian di kawasan Asia, terutama Cina dan India. Faktor eksternal lain yang menjadi tantangan Indonesia di tahun 2010 adalah mulai diberlakukannya ASEAN- China Free Trade Area (ACFTA) mulai bulan Januari 2010 dan krisis keuangan yang dialami oleh Yunani dan negara-negara di Eropa. Untuk itu Pemerintah dan Bank Indonesia selaku otoritas moneter secara berkesinambungan senantiasa berkoordinasi dalam menanggapi berbagai dinamika yang berkembang. 1

Langkah kebijakan yang dilakukan oleh BI dan pemerintah di tahun 2010 diarahkan untuk bertahan terhadap kondisi krisis dan ke depan bersiap memanfaatkan peluang dari pemulihan ekonomi global dengan tetap menjalankan dan melanjutkan kebijakan di tahun 2009 yaitu tetap mengarahkan kebijakan moneter untuk menjaga keseimbangan antara mendorong perekonomian domestik dan menjaga stabilitas makro ekonomi dan sistem keuangan dalam jangka menengah dalam upaya memperkuat proses pemulihan perekonomian dan menjaga stabilitas keuangan agar dapat memberikan dampak positif pada pertumbuhan ekonomi Indonesia. Di bidang perbankan, Bank Indonesia terus melanjutkan program konsolidasi dan mendorong intermediasi. 2

Kinerja Stabilitas Keuangan Tujuan pembangunan bukan lagi semata-mata pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tetapi lebih kepada pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Pemulihan ekonomi global yang berangsur mulai terjadi sejak pertengahan tahun 2009 masih terus berlanjut di tahun Sejumlah pencapaian yang patut dibanggakan adalah perekonomian domestik dalam merespon ekonomi global relatif tinggi sehingga perekonomian Indonesia termasuk dalam kelompok negara yang masih bisa tumbuh positif. 3

Kebijakan moneter yang dilakukan oleh BI di tahun 2010 diarahkan untuk menjaga agar inflasi dapat ditekan serendah dan stabil mungkin dengan sasaran inflasi tahun 2010 pada kisaran 5 persen dan diarahkan agar inflasi terus dalam tren yang menurun. Upaya mencapai tingkat inflasi yang rendah dalam jangka menengah ini sangat relevan untuk menjaga daya saing perekonomian domestik. Di samping cukup berhasil menjaga kondisi perekonomian, stabilitas sektor keuangan juga terpelihara. Keberhasilan ini tidak terlepas dari sejumlah langkah-langkah kebijakan yang telah diambil Pemerintah dan Bank Indonesia dalam menghadapi pemulihan ekonomi global pasca krisis. 4

Setiap awal tahun kondisi yang terjadi adalah masyarakat umumnya selalu berhati-hati dan tidak terlalu banyak atau berlebihan dalam membelanjakan uangnya untuk kebutuhan. Kondisi seperti ini terjadi di triwulan , dimana uang M1 yang beredar secara rata- rata hanya sebesar Rp 493,7 triliun yang menunjukkan penurunan dibandingkan triwulan IV-2009, karena uang M1 yang beredar di bulan Januari dan Februari 2010 mengalami penurunan masing­masing turun sebesar 3,74 persen dan 1,30 persen. 5

Hal ini disebabkan karena komponen pendukung M1 yaitu uang kartal dan uang giral mengalami penurunan. Sampai akhir Maret 2010, uang M1 yang beredar hanya mencapai Rp 494,5 triliun, secara absolut naik Rp 4,4 triliun atau meningkat sekitar 0,89 persen dari bulan Februari 2010, meskipun komponen pendukung uang kartal yang beredar masih terus menurun. 6

Sementara itu uang beredar dalam arti luas (M2) di triwulan 1­2010 relatif stabil dan masih menunjukkan kenaikan, karena adanya komponen pendukung M2 yang menunjukkan peningkatan. Peredaran uang M1 dan M2 di triwulan menunjukkan arah positif, rata- rata mencapai Rp. 518,0 triliun dan Rp ,6 triliun atau masing-masing naik 4,93 persen dan 3,78 persen. Kenaikan jumlah uang M1 yang beredar terus berlanjut di triwulan rata-rata mencapai Rp 548,4 triliun atau naik 5,86 persen. 7

Kenaikan ini disebabkan karena komponen pendukung M1 yaitu uang kartal mengalami peningkatan karena aktivitas perekonomian di dalam negeri begitu pula dengan komponen uang giral. Kenaikan uang M1 yang beredar berpengaruh positif terhadap M2 yang beredar di triwulan yang sama, dimana jumlah M2 yang beredar mencapai Rp 2.241,2 triliun atau naik 3,64 persen. 8

Memasuki triwulan IV-2010 uang M1 yang beredar kembali mengalami kenaikan hingga 5,30 persen dibanding triwulan sebelumnya atau rata-rata mencapai Rp 577,4 triliun. Kenaikan ini disebabkan komponen pendukung M1 yaitu uang kartal dan uang giral meningkat masing-masing naik 5,03 persen dan 5,49 persen. Walaupun komponen uang kartal dan uang giral paska hari Raya Idul Fitri sempat mengalami penurunan, namun mendekati akhir tahun menjelang hari libur keagamaan dan pergantian tahun kebutuhan masyarakat akan uang kartal meningkat. 9

Sebagai lembaga yang berwenang mengeluarkan dan mengedarkan, BI senantiasa memenuhi kebutuhan uang kartal di masyarakat dalam jumlah nominal yang cukup. Peredaran M2 di triwulan yang sama rata-rata mencapai Rp 2.374,8 triliun menunjukkan kenaikan 5,96 persen dibanding triwulan III Kenaikan ini disebabkan komponen pendukung M2 yaitu uang kuasi setiap bulannya di triwulan IV-2009 turut meningkat, rata-rata mencapai Rp 1.791,4 triliun atau naik 6,02 persen. 10

Pengaruh Inflasi dan Faktor Musiman Terhadap Peredaran Uang KartaI Jika dilihat komponen pendukung M1 yaitu uang kartal yang beredar di masyarakat sepanjang tahun 2010 mengalami penurunan diawal tahun dan di bulan September Pasca hari besar keagamaan dan libur panjang akhir tahun umumnya masyarakat di awal tahun mulai kembali menyimpan uangnya di bank, dan jika dilihat angka inflasi awal tahun cukup terkendali, Terutama dari kelompok makanan karena mulai memasuki musim panen sehingga kebutuhan akan bahan makanan cukup dan harga juga stabil. Kondisi ini menyebabkan uang kartal yang beredar di masyarakat pada bulan Januari-Maret 2010 menurun. 11

Posisi uang kartal yang diedarkan di triwulan II meningkat sebesar 3,23 persen dibanding triwulan sebelumnya yaitu dari Rp 209,5 triliun menjadi Rp. 216,3 triliun. Peningkatan ini sejalan dengan pola musiman yang selalu berulang yaitu bersamaan dengan menjelang libur anak sekolah dan mulai memasuki tahun ajaran baru pendaftaran anak sekolah sehingga kebutuhan masyarakat meningkat. Selain itu juga didukung oleh angka inflasi yang mulai mengalami tekanan sehingga menunjukkan peningkatan disebabkan karena anomali cuaca di dalam negeri yang menyebabkan distribusi bahan makanan terhambat mengakibat beberapa produk makanan mengalami kenaikan harga karena kurangnya pasokan. 12

Peredaran uang kartal di triwulan III-2010 kembali meningkat sehubungan dengan tekanan inflasi terutama bersumber dari bahan makanan, seperti kenaikan harga beras yang didorong oleh kenaikan ongkos produksi, dan lagi-lagi faktor periodik menjelang bulan Ramadhan dan Hari Raya idui Fitri dimana konsumsi masyarakat meningkat. Selain itu juga secara global terjadi gejolak harga beberapa komoditas dunia, terutama harga komoditas pangan dunia yang meningkat tinggi yang berimbas pada beberapa komoditas bahan makanan di dalam negeri yang turut naik harganya. 13

Kebutuhan uang kartal terus meningkat hingga bulan Desember 2010, disebabkan karena tekanan inflasi di triwulan IV-2010 yang semakin tinggi dan masih berlanjutnya gangguan iklim/ cuaca. Kenaikan inflasi dari kelompok bahan makanan dipengaruhi oleh gejolak harga bahan pangan yang rentan terhadap gangguan iklim. Ini karena pengaruh kondisi alam dimana curah hujan yang tinggi menyebabkan komoditas pangan seperti beras dan sayur mayur mengalami gangguan dalam pendistribusian dan pasokan yang akhirnya mendorong kenaikan harga yang sangat tinggi. Kebutuhan masyarakat akan uang kartalpun semakin meningkat di triwulan IV­2010 karena pengaruh lonjakan harga dan juga menjelang hari besar keagamaan disambung dengan libur panjang akhir tahun. 14

Kontrol BI dalam pergerakan dan perkembangan uang primer menjadikannya sebagai target utama dalam membuat kebijakan moneter. Hal ini dilakukan agar terjadi kestabilan perekonomian negara tetap dapat terjaga. Kebijakan yang diambil adalah pengendalian uang beredar (quantity approach) dalam hal ini pengendalian uang primer. Uang primer yaitu uang kartal di masyarakat (uang kertas dan uang logam yang berlaku), cadangan bank komersial umum (BKU) di Bank Indonesia (BI) (terdiri atas kas dan giro BKU), serta giro swasta bukan bank (penduduk) pada BI. 15

Membaiknya kondisi perekonomian dunia di triwulan I-2010 direspon negatif oleh peredaran uang primer, rata-rata hanya mencapai Rp. 379,6 triliun. Peredaran setiap bulannya dari bulan Januari- Maret 2010 terus mengalami penurunan, setelah menembus Rp. 402 triliun lebih pada Desember 2009, hingga bulan Maret 2010 uang primer yang beredar hanya mencapai Rp. 374,4 triliun jauh dibandingkan kondisi diawal tahun 2010 yang mencapai Rp. 384,2 triliun 16

Perkembangan Uang Beredar (Miliar Rupiah) Akhir Periode M2 ( 2009 ) Jumlah M1 Uang Kuasi Surat Berharga Selain Saham Uang KartalUang GiralJumlah TRIW I TRIW II Juli Agustus September TRIW III Oktober November Desember TRIW IV

Akhir Periode M2 ( 2010 ) Jumlah M1 Uang Kuasi Surat Berharga Selain Saham Uang Kartal Uang GiralJumlah Januari Februari Maret TRIW I April Mei Juni TRIW II Juli Agustus September TRIW III Oktober November Desember TRIW IV

Memasuki triwulan II-2010, semakin membaiknya kondisi perekonomian dunia, mendapat respon positif yang ditandai dengan peredaran uang primer yang mencapai Rp. 392,9 triliun, lebih tinggi Rp. 13,3 triliun dari triwulan sebelumnya atau naik 3,51 persen. Uang primer yang beredar di bulan April 2010 kembali menunjukkan peningkatan sebesar 2,94 persen jika dibandingkan bulan sebelumnya. Selanjutnya di bulan Mei dan Juni 2010 masing-masing naik sebesar 1,66 persen dan 2,45 persen. Hingga bulan Juni 2010 posisi uang primer yang beredar mencapai Rp. 401,4 triliun masih rendah dibandingkan posisi uang primer yang beredar di bulan Desember

Perkembangan Uang Primer (Miliar Rupiah) Akhir Periode Uang Kartal yang Diedarkan Giro Bank Giro Perusahaan & PeroranganJumlah Uang KartalKas Bank 2009 TRIW I TRIW II Juli Agustus September TRIW III Oktober November Desember TRIW IV

Akhir Periode Uang Kartal yang Diedarkan Giro Bank Giro Perusahaan & PeroranganJumlah Uang KartalKas Bank 2010 Januari Februari Maret TRIW I April Mei Juni TRIW II Juli Agustus September TRIW III Oktober November Desember TRIW IV

Tren peningkatan terus berlanjut di bulan Juli dan Agustus 2010 masing-masing mencapai Rp. 409,0 triliun dan Rp. 426,9 triliun atau masing-masing naik sebesar 1,88 persen dan 4,38 persen. Meskipun demikian, pada bulan Juli komponen pendukung uang primer yaitu uang kartal pada kas bank mengalami penurunan dan pada bulan Agustus komponen pendukung uang primer yang mengalami penurunan adalah Giro pada bank dan Giro perusahaan dan perorangan. Pada bulan September 2010 komponen uang kartal kembali mengalami penurunan sehingga juga berpengaruh pada komponen uang primer yang juga mengalami penurunan sekitar 0,72 persen atau hanya mencapai Rp. 423,8 triliun. Meskipun demikian secara rata-rata di triwulan III uang primer yang beredar mencapai Rp. 419,9 triliun mengalami peningkatan 6,86 persen dibanding triwulan sebelumnya. 22

Uang primer yang beredar di triwulan IV-2010 mencapai Rp. 473,8 triliun, mengalami peningkatan 12,76 persen dibandingkan triwulan sebelumnya. Besaran uang primer yang beredar di bulan Oktober 2010 kembali mengalami penurunan 1,16 persen atau hanya mencapai Rp. 418,9 triliun. Peredaran uang primer di dua bulan terakhir tahun 2010 menunjukkan peningkatan masing-masing naik sebesar 15,53 persen dan 7,13 persen. Hal ini merupakan faktor periodik yang selalu berulang setiap tahun kembali terjadi dimana setiap menutup akhir tahun terkait dengan respon Bank Indonesia untuk memenuhi tambahan permintaan uang beredar, seiring dengan bertambahnya keperluan masyarakat menjelang musim libur panjang sehingga harus dapat mencukupi peredaran uang kartal yang dibutuhkan masyarakat. 23

Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Kestabilan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing khususnya dollar AS sangat penting dalam mencapai stabilitas harga dan sistem keuangan. Menyikapi kondisi perekonomian global pasca krisis dan mulai merangkak naiknya harga-harga komoditas di pasar internasional, Bank Indonesia telah melakukan berbagai upaya untuk menjaga agar gejolak nilai tukar tidak berlebihan dan tetap stabil. 24

Di akhir tahun 2009 rupiah mengalami penguatan dan menyentuh angka Rp per dolar AS. Pergerakan nilai mata uang Yen mengalami pelemahan dan ditutup pada level Rp. 106,13 per 100 yen di bulan Desember Pergerakan nilai kurs rupiah terhadap euro cukup berfluktuasi. Pada bulan Desember 2009, kembali menguat hingga menembus level Rp per euro €. 25

Perkembangan Nilai Tukar Mata Uang Asing terhadap Rupiah di Pasaran Jakarta, Periode U.S. $YenEuro €U.S. $YenEuro € Januari , Februari , , Maret , , Triw I , , April , Mei , , Juni , , Triw II , , Juli , , Agustus , , September , , Triw III , , Oktober , , Nopember , , Desember , , Triw IV , ,

Memasuki tahun 2010, proses pemulihan ekonomi global masih terus berlangsung serta semakin kuatnya kondisi fundamental ekonomi domestik memberikan dukungan yang positif bagi pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Secara rata-rata pada triwulan , nilai rupiah mencapai Rp per dolar AS atau menguat sebesar 2,11 persen. Pada akhir triwulan (bulan Maret) rupiah ditutup pada level Rp per dolar AS. Nilai tukar rupiah pada triwulan II-2010 menguat 1,47 persen dibanding triwulan sebelumnya rata-rata mencapai Rp per dolar AS. 27

Rupiah sempat tertekan pada bulan Mei-Juni 2010 yang disebabkan oleh sentimen negatif di pasar keuangan global akibat masalah fiskal di beberapa negara Eropa. Nilai tukar rupiah kembali melemah dan ditutup pada level Rp per dolar AS, melemah 0,3 persen dari bulan Mei Kepercayaan investor asing meningkat seiring dengan semakin derasnya modal asing yang masuk ke Indonesia dan berdampak pada menguatnya nilai tukar rupiah di triwulan III-2010, yang rata-rata mencapai Rp per dolar AS atau terapresiasi sebesar 1,38 persen. Rata-rata nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di triwulan IV-2010 kembali terapresiasi sebesar 0,50 persen dibanding triwulan lalu. 28

Namun jika dilihat pergerakan nilai kurs setiap bulannya pada bulan november sempat terkoreksi sedikit akibat faktor eksternal yang terjadi di belahan negara eropa dan kondisi ini terus berlanjut hingga Desember 2010 yang disebabkan meningkatnya permintaan masyarakat akan valas pada akhir tahun yang mengakibatkan rupiah tertekan sebesar 0,90 persen atau berada pada level Rp per dolar AS. 29

Perkembangan nilai tukar rupiah terhadap mata uang euro € mulai bulan Januari-Juni 2010 menunjukkan penguatan yang sangat signifikan dari Rp per euro € pada bulan Januari menjadi Rp per euro C. Namun penguatan tersebut sempat terkoreksi di dua bulan berikutnya (Juli-Agustus 2010). Memasuki triwulan IV-2010 nilai tukar rupiah mengalami tekanan terhadap euro € sebesar 5,17 persen dibanding triwulan III Penguatan rupiah terhadap euro€ sempat terjadi di bulan November- Desember Pada akhir tahun rupiah ditutup pada level Rp per euro €, nilai kurs ini masih cukup tinggi jika dibandingkan dengan nilai kurs pada bulan Juni

Pergerakan Suku Bunga Di sektor perbankan, kondisi kinerja perbankan nasional di tahun 2009 yang relatif baik dan stabil dalam merespon krisis global, diperkuat melalui penerapan kebijakan moneter longgar melalui BI Rate. BI Rate merupakan suku bunga kebijakan yang mencerminkan kebijakan moneter dalam merespon prospek pencapaian sasaran inflasi ke depan, melalui pengelolaan likuiditas di pasar uang (SBI dan PUAB). Langkah yang diambil BI pada tahun 2009 adalah menurunkan BI Rate dengan mempertimbangkan secara menyeluruh prospek perekonomian ke depan. 31

BI Rate 6.5 persen tetap dipertahankan karena dianggap cukup konsisten dan kondisi ini tetap bertahan hingga Desember Arah kebijakan tersebut ditempuh karena melihat tekanan pada sistim keuangan yang mulai menurun semakin membaik dan stabilnya sistem keuangan domestik. Seiring dengan kebijakan yang diambil pemerintah dengan melakukan stimulus fiskal dan penetapan BI Rate, maka bunga SBI pun mengikuti pergerakan dari suku bunga BI Rate. 32

Suku bunga Pasar Uang Antar Bank (PUAB) juga terus menurun mendekati bunga BI Rate. Suku bunga PUAB tahun 2009 secara keseluruhan sudah di bawah dari BI Rate. Hal ini sejalan dengan kebijakan moneter yaitu penguatan pasar uang dan suku bunga. Penurunan suku bunga ini diharapkan akan diikuti oleh turunnya bunga pinjaman. Namun, kenyataannya bunga pinjaman tidak turun secepat seperti yang diharapkan. 33

Pergerakan Suku Bunga Indonesia (SBI) 1 bulan dan 3 bulan di awal tahun 2010 ditetapkan masing-masing 6,45 persen dan 6,60 persen. Bunga SBI 1 bulan dan 3 bulan terus menurun hingga April 2010, namun di bulan Mei 2010 suku SBI 1 bulan dan 3 bulan sempat dinaikkan masing-masing ke posisi 6,30 persen dan 6,58 persen. Sampai bulan Juni 2010 bunga SBI 1 bulan diturunkan sebesar 4 bps menjadi 6,26 persen sedangkan SBI 3 bulan dinaikkan kembali 2 bps menjadi 6,60 persen 34

Pada 16 Juni 2010 BI mengeluarkan Paket Kebijakan antara lain mencakup: Pelebaran Koridor Suku Bunga PUAB Penerapan minimum one month holding period SBI, kebijakan ini mulai diberlakukan pada tanggal 7 Juli Dengan adanya paket 16 Juni tersebut langkah yang diambil BI adalah menghapus atau meniadakan SBI 1 mulai Juni 2010 dan SBI 3 bulan sejak November

Selain itu B1 juga menerbitkan SBI berjangka waktu 9 bulan dan 12 bulan. Penerbitan SBI 9 bulan mulai diberlakukan pada lelang SBI bulanan minggu II Agustus 2010, dan SBI 12 bulan dilakukan mulai minggu II September 2010 (dikutip dari Laporan Perkembangan Pelaksanaan tugas dan wewenang BI di bidang moneter, perbankan dan sistem pembayaran Triwulan ). 36

Dengan adanya paket 16 Juni tersebut langkah yang diambil BI adalah menghapus atau meniadakan SBI 1 bulan sejak bulan Juli 2010, dengan harapan memperpanjang kepemilikan SBI dari 1 bulan menjadi 3 bulan. Dengan demikian investor yang menanamkan modalnya melalui SBI harus menahan investasinya selama 3 bulan dulu sebelum menjual kembali. SBI 3 bulan beredar sampal bulan Oktober 2010 dan pada bulan November 2010 tidak ada lagi SBI untuk jangka waktu 3 bulan. BI hanya mengeluarkan SBI jangka menengah yaitu 6 bulan, 9 bulan dan 12 bulan. 37

Dalam rangka mencapai sasaran akhir kebijakan moneter, kerangka kebijakan moneter dilakukan melalui pengendalian suku bunga dan dicerminkan oleh penetapan suku bunga kebijakan (BI Rate). Dalam tataran operasional, BI Rate tercermin dari suku bunga pasar uang jangka pendek yang merupakan sasaran operasional kebijakan moneter. BI menggunakan suku bunga Pasar Uang Antara Bank (PUAB) sebagai sasaran operasional kebijakan moneter. 38

Suku Bunga Domestik Akhir Periode Pasar Uang Antar BankSertifikat Bank Indonesia 1 Hari Keseluruha n 1 Bulan3 Bulan 2009 Januari8,898,979,509,93 Februari8,62 8,749,25 Maret8,25 8,218,61 April7,747,767,597,95 Mei7,457,467,257,39 Juni6,816,856,957,05 Juli6,586,596,716,79 Agustus6,196,226,586,63 September6,396,416,486,55 Oktober6,316,336,496,60 November6,356,406,476,59 Desember6,47 6,466,59 39

2010 Januari6,286,376,456,60 Februari6,196,216,416,59 Maret6,146,176,276,56 April6,14 6,206,50 Mei6,246,266,306,58 Juni6,246,316,266,60 Juli6,246,25 - 6,63 Agustus6,456,48 - 6,63 September6,196,31 - 6,64 Oktober5,635,69 - 6,37 November5,605,65 -- Desember5,705,

Memasuki tahun 2010 pergerakan suku bunga PUAB secara keseluruhan tetap terjaga dan cenderung menurun hingga bulan April 2010 dan berada pada posisi 6,14 persen pada titik ini suku bunga PUAB sudah berada di bawah BI Rate. Namun pada bulan Mei-Juni 2010 suku bunga PUB secara keseluruhan kembali meningkat 12 bps dan 5 bps, meskipun demikian peningkatan ini masih di bawah BI Rate. Pada bulan September suku bunga PUAB secara keseluruhan sempat turun dan kembali naik di bulan Agustus 2010 menjadi 6,48 persen 41

Sepanjang bulan September-November 2010 suku bunga PUAB secara keseluruhan terus menurun hingga di bawah 6 persen. Pada akhir tahun suku bunga PUAB berada pada 5,82 persen lebih tinggi dari 17 bps dari bulan November 2010 dengan suku bunga sebesar 5,65 persen. 42

Kebutuhan uang kartal masyarakat yang meningkat mempengaruhi peningkatan suku bunga di pasar uang antar bank. Peningkatan penarikan uang kartal secara umum mencerminkan persepsi risiko masih cukup stabil. Secara keseluruhan tahun, rata­rata spread suku bunga PUAB tertinggi dan terendah di tahun 2010 menurun menjadi 24 bps dari rata-rata tahun sebelumnya sebesar 43 bps. 43