CAPITAL RATIONING DAN PERTIMBANGAN UNSUR RESIKO DALAM PENILAIAN INVESTASI Merupakan proses tentang bagaimana alternatif investasi yang tersedia, sehingga yang dimiliki dapat tertanam dengan profit yang maximum dapat diperoleh.
Proses ini timbul sebagai akibat : Terbatasnya jumlah modal yang dimiliki, sedangkan sektor investasi terdiri dari beberapa alternatif. Adanya kaitang antara alternatif yang satu dengan yang lain dalam bentuk : Independent (berdiri sendiri). Mutually exlusive (memilih salah satu). Dependent atau contingent (menerima satu harus menerima yang lain ).
Berdasarkan konsep Capital Rationing ada beberapa alternatif yang ada yaitu : Internal Rate of Return Approach. Contoh : Ada 6(enam) alternatif investasi yang dapat dipilih yaitu proyek A,B,C,D,E dan F, dana yang tersedia sebesar Rp 25.000.000,- IRR dan Net Invesment untuk masing-masing proyek adalah sebagai berikut :
Proyek Net Invesment IRR A Rp 8. 000. 000 12% B Rp 7. 000 Proyek Net Invesment IRR A Rp 8.000.000 12% B Rp 7.000.000 20% C Rp 10.000.000 16% D Rp 4.000.000 8% E Rp 6.000.000 15% F Rp 11.000.000 11% Proyek mana yang sebaiknya diterima, bila sifat investasi adalah independent. Cost of capital = 10% ?
Penyelesaian : Pertama disusun rangking dari alternatif proyek di mulai dari IRR yang paling tinggi. Budget yang tersedia (budget line) sebesar Rp 25.000.000,- dengan demikian alternatif investasi yang dipilih adalah : Proyek B Net Invesment Rp 7.000.000,- Proyek C Net Invesment Rp 10.000.000,- Proyek E Net Invesment Rp 6.000.000,- (+) Jumlah Investasi Rp 23.000.000,-
Proyek A,F, ditolak, penolakan ini didasarkan atas pertimbangan sebagai berikut : Proyek A dan F mempunyai IRR yang tinggi daripada Cut off Rate, tetapi karena budget yang tersedia tidak mencukupi maka proyek ini terpaksa ditolak. Proyek D, ditolak karena tingkat IRR nya dibawah Cut of Rate yaitu merupakan Cost of Capital perusahaan adalah tingkat pembatas maksudnya proyek proposal akan diterima apabila menghasilkan IRR diatas Cost of Capital.
2. Present Value Approach 2. Present Value Approach. Untuk PVA ini perlu dicari dulu PV untuk masing-masing proyek dari data diatas misalkan diketahui PV Cash in Flow untuk masing-masing proyek sebagai berikut : Proyek PV Cash In Flow A Rp 10.000.000 B Rp 11.200.000 C Rp 14.500.000 D Rp 3.600.000 E Rp 8.100.000 F Rp 12.650.000
Dari data dapat disusun rangking investasi sbb : Proyek Net Invesment IRR PV Cash In Flow B Rp 7.000.000 20% Rp 11.200.000 C Rp 10.000.000 16% Rp 14.500.000 E Rp 6.000.000 15% Rp 8.100.000 A Rp 8.000.000 12% Rp 10.000.000 F Rp 11.000.000 11% Rp 12.650.000 Cut off point D Rp 4.000.000 8% Rp 3.600.000
Penyelesaian : Alternatif 1 : Untuk proyek B,C,E menghasilkan PV = Rp 33.800.000,- Dana yang dibutuhkan untuk investasi = Rp 23.000.000,-(-) NPV (Net Present Value) = Rp 10.800.000,- Alternatif 2 : Untuk proyek B,C,A menghsilkan PV = Rp 35.700.000,- Dana yang dibutuhkan untuk Investasi = Rp 25.000.000,-(-) NPV (Net Present Value) = Rp 10.700.000,- Berdasarkan hasil perhitungan, kombinasi proyek yang dapat dipilih adalah proyek B,C dan E walaupun ada dana yang menganggur sebesar Rp 2.000.000,-
Kesimpulan : Capital Rationing dapat digunakan untuk memilih beberapa proyek dari berbagai proyek yang tersedia. Analisis ini membantu pimpinan untuk memilih proyek yang tersedia karena terbatasnya dana. 3. Capital Rationing dpt dikombinasikan dengan Pendekatan NPV dan IRR. Kombinasi pendekatan NPV dan IRR erat hubungannya dengan Cost of Capital karena C of Capital berfungsi sebagai Discount rate dan tingkat pembatas (Cut of Rate).
Suatu proyek menurut pertimbangan IRR hanya dapat diterima jika IRR > Cost of Capital proyek. Sedang menurut NPV, discount rate yang diguna kan adalah sebesar Cost of Capital proyek. PI > 1 usul proyek bisa diterima. Contoh soal : Alternatif proyek yang mungkin diterima atau ditolak, berdasarkan proposal yang disusun sebagai berikut :
Proyek Net Invesment PI(B/C ratio) 1 Rp 10. 000. 000 0,95 2 Rp 15. 000 Proyek Net Invesment PI(B/C ratio) 1 Rp 10.000.000 0,95 2 Rp 15.000.000 1,15 3 Rp 12.500.000 1,20 4 Rp 17.500.000 1,10 5 Rp 7.500.000 1,09 Budget yang tersedia untuk proyek tersebut Rp 35.000.000,- proyek-proyek manakah yang sebaiknya diterima bila.
Masing-masing proyek independent (berdiri sendiri) Proyek 2 dan 3 mutually exclusive (memilih salah satu) Proyek 1 dan 3 Dependent (menerima satu harus menerima yang lain) Penyelesaian : Proyek 1 sebaiknya ditolak, karena menghasil kan PI kurang dari 1(satu), sedang proyek-proyek yang bisa diterima sebagai berikut :
Proyek Net Invesment PI ∑ PV(PV of P) 3 Rp 12.500.000 1,20 Rp15.000.000 2 Rp 15.000.000 1,15 Rp17.250.000 4 Rp 17.500.000 1,10 Rp19.250.000 5 Rp 7.500.000 1,09 Rp 8.175.000 Kombinasi proyek yang mungkin dipilih antara lain 3 + 2 + 5 dan 3 + 4 Total PV untuk proyek 3 + 2 + 5 =Rp40.425.000 Dana yg tersedia(∑ Invesment) =Rp35.000.000- NPV (total profit) =Rp 5.425.000
Rate of Return(tingkat pengembalian Investasi) = (Rp 5.425.000 : Rp 35.000.000) x 100% = 15,5% Total PV untuk proyek 3 + 4 = Rp 34.250.000 Jumlah Invesment = Rp 30.000.000- NPV(Profit) = Rp 4.250.000 R of R = (Rp4.250.000 : Rp 30.000.000) x 100% = 14,20 % Proyek 2 dan 3 mutually exclusive (memilih salah satu) yang dipilih proyek 3, karena PI > PI proyek 2, rangking proyek sekarang sbb :
Proyek PI Net Invesment 3 1,20 Rp 12. 500. 000 4 1,10 Rp 17. 500 Proyek PI Net Invesment 3 1,20 Rp 12.500.000 4 1,10 Rp 17.500.000 5 1,09 Rp 7.500.000 1 0,95 Rp 10.000.000 Dari ranking tersebut, bila diukur dengan budget yang tersedia, proyek-proyek yang bisa diterima adalah proyek 3 dan 4, sedang proyek 5 walau pun PI nya > 1 tidak dapat dipilih karena dana tidak mencukupi (proyek 1 jelas ditolak).
Proyek 1 dan 3 bersifat Independent (menerima satu harus meneima lainnya). Dalam hal ini perlu dicari lebih dulu PI gabungan dan PI integrated sebagai berikut. Proyek PI Net Invesment PV Proceeds 1 0,95 Rp 10.000.000 Rp 9.500.000 3 1,20 Rp 12.500.000 Rp15.000.000+ Jumlah Rp 22.500.000 Rp24.500.000 PI Integreted = 24.500.000 : 22.500.000 = 1,088
Ranking investasi dapat disusun sebagai berikut : Proyek PI Net Invesment PV Proceeds 2 1,15 Rp 15.000.000 Rp17.250.000 4 1,10 Rp 17.500.000 Rp19.250.000 5 1,09 Rp 7.500.000 Rp 8.175.000 3 + 1 1,088 Rp 22.500.000 Rp24.480.000 Dari ranking ini berdasarkan dana yang tersedia, proyek-proyek yang dipilih sekarang : Proyek 2 dan 4 walaupun masih ada ada sisa dana Rp 2.500.000,- sedang total profit yang diterima = (17.250.000 + 19.250.000) – (15.000.000 + 17.500.000) = Rp 4.000.000,-
Proyek yang lain walaupun dapat diterima belum dapat dipilih karena kekurangan dana. Kombinasi lain yang dimungkinkan proyek 5 dan 3 + 1 sisa dana Rp 5.000.000,- sedang total profit hanya sebesar Rp 2.655.000,- yaitu (Rp 8.175.000 + Rp 24.480.000) – (Rp7.500.000 + Rp 22.500.000)
PERTIMBANGAN UNSUR RESIKO DALAM PENILAIAN INVESTASI Pertimbangan unsur resiko dalam penilaian Investasi ini menjelaskan bagaimana kalau kita masukkan faktor ketidak pastian dalam penilaian usulan investasi. Pada prinsipnya para investor selalu akan memilih investasi yang memberikan resiko terendah dengan keuntungan yang sama, atau keuntungan terbesar dengan resiko kecil. Berdasarkan prinsip tersebut maka suatu usulan investasi yang lebih besar harus memberikan keuntungan yang lebih besar pula agar investor mau mengambilnya.
Salah satu problem yang dihadapi para pembuat keputusan/perencana proyek melebihi 1 tahun/jangka panjang yaitu : Resiko dan ketidak pastian. Resiko selalu ada dalam kegiatan investasi, karena investasi harus mengistimasikan berapa besarnya cash flow/Return selama periode usia investasi. Estimasi /nilai yang diperoleh dari kegiatan investasi belum tentu sesuai yang diharapkan karena faktor-faktor tertentu. Kalau faktor tertentu sudah dapat diramalkan sebelumnya disebut : Resiko.
Tapi jika keadaan yang akan dihadapi tidak dapat diramalkan disebut sebagai ketidak pastian. Semakin lama suatu proyek Investasi berarti semakin besar resiko yang dihadapi karena semakin banyaknya kemungkinan yang akan terjadi, sehinga sering disebut bahwa resiko adalah fungsi dan waktu. Dimana antara keuntungan dan resiko terdapat hubungan yang positif yaitu : semakin tinggi resiko suatu investasi semakin tinggi pula tingkat keuntungan yang diharapkan/disyaratkan dari investasi tersebut.
Masalah yang kemudian timbul adalah : bagaimana kita mendifinikan resiko tersebut. Untuk itu kita menggunakan bantuan teori portfolio. Dalam teori portfolio resiko didifinisi kan sebagai Deviasi Standar tingkat keuntungan. Semakin besar deviasi standar semakin berrisiko investasi tersebut. Rumus : Q = ∑ⁿ (Axt - At)² Pxt x =1 Dimana : Q = Deviasi standar.
Axt = Aliran kas untuk kemungkinan ke x pada periode t. Pxt = Probabilitas kejadian aliran kas. At = Nilai yang diharapkan (expected Value) dari aliran kas pada periode t. At = ∑ⁿ . Axt . Px x = 1 Untuk lebih jelasnya diberikan contoh seperti soal berikut :
Ada 2(dua) usulan investasi yang mempunyai probabilitas kejadian yg berbeda-beda (Rp1.000) Usulan Investasi Proyek A Usulan Investasi Proyek B Probabilitas Aliran Kas Probabilitas Aliran Kas 0,10 Rp 6.000 0,10 Rp 4.000 0,20 Rp 7.000 0,25 Rp 6.000 0,40 Rp 8.000 0,30 Rp 8.000 0,20 Rp 9.000 0,25 Rp10.000 0,10 Rp 10.000 0,10 Rp12.000 Dari data diatas :
Hitung besarnya nilai yang diharapkan dan standar deviasi ! Hitung besarnya Coefficient of Variation ! Dari hasil perhitungan no. 1 dan 2 beri kesimpulannya ! Penyelesaian : Rumus nilai yang diharapkan At = ∑ⁿ . Axt .Pxt x = 1 Proyek A : AA = 0,10(6.000) + 0,20(7.000) + 0,40(8.000) + 0,20(9.000) + 0,10(10.000) = Rp 8.000,-
Proyek B : AB = 0,10(4. 000) + 0,25(6. 000) + 0,30(8. 000) + 0,25(10 Proyek B : AB = 0,10(4.000) + 0,25(6.000) + 0,30(8.000) + 0,25(10.000) + 0,10(12.000) = Rp 8.000,- Standar Deviasi masing-masing proyek. QA = 0,10(6.000-8.000)² + 0,20(7.000-8.000)² + 0,40(8.000-8.000)² + 0,20(9.000-8.000)² + 0,10(10.000-8.000)² ⅟₂ = 400.000 + 200.000 + 200.000 + 400.000 ⅟₂ = 1.200.000 = Rp 1.095,-
Proyek B : QB = 0,10(4. 000-8. 000)² + 0,25(6. 000-8. 000)² + 0,30(8 Proyek B : QB = 0,10(4.000-8.000)² + 0,25(6.000-8.000)² + 0,30(8.000-8.000)² + 0,25(10.000-8.000)² + 0,10(10.000-8.000)² ⅟₂ = 1.600.000+1.000.000+1.000.000+ 1.600.000 ⅟₂ = 5.200.000 = Rp 2.280,- 2. COV = Q A
COV adalah merupakan standar deviasi suatu distribusi probabilitas dibagi dengan nilai yang diharapkan. Koeffisien ini menunjukkan resiko relatif dari tingkat resiko usaha. COV proyek A = 1.095 = 0,137 8.000 COV proyek B = 2.280 = 0,285
3. Kesimpulan : Proyek B mempunyai standar deviasi lebih besar daripada proyek A, menunjukkan penyebaran besar dan kemungkinan hasil yang diperoleh juga akan lebih besar bila dibandingkan dengan proyek A. Proyek B mempunyai resiko yang lebih besar daripada proyek A karena COV proyek B 0,285 > proyek A 0,137. Proyek yang dipilih proyek A karena mempunyai Standar Deviasi dan COV yang lebih rendah daripada proyek B dilihat dari nilai yang diharapkan sama antara proyek A dan B