Pertemuan 13 Kebijaksanaan Makro ekonomi Indonesia dan Deregulasi

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
RUANG LINGKUP ANALISIS MAKRO EKONOMI
Advertisements

Tugas kelompok Ekonomi
PENGANTAR EKONOMI MAKRO
KEBIJAKAN FISKAL DAN MONETER
Lima Debat Selama Kebijakan Makroekonomi
KEBIJAKAN EKONOMI MAKRO DAN MIKRO Eny Lia purwandari A
Ruang Lingkup Makro Ekonomi
REVIEW MATERI EKONOMI MAKRO (BAHAN UAS)
Saparila Worokinasih, S.Sos., M.Si
1 Pertemuan 1 Konsep Dasar dan Permasalahan Makro Ekonomi Matakuliah:J0034/Ekonomi Makro Tahun: 2005 Versi: Revisi 3.
Pertemuan 2 Pola Analisis, pasar dan pelaku ekonomi makro
RUANG LINGKUP EKONOMI MAKRO; MASALAH DAN KEBIJAKAN
REVIEW MATERI EKONOMI MAKRO (BAHAN UAS)
MATA KULIAH KEBIJAKAN FISKAL
Pendahuluan: Pengertian dan ruang lingkup ekonomi makro
Kebijakan Fiskal dan Moneter (1)
PENDAHULUAN.
Pertemuan Kebijakan Makro Ekonomi
Perekonomian Indonesia
PENGANTAR EKONOMI 2 ATA 2016/2017 UNIVERSITAS GUNADARMA
PENGANTAR EKONOMI MAKRO
Pertemuan 7 Penghitungan Pendapatan Nasional
Pertemuan 13 Analisa Permintaan – Penawaran Agregatif (IS – LM)
Ruang Lingkup Analisis Ekonomi Makro
Pertemuan 5 Pemikiran Makro Ekonomi Keynes
Garapan Drs. Puji Suharjoko
Pertemuan 4 Pemikiran Makro Ekonomi Klasik (Lanjutan)
Pertemuan 2 Pertumbuhan dan perubahan struktur Ekonomi
Pertemuan 21 Inflasi Matakuliah : J 0034/Ekonomi Makro Tahun : 2005
Pertemuan 4 Lingkungan Ekonomi dan Lingkungan Industri
SISTEM PERBANKAN INDONESIA
NERACA PEMBAYARAN KURS VALUTA ASING DAN PERTUMBUHAN EKONOMI
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
SRI SULASMIYATI, S.SOS., MAP
PENGANTAR ILMU EKONOMI INFLASI DAN DEFLASI
NERACA PEMBAYARAN KURS VALUTA ASING DAN PERTUMBUHAN EKONOMI
KONSEP DASAR ILMU EKONOMI MAKRO
BAB XIII. ANALISIS EKONOMI
Pertemuan 20 Pertumbuhan ekonomi
KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM EKONOMI MAKRO
KEBIJAKAN MONETER & KEBIJAKAN FISKAL
EKONOMI DAN SISTEM EKONOMI
BAHAN AJAR EKONOMI Kelas X Semester 2.
NERACA PEMBAYARAN KURS VALUTA ASING DAN PERTUMBUHAN EKONOMI
Pertemuan 14 Analisa Permintaan – Penawaran Agregatif (IS – LM)
Pertemuan 23 Kebijaksanaan Stabilisasi Ekonomi
Kesesuaian Kebijakan Ekonomi Konvensional dalam Kebijakan Pembangunan
TINJAUAN RINGKAS MENGENAI TEORI, MASALAH DAN KEBIJAKAN MAKROEKONOMI
MAKRO EKONOMI PENDAHULUAN
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Pelaku Ekonomi
BAB XIII. ANALISIS EKONOMI
PENGANTAR EKONOMI MAKRO BAB I PENDAHULUAN. Pengertian Makro Ekonomi Ilmu ekonomi makro mempelajari variabel- variabel ekonomi secara agregat (keseluruhan).
Perekonomian Indonesia
PENGANTAR EKONOMI MAKRO
Alamat : Banjaran Rt 06 Rw 03 Taman
Ruang Lingkup Analisis Makroekonomi Dosen Pengampu: Aulia Dawam, S. E,
BAB 12 Neraca Pembayaran, Kurs Valuta Asing dan Kegiatan Perekonomian Terbuka Neraca Pembayaran : suatu catatan aliran keuangan yang menunjukkan nilai.
Aniesa Samira Bafadhal, SAB, MAB
PENGANTAR EKONOMI MAKRO
(Makroekonomi) Ruang Lingkup Analisis Ekonomi Makro
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Pelaku Ekonomi
KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MENGHADAPI MASALAH EKONOMI
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Pelaku Ekonomi
KEBIJAKAN FISKAL. Pengertian kebijakan fiskal (Fiskal Policy )  Kebijakan Fiskal adalah suatu kebijakan ekonomi dalam rangka mengarahkan kondisi perekonomian.
NERACA PEMBAYARAN KURS VALUTA ASING DAN PERTUMBUHAN EKONOMI
EKONOMI MIKRO dan EKONOMI MAKRO STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR MATERI PEMBELAJARAN.
PRINSIP EKONOMI DALAM AGRIBISNIS. Sistem Perekonomian Sistem Pasar Bebas Sistem Ekonomi Perencanaan Sistem Ekonomi Campuran Ekonomi Makro Ekonomi Mikro.
LINGKUNGAN EKONOMI By Nina Triolita, SE, MM.
Bab 1 Overview dan Review
PENGANTAR EKONOMI MAKRO MERI YANTI,S.E.M.Si BAB I PENDAHULUAN.
Transcript presentasi:

Pertemuan 13 Kebijaksanaan Makro ekonomi Indonesia dan Deregulasi Matakuliah : EK 432/Perekonomian Indonesia Tahun : 2005 Versi : Revisi 1 Pertemuan 13 Kebijaksanaan Makro ekonomi Indonesia dan Deregulasi

Pada akhir pertemuan ini, diharapkan mahasiswa akan mampu : Learning Outcomes Pada akhir pertemuan ini, diharapkan mahasiswa akan mampu : Mahasiswa dapat menjelaskan kebijaksanaan ekonomi makro Indonesia dan deregulasi sektor moneter dan rii Mahasiswa mampu menunjukkan penerapan kebijaksanaan makro dalam mengatasi permasalahan ekonomi di Indonesia Mahasiswa mampu mengidentifikasi permasalahan ekonomi Indonesia dan melakukan analisa terhadap permasalahan tersebut

Aplikasi kebijaksanaan makro Deregulasi sektor moneter Outline Materi Aplikasi kebijaksanaan makro Deregulasi sektor moneter Deregulasi sektor riil Review

Aplikasi kebijaksanaan makro KEBIJAKSANAAN MONETER Merupakan langkah-langkah pemerintah/Bank Sentral untuk mempengaruhi (mengubah) penawaran uang dalam perekonomian atau merubah tingkat bunga dengan maksud untuk merubah pengeluaran agregat. Contoh : Pada saat tingkat bunga tinggi  Investasi rendah  PDB rendah  pengangguran tinggi Sehingga bila dikehendaki tingkat pengengguran yang rendah, maka tingkat bunga dibuat rendah sehingga investasi meningkat  banyak menyerap tenaga kerja. Sedangkan untuk meredam tingkat inflasi yang tinggi dapat dilakukan dengan mempertinggi tingkat bunga

KEBIJAKSANAAN FISKAL Merupakan langkah-langkah pemerintah untuk membuat perubahan dalam bidang perpajakan dan pengeluaran pemerintah dengan maksud untuk mempengaruhi pengeluaran agregat. Contoh : Apabila pajak pendapatan dikurangi  daya beli masyarakat meningkat  pengeluaran agregat (C ) meningkat  kegiatan produksi meningkat  pengangguran menurun.

APLIKASI KEBIJAKSANAAN MONETER KEBIJAKSANAAN UANG KETAT Salah satu faktor pemberlakuan uang ketat adalah inflasi tinggi Dengan pemberlakuan uang ketat ( suku bunga tinggi)  dana masyarakat banyak yang terserap ke Bank Umum, karena masyarakat lebih tertarik menabung  Konsumsi ( C) menurun  terjadi penurunan harga. Pemberlakuan kebijaksanaan ini melalui : Suku Bunga Tinggi Kebijaksanaan kredit selektif

Dampak Negatif : Positif : Inflasi Menurun ICOR meningkat Icor merupakan hubungan antara peningkatan stok modal dan kemampuan masyarakat untuk menghasilkan Out Put. I/PDB x 100% ICOR = ---------------------- ^ PDB (%) Negatif : Swasta mencari kredit dari luar negeri Dalam jangka panjang investasi menurun

PEMBERLAKUAN SUKU BUNGA RENDAH Positif : Memacu sektor riil, sehingga mempengaruhi peningkatan produksi dan peningkatan penggunaan tenaga kerja Negatif : Pemilik modal melarikan modalnya keluar negeri karena tergiur suku bunga tinggi

DEREGULASI SEKTOR MONETER (contoh kasus di Indonesia) Setelah perolehan pemerintah dari sektor migas menurun dan peningkatan beban hutang luar negeri, pemerintah mengeluarkan beberapa kebijaksanaan yang bertujuan untuk penyelamatan perekonomian Indonesia. Kebijaksanaan tersebut antara lain : Paket Oktober (Pakto 27) dan paket desember (Pakdes 20), yang bertujuan antara lain :

Meningkatkan Mobilisasi Tabungan Nasional Meningkatkan tabungan nasional dalam bentuk rupiah dan valuta asing. Tabungan nasional terdiri dari tiga komponen: Tabungan Pemerintah Merupakan selisih dari jumlah penerimaan-nya dengan pengeluarannya. Tabungan dunia usaha (Swasta) Merupakan bagian dari laba yang diinvestasikan kembali Tabungan masyarakat Meningkatkan efisiensi Lembaga Keuangan Melakukan restrukturisasi, meningkatkan produktivitas dan daya saing. Merasionalisasikan alokasi sumber ekonomi

Dampak Pakto 27 dan Pakdes 20 : Restrukturisasi industri perbangkan melalui Pakto 27 dilakukan antara lain melalui : mengundang partisipasi bank swasta dan asing, meningkatkan jumlah bank dan persaingannya serta internasionalisasi pasar uang dan modal. Dampak Pakto 27 dan Pakdes 20 : Tambahan jumlah kantor cabang bank, melalui : PAKTO 27 Membuka bank baru Membuka kantor cabang pembantu bank asing Diperkenankannya dana-dana BUMN/BUMD non lembaga keuangan dikelola secara profesional. PAKDES 20 Membuka izin pendirian Lembaga Keuangan Bukan Bank Memperbolehkan pemodal asing menanamkan modal secara patungan dengan perusahaan nasional

Posisi Bank Pemerintah Pangsa pasar bank negara untuk kredit program dan kredit yang dijamin tidak terganggu. Kredit program yang dikelola bank negara banyak yang macet karena sistem seleksi yang kurang baik. Persaingan Pangsa pasar BUMN/BUMD non lembaga keuangan menempatkan maksimal 50% dananya kepada bank non pemerintah (pada satu bank swasta < 20%) BUMN/BUMD akan memperoleh fasilitas kredit dan bank-bank non pemerintah

Tindak Lanjut dalam rangka pengamanan Pakto 27 Menjaga Ketertiban dan Efesiensi Pasar Sejak deregulasi digulir (1983) diarahkan menuju ke mekanisme Pasar  Dimana pemerintah berperan sebagai regulator mekanisme pasar Sebagai regulator pemerintah menjamin bahwa semua pelaku pasar bertindak sesuai norma-norma Persaingan sehat akan tercipta apabila informasi pasar tersebar luas pada seluruh peserta pasar dan mencerminkan keadaan yang sebenarnya. Di Negara berkembang seperti Indonesia, nilai serta tingkah laku pelaku ekonomi bersifat tradisional, tidak serasional negara maju, sehingga perlu campur tangan pemerintah.

2. Koordinasi dan Konsistensi Kebijaksanaan Restrukturisasi perekonomian memerlukan adanya konsistensi antara kebijaksanaan sektor riil dengan kebijaksanaan sektor finansial. 3. Lembaga Keuangan Bagi Rakyat Kecil Pembangunan lembaga keuangan bagi rakyat kecil perlu memperoleh perhatian khusus dalam rangka pemerataan pembangunan nasional Selain BRI, BPD dapat diikut sertakan dalam pembangunan lembaga keuangan bagi rakyat kecil dengan pelatihan, bantuan modal serta bantuan likuidasi

DEREGULASI SEKTOR RIIL Deregulasi diberlakukan dalam rangka mengatasi masalah ekonomi biaya tinggi yang diakibatkan oleh kebijaksanaan-kebijaksanaan yang lalu. Deregulasi merupakan pengurangan aturan maupun kendala yang ditetapkan oleh pemerintah untuk mempengaruhi kegiatan usaha. Pada umumnya ada 4 alasan dilakukannya deregulasi :

Karena kesulitan anggaran yang ditandai oleh defisit anggaran negara yang semakin besar. Karena alasan ideologi, yaitu mengurangi peran pemerintah yang berlebihan dalam masyarakat. Karena alasan komersial, agar lebih banyak kegiatan ekonomi diserahkan kepada sektor swasta Karena alasan populis, dimana masyarakat diberikan kebebasan yang lebih besar untuk mengurus dirinya sendiri.

Deregulasi Sektor Riil disebabkan oleh karena kebijaksanaan industrialisasi yang sifatnya pengganti barang-barang impor yang ternyata berdampak pada ekonomi biaya tinggi. Industrialisasi pengganti barang impor kenyataannya merupakan proses Assembling (90%), hal ini akan membawa dampak negatif bagi kondisi makro ekonomi Indonesia, karena : Proses produksi riil dilaksanakan diluar negeri, sehingga kontribusi terhadap GDP sangat rendah. Contoh : Pada Repelita II pertumbuhan sektor Industri mencapai 12 – 13%, tetaapi kontribusinya terhadap GDP hanya 0,7 %. Devisa akan tersedot keluar, karena mengimpor barang-barang yang nota bene 90% assembling. Tidak menggunakan faktor-faktor produksi Indonesia.

DEREGULASI OTOMOTIF Tujuan jangka panjang adalah untuk membangun industri otomotif di Indonesia dengan memperbaiki struktur pasar dan pengembangan industri otomotif itu sendiri. Dilema pada deregulasi otomotif : Struktur Pasarnya Oligopoli Dalam struktur pasar oligopoli, perusahaan-perusahaan baru yang ingin masuk/bersaing secara sehat akan kesulitan masuk kedalam pasar, karena : Skala ekonomis yang dinikmati oleh perusahaan yang telah ada (lama) Perusahaan lama, biaya produksi per unit akan menjadi lebih rendah apabila jumlah produksi per unitnyaa lebih tinggi.

Keistimewaan hasil produksi. Produk perusahaan lama sudah dikenal masyarakat yang mempunyai tingkat kepercayaan dan penghargaan yang tinggi dari konsumen. Perusahaan oligopoli (lama) memproduksi berbagai barang yang sejenis. Kran import mobil dibuka sehingga terjadi persaingan yang baik  harga mobil “ bisa” lebih murah  banyak mobil yang dapat dibeli konsumen, sementara infrastruktur tidak mendukung  mengakibatkan kemacetan yang berkepanjangan dan polusi. Harga mobil tidak dapat turun banyak meskipun tarif impor telah dikurangi.