HISTORISITAS/SEJARAH HUBUNGAN AGAMA DAN SAINS: Sebuah Pengantar Oleh: Frida Agung Rakhmadi, S.Si. Sumber: Imelda Fajriati, M.Si
PASANG SURUT HUBUNGAN AGAMA DAN SAINS Benturan antara agama dan sains telah dimulai sejak abad 15, ketika Galileo menentang paham geosentris (bumi merupakan pusat tata surya) yang dianut oleh gereja. Galileo dianggap mengingkari keyakinan agamanya bahwa bumi adalah pusat edar tata surya, sebuah kosmologi warisan abad pertengahan gabungan geosentris Ptolemeus dan kosmologi Aristoteles Ketaksesuaian agama dan sains berlanjut hingga masa sesudahnya (masa Newton).
Fakta Sejarah Sains Modern Sejarah sosial sains Eropa masa kebangkitan (abad 14 dan 15) mencatat bahwa sains muncul tidak hanya dalam rangka melepaskan hegemonikgereja sebagai institusi pemegang kekuasaan tertinggi, tetapi juga sebagai momentum transformasi sains ke dalam utilitas teknik (aplikasi nyata).
3. Para ahli sejarah sepakat bahwa sejarah perkembangan sains modern beserta aplikasi teknologi yang ada sekarang diawali oleh Newton (Mekanika Klasik). 4. Mekanika klasik Newton berdampak terbesar terhadap perkembangan ilmu pengetahuan saat itu. Konsep mekanika klasik Newton bersifat mekanistik deterministik,yaitu apabila kondisi awal dari sesuatu dapat ditentukan, maka kondisi berikutnya dapat diprediksi secara tepat.
Dampak Newton Paradigm Konsep Newton memacu munculnya Revolusi Industri di Inggris pada abad ke-17, yaitu dimulai sejak ditemukan mesin tenun, mesin cetak yang menjalar sebagian daratan Eropa dan Amerika Aplikasi Industri yang dimulai sejak revolusi industri berkembang melalui beberapa tahap: - pertama: mekanisasi abad ke-17 - kedua: energisasi abad ke-18, yaitu ditemukan mesin uap diikuti kapal uap, kereta api, motor uap, penumbuk gandum, dsb. - ketiga: optimalisasi abad ke- 18-19 - keempat: otomatisasi abad ke- 19-20, dengan munculnya mesin-mesin mobil, pesawat terbang, dsb
IPTEK yang bertumpu dari paradigma Newton ini membentuk masyarakat yang sekularistik dan mengabaikan nilai-nilai religiusitas (mengabaikan unsur Tuhan karena merasa dapat memprediksi apa yang akan terjadi) Benturan IPTEK dan Agama semakin hebat setelah Charles Darwin pada abad ke-19 memunculkan bukunya The Origin of Species (hanya dengan ‘menjejer dan mengurutkan’ tulang tengkorak berusaha menghubungkan secara evolusioner) Temuan Darwin memicu ketidakharmonisan hubungan kecurigaan antara ilmuwan (orang yang menekuni sains) dan agamawan (orang yang mendalami nilai dan ajaran Tuhan).
ERA BARU IPTEK Abad 20 muncul paradigma baru dalam ilmu pengetahuan dan menggantikan paradigma Newton yang mekanistik deterministik menjadi probabilistik relatifistik Era baru ini dipicu oleh: 1. Heissenberg, Scrodinger menemukan teori Mekanika Kuantum 2. Albert Einstein menemukan konsep ruang-waktu dan energi Probabilistik relatifistik artinya sesuatu memiliki banyak kemungkinan alternatif pemecahan persoalan, sehingga IPTEK pun mempunyai kemampuan prediksi yang lebih baik dalam pemecahan masalah Paradigma baru IPTEK melahirkan ilmu-ilmu baru seperti material Science, mikro elektronika, kimia fisika kuantum, astrofisika dsb.
REVIEW SEJENAK Benturan antara agama dan sains, kapan terjadi pertama kali? Sains modern (modern sains) dimulai sejak kapan, siapa tokohnya dan apa temuannya? Apa dampak (+/-) sains modern? Kapan terjadinya puncak benturan antara sains dan agama? Era baru sains (post-modern sains), sejak kapan dimulai, siapa tokohnya dan apa temuannya? Apa perbedaan (konsep) antara sains modern (paradigma Newton) dan sains post-modern (paradigma Einstein)? Apa dampak (+/-) (post-modern sains)?
Paradigma Newton Vs Paradigma Einstein Paradigma Newton yang mengabaikan unsur Tuhan mendapat perlawanan dari konsep Einstein dalam energi, ruang-waktu. # Menurut Newton: massa. materi adalah kekal, ada dengan sendirinya dari dulu hingga sekarang (teori Steady State), sehingga ruang dan waktu adalah entitas yang terpisah. # Menurut Einstein: ruang dan waktu adalah entitas yang terkait satu sama lain menjadi dimensi tersendiri yaitu dimensi ruang-waktu. Tanpa ada ruang maka tidak akan ada waktu.
Perbedaan cara pandang menurut Einstein vs Newton tentang penciptaan alam semesta membuka mata banyak kalangan bahwa agama (unsur Tuhan) dapat didekati oleh Sains. Fakta IPTEK yang memperkirakan alam akan hancur beberapa milyard tahun yang akan datang sesuai perhitungan waktu peluruhan neutron (inti atom) berkesesuaian dengan fakta agama bahwa alam tidak kekal. Adanya beberapa dimensi baru yang belum terungkap oleh ilmuwan sesuai dengan dimensi ‘lain’ dalam agama (alam kubur, alam akhirat, dimensi lapisan 7 langit). Beberapa temuan sains terakhir telah menjangkau hal-hal yang selama ini berada dalam wilayah Tuhan-agama, seperti penciptaan alam semesta, asal kejadian manusia, nasib manusia (prediksi dari DNA), materi ruhani (fretting material) (mulai diungkap oleh fisika kuantum), dan lain sebagainya.
Benturan Ilmu Pengetahuan dan Agama Konflik agama-sains yang dimulai era Newton menjadi awal pertentangan agama dan sains yang berlanjut hingga masa sekarang. Banyak kalangan menilai bahwa agama tidak akan pernah dapat didamaikan dengan sains. Agama jelas-jelas tidak dapat membuktikan kebenaran ajaran-ajarannya dengan tegas, sedangkan sains melakukannya. Agama tidak memberi petunjuk konkrit tentang kebenaran Tuhan, sementara sains mau menguji semua hipotesis dan semua teorinya berdasarkan pengalaman. Sebagian saintis merasa berhasil secara nyata mengubah dunia seperti sekarang ini, sedangkan agamawan dianggap sebagai kaum tradisional yang fokus pada Teks-teks lama = tidak kontekstual.
Persinggungan atau konflik IPTEK dan Agama dapat dibedakan dalam konflik utama: 1. Kosmologi 2. Evolusi Teori kosmologi dan evolusi dianggap sebagai bagian yang belum terpecahkan dalam menemukan simpul agama dan sains
Contoh: Asal Kejadian Alam Semesta Teori Einstein melahirkan Teori BIG Bang dalam asal mula alam semesta (universe). Alam semesta diawali dengan Dentuman Besar dari sebuah titik singularitas yang pecah menjadi banyak materi, pada saat itulah mulai terciptanya ruang dan waktu. Sebelum itu, praktis tidak ada waktu, tidak ada energi-materi (bandingkan dengan teori steady state) Ilmuwan Astrofisika sepakat, pada saat berupa titik singularitas, manusia tidak dapat menyatakan waktu kemarin atau yang akan datang, karena waktu belum ada. Jadi manusia juga tidak dapat menanyakan ‘kapan’ terjadinya titik singularitas. Ilmu pengetahuan untuk sementara terhenti di titik itu, ada keterbatasan ilmu pengetahuan untuk menjawabnya.