Kesehatan Kerja Dasar (TEMU 1-6 ) dr.Farid Budiman MSc

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
GANGGUAN PADA KESEHATAN DAN DAYA KERJA
Advertisements

MANUAL HANDLING Manual Handling :
Administrasi Perkantoran
Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja
PENYAKIT AKIBAT KERJA.
Abi Drs.Oan Hasanuddin S,Ag.RO.Akp.MA.M Kester
MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
NOISE.
BIOAKUSTIK Oleh : Rosalina Pangala Salimah Suprihatiningsih
Definisi Keselamatan kerja adalah sebuah kondisi di mana para karyawan terlindungi dari cedera yang disebabkan oleh berbagai kecelakaan yang berhubungan.
LINGKUNGAN FISIK DAN ANALISIS RESIKO
PENGENDALIAN TEKNIS, ADMINISTRATIF DAN PROTEKSI PERORANGAN
HIGIENE INDUSTRI ( INDUSTRIAL HYGIENE )
PERUNDANG-UNDANGAN temu : 2 UU No 1 Tahun 1970,tentang Keselamatan Kerja * untuk mencapai kesejahteraan hidup,meningkatkan produksi dan produktivitas.
Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
PENYAKIT AKIBAT KERJA PUTRI HANDAYANI, SKM..
UNDANG-UNDANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
HUKUM PERBURUHAN (PERTEMUAN VII) KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Pencemaran Bunyi Noise (bising) adalah bunyi yang tidak diinginkan, secara konsekuen dapat dikatakan sebagai bunyi pada tempat yang salah dan waktu yang.
SDK 1 4 Kebisingan adalah bunyi atau suara yang tidak dikehendaki. 4 Bunyi adalah suara atau serangkaian gelombang yang merambat dari suatu sumber getar.
K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)
ILMU KEDOKTERAN KERJA.
PEMERIKSAAN KESEHATAN TENAGA KERJA
PENYAKIT AKIBAT KERJA PUTRI HANDAYANI, SKM..
oleh; Syamsul Rizal Sinulingga, MPH
Getaran dan bunyi.
KEBISINGAN (NOISE).
dr.Jack Roebijoso, Msc, Om (PKK)
Manajemen Pengendalian Bising
KESEHATAN KERJA RUANG LINGKUP :
Ditempat kerja, terdapat beberapa faktor yang memperngaruhi lingkungan
HIGIENE INDUSTRI ( INDUSTRIAL HYGIENE )
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
BEBAN KERJA & PRODUKTIVITAS
ERGONOMI DAN FISIOLOGI KERJA
“JOB ANALYSIS” DALAM ERGONOMI
PSIKOLOGI KESEHATAN : PENYAKIT AKIBAT KERJA
KESEHATAN KERJA.
UNDANG-UNDANG YANG BERKAITAN dengan UU Nomor.01 Tahun 1970
Pencemaran Bunyi (noise)
Pelaksanaan Manajemen Pengendalian Bising
FAKTOR-FAKTOR FISIKA LINGKUNGAN KERJA
BAHAYA DAN RESIKO KESEHATAN
PENGARUH LINGKUNGAN PADA FISIOLOGI KERJA
ERGONOMI.
. STANDAR K3.
Program Higiene Industri dan Sistem Manajemen Higiene Industri
GANGGUAN KESEHATAN AKIBAT KEBISINGAN
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja
HUKUM PERBURUHAN (PERTEMUAN VII) KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Kesehatan Kerja dalam Perspektif Hiperkes & Keselamatan Kerja
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)
PERATURAN PERUNDANGAN KESEHATAN KERJA
KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
disampaikan oleh: Drs. Herman Prakoso Hidayat, MM
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA RUMAH SAKIT
PENGUKURAN DAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN KERJA
PENYAKIT AKIBAT KERJA.
dr. Endah Wiranty, SpKP Mayor Kes NRP
Dasar Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja
HIGIENE INDUSTRI ( INDUSTRIAL HYGIENE )
PROSES INDUSTRI DAN KESELAMATAN KERJA
Dr dr Purwanto AP SpPK(K) Studi kasus rumah sakit.
FAKTOR ERGONOMI & PSIKOLOGI
HIGIENE INDUSTRI ( INDUSTRIAL HYGIENE )
{ LINGKUNGAN DAN MANUSIA TERHADAP KESELAMATAN PASIEN Yuhana Damantalm, S.Kep.,Ns. M.Erg.
Transcript presentasi:

Kesehatan Kerja Dasar (TEMU 1-6 ) dr.Farid Budiman MSc Definisi dan Ruang Lingkup

Definisi: Konvensi ILO&WHO.Geneva 1959 Adalah kondisi kesehatan tenaga kerja yang optimal,sehat kondisi fisik ,jiwa dan sosial-ekonomi serta dapat beradaptasi terhadap beban kerja dan lingkungan kerjanya ( prinsip ergonomi ) Temu : 1 Suma,mur PK .Kesehatan dan Keselamatan Kerja,Gunung Agung 1980

Prinsip Ergonomi kesehatan kerja Adaptasi” Man fit to the job –job fit to the man “ -Dasar dari program “ seleksi awal penerimaan tenaga kerja di sektor industri” -prinsip ergonomi : “man –machine system” -konsep baru dari preventive medicine -pedoman aman bekerja : * Nilai Ambang Batas ( NAB ) lingkungan kerja * Nilai batas Aman Pemaparan Kerja(NAPK), /Heath Base Occupational Exposure Limit ( HBOEL ) sebagai indikator biologi tenaga kerja Temu : 1

Ruang Lingkup temu : 1 Kedokteran Pencegahan (Preventive Medicine ) - Promosi Kesehatan - Pencegahan penyakit oleh pekerjaan - Promp treatment - Rehabilitasi Kesehatan Kerja

PROMOSI KESEHATAN KERJA temu : 1 Program promosi kesehatan - Meningkatkan gisi kerja - Meningkatkan kebugaran kerja - Meningkatkan kesehatan jiwa - Meningkatkan pengetahuan dan sikap sehat dan aman kerja

PENCEGAHAN PENYAKIT OLEH PEKERJAAN temu : 1 Program pencegahan penyakit - menurunkan resiko penyakit oleh pekerjaan dengan teknologi pengendalian linkungan kerja ( higene industri ) - Menurunkan resiko penyakit dengan pemantauan kesehatan tenaga kerja ( pemeriksaan kesehatan: awal,berkala dan khusus pada tenaga kerja ) - Pelatihan tenaga kerja untuk meningkatkan sikap kerja sehat dan aman bekerja. - riset kesehatan kerja

PROMP TREATMENT temu : 1 Pengobatan penyakit okupasi - pendekatan kuratif klinis dalam bidang kedokteran okupasi - promp treatment sesuai diagnosa penyakit okupasi murni - medikamentosa,non medikamantosa

REHABILITASI KESEHATAN KERJA temu : 1 - rehabilitasi medis - rehabilitasi sosial - rehabilitasi okupasi

PERUNDANG-UNDANGAN temu : 2 UU No 1 Tahun 1970 ,tentang Keselamatan Kerja * untuk mencapai kesejahteraan hidup,meningkatkan produksi dan produktivitas nasional * perlindungan tenaga kerja, - Perlindungan orang lain di tempat kerja - pengawasan alat dan lingkungan kerja agar dapat dipakai secara aman - Program jaminan sosial tenaga kerja

UU No,1 Th 1970 tentang Keselamatan Kerja temu : 2 Penyakit Akibat Kerja ( PAK ) - Lampiran 1 Keputusan Menaker Transkop No 116/ Kep – Men/1977,PAK adalah Kecelakaan Kerja - Pasal 8 UU No,1 TH ’70,Peraturan Menteri No.02/Per-Men/1980 tentang prosedur penegakan diagnosa PAK oleh dokter pemeriksa kesehatan tenaga kerja - Seleksi awal masuk kerja dan pemantauan kesehatan tenaga kerja awal,berkala dan khusus

PEKERJAAN DAN RESIKO PENYAKIT temu : 2

PEKERJAAN DAN RESIKO PENYAKIT temu : 2

KEBOLEHAN TENAGA KERJA temu : 2

RESIKO GANGGUAN KESEHATAN TENAGA KERJA temu ; 2

RESIKO GANGGUAN KESEHATAN TENAGA KERJA temu : 3

RESIKO PENYAKIT OLEH PEKERJAAN temu : 3 GANGGUAN KESEHATAN DINI - gejala penyakit tidak spesifik (prodromal) - sifat penyakit reversibel - Indikator Biologis = atau > NAPK ( Nilai Aman Pemaparan Kerja ) / Health Base Occupational Exposure Limit ( HBOEL ) - diagnosa gangguan kesehatan dini kadang- kadang ditemui pada pemeriksaan kesehatan berkala pada tenaga kerja

RESIKO PENYAKIT OLEH PEKERJAAN temu : 3 PENYAKIT HUBUNGAN KERJA ( WORK RELATED DISEASES ) - etiologi penyakit multikausal ( oleh faktor industri & non industri ) - diagnosa penyakit sulit - gejala penyakit tidak spesifik - indikator biologis multikompleks NAPK/HBOEL disertai gangguan nilai indikator patologi klinik lainnya - morbititas tinggi dinegara berkembang - dibawah penanganan multidisiplin profesi - misal : anemia defisiensi Fe di sektor perkebunan, silikotuberkulosis

RESIKO PENYAKIT OLEH PEKERJAAN temu : 3 PENYAKIT AKIBAT KERJA ( OCCUPATIONAL DISEASES ) - gejala penyakit spesifik ( patognomonis ) - sifat penyakit reversibel atau ireversibel - indikator biologis > NAPK / HBOEL - ditemui pada pemeriksaan kesehatan khusus pada tenaga kerja - dibawah penanganan kedokteran okupasi - morbiditas penyakit menurun dinegara berpenghasilan tinggi,jarang ditemui dinegara berkembang

RESIKO PENYAKIT OLEH PEKERJAAN temu : 3 PENYAKIT AGREGASI KERJA /WORK AGGRAGETED DISEASES - etiologi penyakit berasal dari penyakit penyerta / penyakit bawaan - gejala penyakit semula menjadi ganas oleh faktor pekerjaan - misal : dermatitis ecema,status asmaticus tuberkulosilikosis - morbiditas penyakit tinggi di negara berkembang

RESIKO PENYAKIT OLEH PEKERJAAN temu : 3 STRES KERJA - Penyakit Manajerial ( Managerial – Diseases ) : Neurosis,psikosomatik - Penyakit Kebosanan : pekerjaan - monotoni , status kerja statis - Stres sosial-ekonomi : tekanan psikis sosial kelompok kerja & atasan, upah kerja rendah

BEBAN KERJA OKUPASI temu : 4 BEBAN KERJA FISIK - cara kerja - beban mekanik - lama kerja - lama istirahat

BEBAN KERJA OKUPASI temu : 4 FAKTOR LINGKUNGAN KERJA - Faktor Lingkungan Kerja Fisik - Faktor Lingkungan Kerja Kimia - Faktor Lingungan Kerja Biologi - Faktor Lingkungan Kerja Psikologi - Faktor Lingkungan Kerja Ergonomi

Pemaparan faktor lingkungan kerja fisik temu : 4 - pemaparan iklim kerja panas&dingin - pemaparan kebisingan & getaran - pemaparan sinar tidak mengion - pemaran sinar mengion pemaparan - pemaparan gelombang elektro magnetik

Pemaparan faktor lingkungan kerja kimia temu : 4 - bahan kimia iritan - bahan kimia asfiksian - bahan kimia narkotik - bahan kimia partikel - bahan kimia karsinogen - bahan kimia mutagen

Pemaparan faktor lingkungan kerja biologis temu : 4 - kuman : Anthks, tuberkulosis - parasit : Ascaris ,ankilostomum, malaria, - jamur : kandida,aspergilus - virus : Transmitted sexual diseases (HIV, Lues/ venerial diseases),H5NI

Pemaparan Lingkungan Kerja Faktor Psikologis temu : 4 - tanggung jawab okupasi pada para manajer - Cara kerja monotoni pada pekerja asembling / sistem ban berjalan - tekanan psikologis antar karyawan/ kecemburuan profesi,atau tekanan oleh manjemen atasan

Pemaparan lingkungan kerja faktor faal kerja/ergonomi temu : 4 - Man-machine system (ukuran mesin <--- ukuran tubuh tenaga kerja ) - beban kerja mekanik - sikap / cara kerja - waktu istirahat - shift kerja ( ritme sirkadian )

Pengaruh pemaparan iklim kerja panas temu : 5 - Tekanan Panas ( Heat Stress ) - NAB : > ISBB – Indeks Suhu Bola Basah - gejala: kepanasan (merasa tidak nyaman,pengeluaran keringat meningkat tinggi untuk belum beraklimatisasi ),suhu tubuh meningkat- turun setelah berkeringat (deep core temp ) miliaria , keringat buntet - termoregulator tubuh : berfungsi normal - Terapi : minum cairan elektrolit

Pengaruh iklim kerja panas temu : 5 Kejang Panas ( Heat Cramps ) NAB :> ISBB Gejala - kejang pada otot-otot tungkai - dehidrasi,terutama kekurangan Ca tetani - suhu tubuh tergantung aklimatisasi Termoregulator tubuhberfungsi normal Terapi ,berikan cairan elektrolit + Calcium

Pengaruh iklim kerja panas temu : 5 Pukulan Panas ( Heat Stroke ) NAB : > ISBB Gejala : . dehidrasi . hipertermia ( suhu tubuh tinggi ) Termoregulator : tidak berfungsi Terapi : pindahkan ke tempat bersu hu dingin

Pengaruh pemaparan kebisingan temu : 5 Tinitus ( telinga berdenging ) & Gangguan Komunikasi Berbicara NAB Lingkungan Kerja > 85 dBA, Audiometri normal Gejala : . gejala awal dari penurunan intensitas(atenuasi ) pendengaran .harus dibedakan dengan oleh pengaruh non okupasi Sifat :. reversibel/tidak permanen . merupakan gejala prodromal dari gangguan kesehatan dini . Sering ditemukan pada pemeriksaan kesehatan awal tenaga kerja terpapar kebisingan

Pengaruh pemaparan kebisingan temu : 5 Tuli Perseptif Sementara ( Temporary Threshold Shift / TTS ) NAB Lingkungan Kerja : > 85 dBA Audiometri : atenuasi > 10 db pada frekuensi suara 2000- 4000Hz ( gambar : 1 ) Reversibel - pulih setelah beristirahat /tanpa pemaparan kebisingan selama 3x24 jam

Pengaruh Pemaparan Kebisingan temu : 5 Tuli Perseptif Permanen (Permanent Threshold Shift / PTS ) NAB Lingkungan Kerja: > 85 dBA Audiometri :atenuasi> 10db kurva audiometri pada frekuensi 2000 - 4000 Hz ( gambar : 2 ) Sifat gangguan ireversibel- tidak dapat pulih kembali setelah tidak terpapar kebisingan selama 3x 24jam

Audiogram penurunan penurunan daya dengar temu : 5 (Dan Petersen, Techniques of safety management,Mc Graw Hill Kogakusha ) Tingkat penurunan daya dengar ( decibel ) -10 -- 0 ( dB ) normal >10 -- 40 ( dB ) gangguan ringan >40 – 60 ( dB ) gangguan moderate >60– 120( dB ) gangguan berat

KURVA AUDIOGRAM PENURUNAN DAYA DENGAR OLEH PEMAPARAN KEBISINGAN temu : 5 ( SUMBER DAN PETERSEN,Techniques of safety management )` -10 20 kanan 40 60 80 kiri 100 120 128 256 512 1000 2000 4000 8000

Kurva penurunan pendengaran oleh gangguan konduktif telinga tengah ( sumber Petersen,Techniques of safety management ) -10 20 40 60 80 100 120 125 250 500 1000 2000 4000 8000

Kurva penurunan daya dengar oleh trauma akustik Temu : 5 (sumber : Petersen,Techniques of safety management ) -10 20 40 60 80 100 120 125 250 500 1000 2000 4000 8000

KLASIFIKASI TULI KOMUNIKASI BICARA temu : 5 No klsifikasi kehilangan komunikasi bicara kemampuan mendengar I normal < 15 decibel normal II hampir >15dB , < 25 dB tidak ada kesulitan normal mendengar pembicaraan pada 20 feet ( 6m) III Gangguan > 25 dB, < 40 dB Kesulitan berkomunikasi ringan bicara pada jarak 5feet IV Gangguan > 40 dB , < 65 dB Kesulitan berkomunikasi moderate bicara pada jarak 5 feet V Gangguan > 65 dB, < 75 dB Kesulitan mendengar berat teriakan pada jarak 5 feet VI Hampir tuli > 75 dB, < 85 dB Kesulitan mendengar teriakan pada jarak kurang dari 5 feet VII Tuli total > 85 dB Tidak mendengar apapun

Pengaruh lain pemaparan kebisingan temu : 5 - fisiologis, perubahan tekanan darah dan frekuensi denyut nadi - psikologis ,gangguan kenyamanan ( subyektif )

BATAS WAKTU KERJA DILINGKUNGAN KERJA BISING ( Sumber Dan Pettersen,Techniques of,Safety Management ) DESIBEL BATAS WAKTU KERJA YANG DIPERKENANKAN 90 8 JAM/HARI 92 6 ,, 95 4 ,, 97 3 ,, 100 2 ,, 102 1,5 ,, 105 1 ,, 110 0,5 ,, 115 0,25 ,,

Pemaparan getaran/vibrasi temu : 6 - komponen yang berpengaruh terhadap tubuh ole4h pemaparan getaran adalah percepatan dan lamanya pemaparan - efek terhadap tubuh :efek vertikal , segmental dan resultante efek vertikal dan segmental _ Efek vertikal - belum dilaporkan _ Efek segmental “ Hand Arm(vibration)Syndrome (HAVS) _ Resultante efek (vertikal&segmental)->p. Raynaud _ Efek vertikal  belum dilaporkan ( vertebra spin .?)

NAB pemaparan getaran pada tangan(hand vibration ) ( temu 6 ) Nilai frekuensi dominan( Dominant Freq.Weighted)komponen aselerasi aK.(aKeq) m/s2 gA Pemaparan total/,hari 4 - 8 jam 4 0,40 2 - 4 jam 6 0,61 1 - 2 jam 8 0,81 < 1 jam 12 12.2

Risiko gangguan muskuloskeletal, disamping oleh pengaruh vibrasi ( sumber : Good man and Boissonnaut,Pathology implication for the physcal therapist ) Penggunan mesin –mesin vibrasi selama lebih dari 2 jam Mengangkat baran lebih dari 25 lbs ( Kg ? ) lebih dari sekali dalam satu sift kerja Kerja statis lebih dari 2 jam dalam satu sift Bekerja dengan gerakan repetitif setiap detik selama 2 jam kerja

PROGRAM PENCEGAHAN KETULIAN ( HEARING CONSERVATION PROGRAM) ( TEMU 7 ) 1. PENDEKATAN ADMINISTRATIF 2. PENDEKATAN TEKNIS 3. PENDEKATAN MEDIS

PROGRAM PENDEKATAN ADMINISTRATIF Intensitas kebisingan < NAB ( < 85 dB ) Teknologi pengendalian lingkungan kerja ( program higene industri ) ( pemantauan intensitas kebisingan ditempat kerja Perlindungan tenaga kerja : inspeksi kerja ( pengawasan kerja ) Jaminan kesehatan sosial tenaga kerja Intensitas kebisingan > NAB - Pendekatan teknis & medis Pengendalian enjiniring fasilitas kerja Pemantauan Kesehatan tenaga kerja ( pemeriksaan kesehatan awal/seleksi tenaga kerja,pemeriksaan kesehatan berkala dan khusus ) Pindah bagaian kerja ( job replacement ) Pembatasan waktu kerja ( permissible exposure times )

PROGRAM PENDEKATAN TEKNIS ( NOISE ENGINEERING CONTROL ) 1. Inspeksi /kontrol alat/mesin  baut/sekrup /tatakan mesin longgar 2.Mengganti bagian-bagian mesin dari metal ke kayu (bila mungkin ) - engine mounting, lantai mesin dsb 3.menganti sumber suara ( mesin yang kurang bising ) 4. Isolasi sumber kebisingan ( memberikan barier /penyekat mesin - misal penyekat dinding beton lebih meredam kebisingan dari penyekat /dinding kayu, kebisingan frekuensi tinggi lebih mudah dihambat daripada frekuensi rendah ( penting untuk pencegahan ketulian akibat pemaparan kebisingan frekuensi tinggi ) 5.Perlu bantuan ahli yang lebih profesional untuk penegndalian kebisingan.

Program pencegahan ketulian pendekatan medis * Perlu pemeriksaan klinis khusus untuk mengetahui pengaruh faktor kebisingan terhada alat pendengaran ( Ahli Kedokteran Okupasi ) * Tes Audiometri ( untuk Temporaly Threshold Shift dan Permanent Threshold Shift )